Seorang perwira polisi di Polda Jatim ini beternak ikan koi hingga meraup untung puluhan juta rupiah. Dia adalah AKBP Cecep Ibrahim, Wakil Direktur Intelkam Polda Jatim.
Cecep sukses menjalankan usaha sampingan beternak ikan koi. Kepada detikJatim dia tunjukkan sejumlah ikan koi yang berhasil dia budi dayakan. Bahkan, kualitas dan kuantitasnya bukan sembarangan.
Semua bermula dari keinginannya memanfaatkan lahan kosong di rumahnya di Jalan Dukuh Kupang Surabaya. Kemudian dia merencanakan dan mulai merintis usaha peternakan ikan koi itu sejak 2017 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari situ lah dia mulai mempelajari bagaimana beternak ikan yang dipercaya sebagai pembawa keberuntungan itu dari berbagai sumber. Setelah itu dia nekat memulai budi daya itu sebagai usaha sampingan.
"Memelihara ikan koi sangat mudah, asalkan memperhatikan filter air agar terus menyala, serta kualitas air terjaga," kata Cecep saat ditemui detikJatim, Rabu (11/6/2025).
Cecep mengaku memulai budi daya ini dengan membeli ikan koi seharga Rp 100 ribu per ekor. Lambat laun Cecep yang kian gandrung mendalami usaha sampingan dengan beternak ikan koi.
Saat ini sudah ada yang ribuan ekor yang dihasilkan dari budi daya yang dia jalankan dengan modal 3 kolam terpal dan 3 kolam dari batu bata. Bahkan ikan koi yang dia hasilkan sudah berkualitas kontes atau show di dalam rumah yang juga digunakan untuk peternakan.
"Setiap kolam dimanfaatkan untuk tempat pemijahan, tempat pembesaran anakan hasil sortir, serta kolam untuk pemasaran, dan kolam untuk ikan-ikan kontes," imbuhnya.
Dari hasil beternak ikan koi itu, Polisi dengan 2 melati di pundaknya itu mampu meraup penghasilan minimal Rp 20 juta per bulan. Dan dia tegaskan lagi bahwa apa yang dia hasilkan saat ini bukan lah hal instan. Karena dia juga sempat mengalami jatuh bangun usahanya.
"Tiga kali ikan dalam kolam mati akibat listrik padam yang membuat filter air mati," ujarnya.
Cecep kini berhasil mengembangbiakkan Koi dari berbagai jenis, seperti jenis Utsuri, Goshiki, Kohaku, hingga Showa Shansoku. Dia juga menceritakan tantangannya. Dari 30 ribu anakan koi, hanya 3 ekor atau bahkan tidak sama sekali yang mempunyai kualitas kontes atau show.
"Tidak semua memiliki warna, corak, serta proporsi tubuh yang sangat baik," papar dia.
Untuk mendapat ikan koi kualitas kontes Cecep kerap melakukan penyortiran terlebih dulu. Setidaknya sekitar 5 kali dalam 1 penetasan saat warna dan corak ikan sudah terlihat.
Karena itulah harga ikan koi hasil budi dayanya cukup mahal, mulai dari Rp 1 juta hingga ratusan juta rupiah. Khususnya jenis Utsuri yang menurutnya sangat unik dengan corak hitam dan oranye yang cantik.
Bukan hanya beternak, ikan-ikan Koi hasil budidaya Cecep juga telah menyabet segudang prestasi baik tingkat nasional maupun internasional. Dia mengaku sejumlah Koi yang telah berprestasi itu sempat ditawar calon pembeli dengan nominal fantastis.
"(Sempat ditawar) Rp 150 juta, karena memenangkan kejuaraan Koi tingkat Asean di Bali," katanya.
Kini Cecep telah menuai hasil kerja kerasnya membudidayakan Koi. Dia tidak hanya menjual Koinya di dalam negeri tetapi juga dijual ke beberapa negara di Asia hingga Eropa. Dia berharap apa yang dia lakukan bisa menginspirasi para personel Polri lainnya di tanah air sehingga berdampak positif bagi khalayak.
(dpe/abq)