Kisah Sukses Ajid Antar 2 Anak Jadi Sarjana dari Usaha Ikan Asin

Kabupaten Cirebon

Kisah Sukses Ajid Antar 2 Anak Jadi Sarjana dari Usaha Ikan Asin

Ony Syahroni - detikJabar
Sabtu, 24 Agu 2024 07:00 WIB
Usaha ikan asin di Cirebon
Usaha ikan asin di Cirebon (Foto: Ony Syahroni/detikJabar)
Cirebon -

Ikan asin merupakan salah satu makanan khas Cirebon yang disukai banyak orang. Namun, siapa sangka di balik nikmatnya setiap gigitan ikan asin yang renyah, tersimpan kisah perjuangan seorang pria yang tak kenal lelah. Ajid namanya.

Warga Samadikun Selatan, Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon ini telah bertahun-tahun menggantungkan hidupnya pada usaha produksi ikan asin. Ajid menekuni usaha tersebut di sebuah bangunan sederhana yang tak jauh dari rumahnya.

Tak hanya sekadar mencari nafkah untuk keluarga, melalui bisnisnya ini, pria 58 tahun itu mampu menyekolahkan kedua anaknya ke tingkat perguruan tinggi hingga berhasil menyandang gelar sarjana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Usaha produksi ikan asin) berawal dari nenek saya," ujar Diman Ariwijaya, anak sulung Ajid yang kini turut mengelola usaha keluarga.

detikJabar berkesempatan berbincang-bincang langsung dengan Diman di Cirebon, baru-baru ini. Pria 28 tahun itu pun banyak bercerita tentang usaha produksi ikan asin yang ditekuni oleh keluarganya.

ADVERTISEMENT

Ia mengatakan usaha produksi ikan asin ini merupakan usaha keluarga yang sudah berjalan selama bertahun-tahun. Ayah Diman, yakni Ajid merupakan generasi kedua. Sepeninggal sang ibu, Ajid yang meneruskan usaha tersebut.

"Setelah dari nenek, usaha ini diteruskan bapak. Bapak mulai meneruskan usaha produksi ikan asin ini sejak tahun 2014," kata Diman.

Diman sendiri mulai ikut mengelola usaha ikan asin sejak beberapa tahun lalu. Sebelumnya, Diman sempat bekerja di sebuah perusahaan. Namun, karena diminta untuk membantu sang ayah, Diman lalu memutuskan keluar dari tempat kerjanya dan fokus di usaha produksi ikan asin milik keluarga.

Usaha produksi ikan asin ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi keluarga, tetapi juga untuk masyarakat sekitar. Setidaknya ada 13 orang warga sekitar yang bekerja di tempat produksi ikan asin ini.

"Kebanyakan yang kerja ibu-ibu rumah tangga. Dengan bekerja di sini, mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan untuk keluarga," ujar Diman.

Dalam sehari, tempat produksi ini bisa mengolah sebanyak 1-2 Kwintal ikan segar untuk dijadikan produk ikan asin. "Kita dapat ikan-ikannya dari daerah Cirebon dan ada juga yang dari luar daerah. Sehari itu biasanya 1 Kwintal. Tapi kalau lagi banyak bisa 2 Kwintal," kata Diman.

Memasuki proses pembuatan, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Setiap hari, Ajid dan Diman bersama para pekerja lainnya sibuk membersihkan, merendam, dan menjemur berbagai jenis ikan, seperti ikan bilis dan ikan tiga wajah.

Proses pembuatan ikan asin dimulai dengan pemilihan ikan segar berkualitas. Ikan-ikan ini kemudian dibersihkan dan difilet dengan hati-hati. Tahap selanjutnya, ikan-ikan tersebut direndam dalam air garam yang telah disiapkan. "Direndamnya cukup satu malam," kata Diman.

Setelah semalaman direndam, ikan-ikan tersebut kemudian dicuci bersih dan dijemur di bawah sinar matahari. Lamanya waktu penjemuran sangat bergantung pada kondisi cuaca. "Kalau cuaca panas, ikan asin bisa kering dalam waktu tiga hari. Tapi kalau musim hujan, bisa lebih lama," tambah Diman.

Dipasarkan hingga ke Bandung

Selain ikan bilis dan ikan tiga wajah, tempat usaha ini juga memproduksi berbagai jenis ikan asin lainnya. Diman menawarkan dua pilihan kemasan untuk produk ikan asin, yakni curah dan kemasan plastik.

"Untuk yang curah, harganya lebih terjangkau. Tapi kalau ingin praktis, bisa memilih kemasan plastik," jelasnya.

Untuk ikan asin bilis curah, harga yang dipatok yaitu Rp100 ribu/Kg. Sedangkan yang sudah dikemas, harganya menjadi Rp110 ribu/Kg. Begitu pun dengan ikan asin tiga wajah. Untuk ikan asin tiga wajah curah, harganya Rp90 ribu/Kg. Sementara yang sudah dikemas harganya menjadi Rp100 ribu/Kg.

"Ikan asin yang curah dengan yang kemasan harganya beda Rp10.000," terang Diman.

Ikan asin yang dihasilkan dari tempat usaha ini telah dipasarkan hingga ke berbagai daerah di Jawa Barat, terutama Cirebon dan Bandung. Keuntungan dari usaha ini pun tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, melainkan juga untuk membiayai pendidikan anak-anak.

"Dari usaha ini bapak bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai sarjana. Bapak kan anaknya dua, saya dan adik saya. Sekarang sudah lulus (kuliah) semua," kata Diman.

Dapat Sertifikat Halal

Saat ini produk ikan asin yang dihasilkan dari tempat produksi milik keluarga Ajid telah mengantongi sertifikat halal. Sertifikat halal itu didapatkan dari Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Cirebon.

Diman, anak sulung Ajid yang kini ikut membantu usaha keluarga sangat optimistis produk ikan asinnya bisa lebih diminati oleh banyak konsumen. Ia pun meyakini sertifikat halal tersebut dapat meningkatkan penjualan.

"Sangat yakin, dengan adanya sertifikat halal ini konsumen pasti akan lebih percaya dengan produk kami," ucap Diman.

Bagi pelaku usaha yang ingin memperoleh sertifikat halal ada beberapa proses yang harus dilalui. Salah satunya proses verifikasi dan validasi. Petugas dari Kemenag akan melakukan pemeriksaan bahan baku, proses produksi, hingga kebersihan tempat produksi.

Setelah dinyatakan memenuhi persyaratan serta lolos dalam tahap verifikasi dan validasi, pelaku usaha pun bisa mendapatkan sertifikat halal dari Kemenag.

Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kota Cirebon, Rizki Riyadu, menjelaskan bahwa sertifikat halal sangat penting bagi pelaku usaha, terutama UMKM. Dengan adanya sertifikat halal, konsumen akan lebih yakin dengan produk yang mereka beli.

"Selain itu, sertifikat halal juga dapat membuka peluang pasar yang lebih luas, baik di dalam maupun di luar negeri," kata Rizki.

Rizki juga menambahkan bahwa Kemenag berkomitmen untuk terus memfasilitasi UMKM dalam mendapatkan sertifikat halal. "Kami siap membantu pelaku UMKM dalam mengurus segala persyaratan yang dibutuhkan," ujar Rizki.

Pada tahun lalu, yakni tahun 2023, Kemenag menggulirkan program sertifikat halal gratis. Melalui program tersebut, Kemenag telah menerbitkan sebanyak 3.900 sertifikat halal.

"Tahun lalu itu kita ada program Sejuta Sertifikat Halal Gratis. Alhamdulillah di Kota Cirebon pada tahun lalu ada 3.900 sertifikat halal yang terbit dari pengajuan 4.000," kata Rizki.

Di tahun ini, Kemenag Kota Cirebon pun menyatakan akan memfasilitasi pelaku usaha agar bisa mendapatkan sertifikat halal. Meski program Sejuta Sertifikat Halal Gratis sudah tidak ada, namun Kemenag menyatakan siap membantu berbagai proses bagi pelaku usaha yang ingin mendapatkan sertifikat halal.

"Untuk tahun ini, karena program Sejuta Sertifikat Halal Gratis sudah tidak ada, saat ini istilahnya akan kita fasilitasi untuk sertifikat halal. Di tahun ini, yang sudah kita fasilitasi baru 60 pelaku usaha," kata Rizki.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Polisi Tangkap 6 Tersangka Baru Kasus Penjualan Bayi ke Singapura"
[Gambas:Video 20detik]
(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads