Ratusan warga di pesisir Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi punya kebiasaan yang sudah menjadi tradisi turun temurun. Tradisi itu dinamai Nyalawena, dilakukan setiap tanggal 25 setiap bulan sepanjang tahun dan berakhir di tanggal muda di bulan berikutnya.
Nyalawena adalah perburuan impun yang dilakukan secara turun temurun. Impun adalah sebutan untuk ikan kecil yang biasanya ditemukan di pesisir pantai. Ikan ini memiliki ukuran kecil dan seringkali menjadi bagian penting dari tradisi penangkapan ikan di beberapa daerah pesisir.
"Sudah sejak saya muda, tradisi nyalawena dilakukan setiap tanggal 25 sampai tanggal 6 di bulan berikutnya. Alhamdulillah untuk bulan ini, impun meskipun telat tapi hasilnya melimpah," kata Abah Opi (60), warga Desa Loji kepada detikJabar, Jumat (2/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya sekadar ritual unik, Nyalawena juga menggabungkan kebersamaan, pengetahuan tradisional, dan ketergantungan pada alam. Tradisi ini adalah bentuk sambutan terhadap kedatangan impun, sesuai kebutuhan tidak hanya untuk menu makanan tapi juga dijual.
"Ada yang sekadar untuk menu makanan, namun karena banyak ada juga yang sampai dijual. Bisa dimasak langsung, ada juga yang dibuat terasi, pembeli pada datang langsung Kalau untuk dijual lagi harganya Rp 65 ribu kebanyakan yang beli sampai 10 kilogram, dijual lagi bia sampai Rp 80 ribu," tutur Bah Opi.
Tidak hanya warga setempat, mereka yang menangkap juga ada yang berasal dari wilayah kecamatan lain. Mereka datang berbekal wadah besar, topi bundar atau caping hingga membawa sirib, semacam jaring dengan lubng kecil yang jauh lebih halus.
"Si pencari impun ada yang dari Tonjong, Loji, Mariuk bahkan Cibuntu. Dari Palabuhanratu bahkan warga Kota Sukabumi yang penasaran juga ikut berburu," tutur Bah Opi.
Cara menangkap impun adalah dengan membentangkan sirib menghadap ke laut, ketika ombak datang sirib lantas dibentangkan. Impun yang terperangkap kemudian dimasukan ke dalam wadah yang disiapkan.
"Sirib dirancang khusus untuk menangkap impun tanpa merusak ikan kecil yang halus tersebut. Sirib sendiri hasil dari pengetahuan orang tua dulu turun-temurun yang diwariskan dari generasi berikutnya," kata Bah Opi.
Selama periode Nyalawena, para pencari impun juga melakukan aktivitas berkumpul dan menginap di dekat pantai selama berhari-hari. Bah Opi sendiri sudah lebih dari sepekan berada di pesisir Loji.
"Saya sudah menginap dari tanggal 25, ada yang dari rumah sengaja mengambil, ada yang dijual disini juga. Alhamdulillah rezeki dari alam," pungkasnya.
(sya/mso)