Namanya Muhammad Aslah, usianya sudah 56 tahun. Meski tidak lagi muda, Aslah panggilan akrabnya, tetap setia berjualan buku. Ada banyak jenis buku yang dijual Aslah, dari mulai buku pengetahuan umum, agama, kamus, hingga novel tersedia di lapak bukunya.
Aslah sudah mulai jualan buku sejak tahun 1980-an. Kala itu, menurut Aslah, buku-buku fisik seperti ini masih sangat laku di pasaran. Namun, setelah hadirnya teknologi digital khususnya gawai yang semakin masif, membuat penjualan buku fisik semakin sepi peminat.
Sebagai perbandingan, dahulu, di dua puluh tahun pertama berjualan, Aslah bisa menjual ratusan buku per hari. Namun sekarang, Asla hanya bisa menjual beberapa buku saja sehari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu 200 buku sehari bisa kejual, yang laku keras itu buku-buku sejarah, sekitar tahun 1990-an, sebelum ada gadget. Tapi sekarang mah lakunya nggak bisa dipastikan, paling hanya 10 buku sehari, memang untuk pendapatan menurun," tutur Aslah, saat ditemui di lapak bukunya, di Pasar Maulid Keraton Kanoman.
Meski penghasilanya menurun, Aslah tak pernah ada niatan sama sekali untuk berhenti berjualan buku. Aslah berprinsip, berjualan buku tidak hanya sekedar mencari materi, tapi juga sebagai bentuk pengabdian kepada bangsa. Karena lewat berjualan buku bisa membuat masyarakat Indonesia lebih cerdas.
"Saya jualan buku tidak terlalu memikirkan keuntungan yang besar, tapi setidaknya saya ikut serta dalam mencerdaskan anak bangsa, tidak memikirkan untung besar dan kecil. Karena kalau mikirnya keuntungan, mungkin sudah dari dulu berhenti jualan buku, jadi punya prinsip tersendiri," tutur Aslah.
"Rezeki mah pasti ada, cuman orang kan kadang mikirnya gara-gara semuanya online jadi pada nggak bisa bertahan, tapi buktinya saya tidak, masih bertahan walaupun sudah ada online. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mah cukup tinggal disyukuri saja," tambah Aslah.
Aslah memaparkan, dalam berjualan buku setiap harinya, dia selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Tak hanya di Cirebon, Aslah juga berjualan buku sampai Indramayu dan Majalengka.
"Kalau setiap Maulid memang selalu jualannya di sini, tapi kalau hari biasa itu selalu keliling, kayak di Pasar Tegal Gubug pada hari Sabtu, Selasa dan Jumat. Terus di Indramayu pada hari Rabu dan Minggu. Untuk hari Senin dan Kamis itu di Majalengka," tutur Aslah.
Suka Baca Buku
Aslah memaparkan, walaupun dirinya hanya bersekolah sampai kelas 4 SD, tetapi sejak kecil, sudah hobi membaca buku. "Saya memang suka baca buku, meski pendidikan cuman sampai kelas 4 SD. Semua buku saya baca, dari mulai buku filsafat, sejarah, Hukum, KUHP, buku tafsir juga saya baca, dan itu sudah berlangsung bertahun-tahun, bagi saya tiada henti dalam membaca buku," tutur Aslah.
Aslah memaparkan, lewat membaca dan berjualan buku, membuatnya bisa bertemu dan berbicara dengan banyak orang. Bagi Aslah, ada kebahagiaan tersendiri selama puluhan tahun berjualan dan membaca buku.
"Karena ada yang menganggap penjual buku hanya bisa jual buku, tapi tidak suka baca buku. Tapi kalau saya alhamdulillah hobinya memang baca, selama berjualan buku, saya merasa enak banget, ada rasa kenyamanan tersendiri. Apalagi kalau ketemu pelajar, atau akademisi, terus bagi pengalaman, ngobrolnya masih bisa nyambung. Makanya, kadang ada yang nanya saya kuliah di mana, padahal cuman suka baca buku saja," tutur Aslah.
Aslah berpesan, bagi semua orang, apapun latar belakangnya, agar jangan malas untuk terus belajar dan mencari segala sesuatu yang bermanfaat.
"Jangan malas dan berhenti untuk belajar apapun yang sekiranya bermanfaat, karena tidak ada tantangan zaman, semua tergantung orangnya, bagaimana cara ia membaca dan mengamalkan. Banyaklah membaca dan memberitahu orang-orang," pungkas Aslah.
(mso/mso)