Gurih Sedap Docang Paling Lawas di Pasar Perumnas Cirebon

Gurih Sedap Docang Paling Lawas di Pasar Perumnas Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Minggu, 23 Jun 2024 06:00 WIB
Docang Paling Lawas di Pasar Perumnas Cirebon.
Docang Paling Lawas di Pasar Perumnas Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Di depan Pasar Perumnas, Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon terdapat pedagang makanan khas Cirebon bernama Docang Paling Lawas yang sudah berjualan selama puluhan tahun.

Penjual Docang Paling Lawas, Muhammad Sofi (25) menuturkan, seperti namanya, docang paling lawas memang makanan khas Cirebon yang sudah ada sejak dahulu.

Sofi mengatakan, mulanya, usaha berjualan docang merupakan usaha yang dirintis oleh ayahnya sejak tahun 90an. "Jualan sudah dari 1992 atau 1993 lah, itu yang jualan ayah saya. Semenjak ayah berhenti jualan, diterusin sama saya, anaknya," tutur Sofi saat berbincang dengan detikJabar, Jumat, (21/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan harga Rp 7.000 per porsi, dalam sehari, Sofi bisa menjual ratusan porsi docang dengan omzet mencapai ratusan bahkan jutaan rupiah per hari.

"Kisaran omzet mah kalau lagi sepi paling Rp 650.000 atau Rp 700.000. Tapi kalau ramai bisa sampai Rp 900.000 sampai Rp 1.000.000. Bahkan, kalau hari Minggu itu bisa sampai Rp 1.700.000," tutur Sofi.

ADVERTISEMENT
Docang Paling Lawas di Pasar Perumnas Cirebon.Docang Paling Lawas di Pasar Perumnas Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Dalam proses pembuatannya, docang menggunakan bahan-bahan yang cukup sederhana, seperti lontong, daun singkong, tauge, kerupuk putih, dan kuah yang terbuat dari dage yang sudah dihancurkan.

Menurut Sofi, kuah inilah yang menjadi ciri khas makanan docang. "Yang jadi ciri khas docang tuh, di kuahnya yang ada dagenya, sama kerupuknya yang jarang dijual belikan," tutur Sofi.

Sofi sendiri memesan kerupuk khusus docang di salah satu sentra pembuatan kerupuk di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon. Selain menjual docang, Sofi juga menerima permintaan orang yang hanya ingin membeli kerupuk docangnya saja.

"Kerupuknya juga dijualain, per kilo itu Rp 33.000. Jadi selain dari berjualan docang, pendapatannya juga dari jualan kerupuk," tutur Sofi.

Campuran daun singkong, parutan kelapa, tauge dan lontong yang diguyur kuah dage panas dan kerupuk docang yang khas, menciptakan sensasi rasa docang yang gurih dan sedap saat dimakan.

Untuk jam bukanya, Docang Lawas buka dari subuh sampai pukul 11:00 WIB. "Kadang kalau lagi rame, sebelum jam sebelas siang juga udah habis," pungkas Sofi.

(sud/sud)


Hide Ads