Kisah Juha dan Semangat Menularkan Minat Baca di Usia Senja

Kisah Juha dan Semangat Menularkan Minat Baca di Usia Senja

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Senin, 07 Apr 2025 09:30 WIB
Juha saat sedang berjualan buku di pintu masuk Keraton Kasepuhan Cirebon
Juha saat sedang berjualan buku di pintu masuk Keraton Kasepuhan Cirebon (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Siang itu, di salah satu pintu masuk Keraton Kasepuhan Cirebon terdapat seorang lelaki sedang duduk sambil menawarkan berbagai macam buku. Dia adalah Juha.

Pria berusia 70 tahun itu tetap bersemangat menjual ragam buku meski sudah di usia senja. Keraton Kasepuhan Cirebon jadi tempat Juha mencari rezeki.

Juha sendiri sudah berjualan buku sejak puluhan tahun lalu, mulanya, yang berjualan buku adalah ayahnya. Namun, semenjak ayahnya meninggal, ia memutuskan untuk melanjutkan usaha ayahnya berjualan buku di Keraton Kasepuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya dari kecil sudah jualan buku, sudah diajak bapak jualan, selepas bapak ibu meninggal saya lanjutin jualan bukunya, kebetulan sayanya juga suka baca," tutur Juha belum lama ini.

Menurut Juha, berbeda dengan sekarang, dulu, sebelum adanya ponsel pintar buku-buku yang dijual olehnya selalu laris dibeli pembeli.

ADVERTISEMENT

"Pas tahun 1995 tuh ramai, apalagi kalau hari Minggu tuh bisa sampai 10 paket sehari, satu paketnya isinya 3 buku," tutur Juha.

Berbeda dengan penjual buku pada umumnya, Juha berfokus untuk berjualan buku doa dan buku sejarah. Alasannya karena ia berjualan di tempat bersejarah, yakni Keraton Kasepuhan.

Ada banyak buku sejarah yang dijual Juha seperti sejarah Syekh Siti Jenar, Sejarah Cirebon, Sejarah Sunan Gunung Jati, Sejarah Wali Sanga dan masih banyak lagi. Buku-buku tersebut Juha dapatkan dari distributor buku.

Karena lokasi rumahnya dekat dengan Keraton Kasepuhan, Juha berjualan dengan cara berkeliling menawarkan buku secara langsung kepada pengunjung yang datang ke Keraton Kasepuhan.

"Jualannya memang nggak pakai lapak, soalnya rumahnya dekat dari sini, jualannya nongkrong saja di sini, kadang juga keliling nawarin ke pengunjung satu-satu, bukunya saya beli sendiri terus dijual lagi, " tutur Juha.

Dengan harga sekitar Rp 15.000, di waktu liburan seperti sekarang, Juha bisa menjual puluhan buku dengan omzet mencapai ratusan ribu rupiah. Namun, di luar waktu liburan Juha hanya bisa menjual beberapa buku saja dengan omzet yang tidak menentu.

"Kalau sekarang paling banyak lakunya 7 paket, satu paket isinya 3 buku, sehari bisa lah dapat Rp 150.000, kalau lagi sepi banget itu paling cuma 2 paket yang habis, kalau jualan buku tuh nggak ngambil untung banyak," tutur Juha.

Jika Keraton Kasepuhan sedang sepi pengunjung seperti saat bulan Ramadan, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Juha akan bekerja sebagai tukang becak.

"Kalau bulan puasa tuh kan sepi, saya nggak jualan buku, tapi ngebecak, baru jualan lagi habis Lebaran, kalau becak paling cuman dapat Rp 30.000 - Rp 40.000, capek mending jualan buku," tutur Juha.

Meskipun pendapatannya dari berjualan buku tidak menentu, tapi, Juha masih tetap semangat untuk berjualan buku, selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, alasan lain Juha tetap berjualan buku diusia senjanya adalah karena amanat dari orang tua.

"Saya masih semangat kerja, amanat orang tua juga buat terusin jualan buku, lumayan buat tambahan jajan anak cucu juga," pungkas Juha.




(dir/dir)


Hide Ads