Sudah puluhan tahun Dastar (50) bekerja sebagai tukang tambal ban pinggir jalan, dengan menggunakan gerobak kecil yang diisi dengan alat tambal ban, saban hari Dastar mangkal di depan keraton Kacirebonan, Jalan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon.
Dastar memaparkan, mulanya, usaha tambal ban pinggir jalan, dikelola oleh orang tuanya sekitar 1970 an. Baru, pada tahun 1987 usaha bengkel tambal ban diteruskan oleh Dastar hingga hari ini. "Sudah lama usaha kayak gini ada sekitar tiga puluh tahunan mah, awalnya sejak kecil ikut bapak dulu, baru pada tahun 1987 usaha sendiri," tutur Dastar, Senin (12/8/2024).
Selama puluhan tahun menekuni profesi bengkel tambal ban pinggir jalan, banyak suka-duka yang Dastar alami, salah satunya ketika tahun 1990 sampai tahun 2000 an, kala itu usaha tambal ban milik Dastar ramai didatangi orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dahulu itu saya, dalam sehari pendapatan dari bengkel bisa sampai ratusan ribu, atau dua ratus ribu sehari, itu hitungannya besar di zaman itu, apalagi pada saat itu harga bensin masih sangat murah hanya Rp 650 per liter," tutur Dastar
Bahkan, lanjut Dastar, saking ramainya saat itu, bengkel tambal ban miliknya, sampai merekrut beberapa orang karyawan. "Dari mulai buka bengkel jam setengah tujuh, itu bengkel sudah mulai ramai, saking ramainya sampai saya punya karyawan empat, karena dulu tahun 90 an bengkel tuh masih jarang, pas itu bukanya sampai jam sepuluh malam, saking ramainya,"tutur Dastar.
Sangat berbeda dengan dulu, sekarang bengkel tambal ban milik Dastar sepi. Dalam sehari, Dastar hanya bisa mengumpulkan omzet sekitar puluhan ribu rupiah saja, bahkan tak jarang dalam sehari, Dastar tidak mendapatkan omzet sama sekali.
"Sekarang mah kadang dapat duit kadang nggak, ini saja dari pagi buka dari nih, cuman baru dapat dua puluh dua ribu, itu juga dari orang yang menambal ban dan isi angin saja, penyebabnya banyak bengkel baru juga sekarang mah. Tapi yah dapat nggak dapat, saya tetap syukuri," tutur Dastar.
Dastar memaparkan, sepinya tambal ban, mulai terasa setelah ia sakit beberapa tahun lalu. Kala itu, untuk proses penyembuhan, Dastar memutuskan untuk tidak membuka bengkel selama tiga tahun.
"2019 tuh sempat sakit sampai dioperasi, terus nggak buka selama tiga tahun, baru buka lagi setelah Covid 19, nah setelah covid ini kayaknya bengkel makin sepi, kayak usahanya mulai dari nol lagi," tutur Dastar.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Dastar dibantu oleh istrinya yang bekerja sebagai pedagang kecil-kecilan di rumah. Bagi Dastar, meski penghasilan dari bengkel sudah tidak seperti dulu. Dastar memiliki semangat yang tinggi, untuk tetap menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang perguruan tinggi. Menurutnya, di zaman sekarang pendidikan tetap jadi yang terpenting.
"Anaknya dua, alhamdulillah sekarang anak yang pertama lagi kuliah di Cirebon yang dekat, anaknya juga sejak kecil rajin dan aktif, kalau anak yang satunya lagi masih SMA. Walaupun saya sekolahnya nggak tinggi juga, tapi di zaman sekarang pendidikan mah penting, nggak kayak dulu yang mikirnya langsung nyari duit," tutur Dastar.
Ada harapan Dastar untuk membuka usaha lain yang lebih menjanjikan, namun, masih terkendala oleh modal yang terbatas. "Ada saja pikiran untuk menambah penghasilan atau usaha lain, cuman yah karena bisanya begini sama terkendala modal juga, jadi sekarang mah ditekuni saja apa yang ada," pungkas Dastar.
(yum/yum)