Semangat Devi Melestarikan Kesenian Singa Depok

Cirebon

Semangat Devi Melestarikan Kesenian Singa Depok

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Senin, 05 Agu 2024 04:30 WIB
Kesenian burok dan singa depok milik Devi di Cirebon.
Kesenian burok dan singa depok milik Devi di Cirebon. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Suara musik tarling khas Cirebon mulai terdengar, para pemanggul singa depok tampak bersiap untuk menari. Dengan bantuan empat orang pemanggul untuk setiap singa depok, secara perlahan singa depok bergoyang mengikuti irama musik. Tidak hanya satu, tapi tiga singa depok bergoyang secara bersamaan.

Ketiga singa depok tersebut milik Devi, wanita berusia 30 tahun asal Palimanan, Kabupaten Cirebon. Devi mengelola usaha kesenian burok dan singa depok bernama Putra Rasya Nada. Devi menjelaskan ia telah menggeluti usaha ini selama sekitar tujuh tahun.

"Sudah menggeluti dari tahun 2017, kebetulan setiap hari Minggu, kami mangkal di kawasan Bima, Kota Cirebon," tutur Devi pada Minggu (4/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Devi menjelaskan biasanya kesenian burok dan singa depok miliknya hanya tampil di acara tertentu seperti hajatan atau khitanan. Namun, karena acara tersebut jarang, ia memutuskan untuk menampilkan kesenian burok dan singa depok secara berkeliling.

"Iya emang biasanya pas hajatan saja tampilnya, tapi kan kalau yang hajatan kan sifatnya musiman dan jarang tuh, jadi kita tampilnya keliling saja, kalau nggak di pasar malam yah di bima," tutur Devi.

ADVERTISEMENT

Selain itu, lanjut Devi, dengan berkeliling, ia dapat memberikan pekerjaan kepada para pengangguran yang ada di desanya. "Sekalian menekan angka pengangguran juga, kan banyak anak yang putus sekolah, nggak punya ijazah, alhamdulillah banyak bisa ikut kerja, bisa bantu-bantu keluarganya," tutur Devi.

Tidak ada syarat khusus untuk bisa bekerja di kesenian burok dan singa depok milik Devi. Menurutnya, yang terpenting adalah memiliki fisik yang sehat dan semangat dalam bekerja.

"Yang penting kuat mental, semangat dan jangan malu, bahkan kalau lagi ada acara hajatan itu ada sekitar 60 orang yang ikut bekerja, kebanyakan orang yang nganggur juga," tutur Devi.

Selain di kawasan Bima, singa depok milik Devi juga berkeliling di setiap pasar malam yang ada di Kabupaten Cirebon. Menurut Devi, dengan berkeliling, ia bisa sekaligus mempromosikan kesenian burok dan singa depok.

"Kalau saya punya barang tapi nggak ditampilkan kan nanti siapa yang tahu, apalagi kalau kesenian kayak ginikan kebanyakan yang pesen tuh orang-orang dari luar Cirebon, jadi biar orang tahu bahwa di Cirebon punya kesenian ini," tutur Devi.

Devi menjelaskan sistem tampil dengan cara berkeliling seperti yang ia lakukan sekarang memiliki keuntungan yang lebih sedikit dibandingkan dengan sistem sewa borongan untuk acara. Meski begitu, Devi tidak masalah, asalkan ia bisa membantu orang agar tidak menjadi pengangguran.

"Kalau di acara kayak hajatan itu sudah dipatok, jadi anak-anak dibayar sama saya, kalau ada saweran itu tambahan buat mereka. Cuman kalau untuk keliling kayak gini, sistemnya bagi hasil, saya mah dapatnya dikit, yang penting bisa jalan, nggak pada nganggur anak-anaknya, terus sama sekalian promosi juga," tutur Devi.

Untuk satu kali naik singa depok keliling, Devi mematok harga Rp 10.000. Menurut Devi, dengan usaha kesenian burok dan singa depok ini cukup untuk menghidupi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

"Cukup nggak cukup, namanya orang usaha yang penting disyukuri, tapi saya mah prinsipnya yang penting bisa menekan angka pengangguran saja," pungkas Devi.

(iqk/iqk)


Hide Ads