Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wiwi Komariah (51), salah seorang warga Mandalangan yang ikut belajar batik di sanggar Widjaya Kusuma. "Awalnya nggak ngerti sama sekali cara membatik, bener-bener mulai dari nol sampai bisa," tutur Wiwi, Rabu, (30/5/2024).
Menurut Wiwi, semenjak adanya program membatik bersama warga sekitar, banyak ibu-ibu dan anak-anak yang memiliki keahlian membatik. "Ada sekitar 30-an ibu-ibu yang bisa membantik, bahkan anak-anaknya juga sekarang udah pada bisa membatik, saya sendiri sudah 7 tahunan membatik," tutur Wiwi.
Wiwi menceritakan, awal-awal belajar batik memang sulit, apalagi bagi dirinya yang pemula. "Pas awal-awal belajar, tangan panas kena malam, terus buat garis-garis dulu, kadang kalau malamnya kepanasan cantingnya tersumbat,"tutur Wiwi.
Meski sulit, Wiwi dan ibu-ibu yang lain merasa senang saat belajar membatik di sanggar Widjaya Kusuma. "Seneng banget enak, jika biasanya nganggur sekarang produktif bisa ngisi waktu luang," tutur Wiwi.
Tak hanya sekadar untuk mengisi waktu luang, menurut Wiwi membatik sudah menjadi hobi bagi ibu-ibu yang ada kampung Mandalangan. "Awalnya cuman menekuni, tapi dengan berjalannya waktu malah jadi hobi. Walaupun pas awal-awal belajarnya susah tapi lama-lama paham," tutur Wiwi.
Ketika banyak orderan terkadang Wiwi dan ibu-ibu yang lain juga dapat pemasukan tambahan dari batik. Namun, jika sedang sepi, Wiwi bersama ibu-ibu yang lain, akan ikut mengajar workshop bersama pelajar.
"Pas udah bisa, ibu-ibu juga ngajarin anak-anak sekolah yang datang ke sini. Kadang kalau banyak orderan juga bisa dapat pemasukan tambahan dari membatik," tutur Wiwi.
Menurut Wiwi, membutuhkan waktu selama beberapa bulan agar ia dan ibu-ibu lain bisa membatik dengan baik. "Ada empat sampai lima bulan sih. Itu juga saya masih kesusahan, awal awal belajar mah cuman pakai sapu tangan," ungkap Wiwi.
Ada banyak motif batik yang sudah bisa dibuat oleh Wiwi dan teman-temanya seperti megamendung, singa barong dan motif keraton. "Motif-motif batiknya yang lawasan aja, kayak yang bangsa keraton-keratonan gitu," tutur Wiwi.
Wiwi mengenang, akibat ikut membantu dirinya terkadang ikut dalam berbagai macam pameran. "Kadang juga diajak ikut pameran, kaya kemarin di balai kota atau ke mana gitu, senanglah pokoknya bisa ikut," tutur Wiwi.
Wiwi berharap ke depan kampung batik Kasepuhan dapat lebih maju lagi. "Harapannya sih bisa lebih maju lagi, banyak yang melirik lah," tutur Wiwi.
Senada dengan Wiwi, owner sanggar batik Widjaya Kusuma, Kurniasih menuturkan, adanya kampung batik ini bertujuan untuk memberdayakan warga sekitar agar lebih produktif.
"Ibaratnya kan dari pada mengambil perajin dari Trusmi, kan sayang mending berdayakan ibu-ibu yang di sini, kalau banyak orderan juga lumayan mereka bisa dapat pemasukan tambahan dari membatik," pungkas Kurniasih.
Temui Berbagai Kendala
Meski telah memberdayakan ibu-ibu sekitar, namun kampung batik di Kasepuhan ini belum berkembang maksimal. "Masih belum berkembang, peminatnya masih sedikit, pelaku usahanya juga masih sedikit yang mau menggeluti," kata penyuluh Perindustrian dari Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perdagangan dan Perindustrian (DKUKMPP) Kota Cirebon Asri Wedari.
Menurut Asri, ada beberapa faktor yang menjadi kendala untuk mengembangkan kampung batik Cirebon, seperti SDM yang masih minim, modal dan juga terbatasnya anggaran.
"Masalahnya ada di SDM kan kalau batik harus tekun, tangannya juga harus lemas, sama modal dan anggaran terbatas. Paling di kita anggaran itu banyaknya untuk pelatihan. Kalau pemasaran sih mungkin kita bisa bantu," tutur Asri.
Menurut Asri, untuk masalah kesulitan modal pihaknya hanya bisa memfasilitasi pinjaman modal dari bank. "Saya sudah memberikan tawaran untuk meminjam modal dari beberapa bank untuk pelaku usaha. Tapi kan tergantung pelaku usahanya sendiri mau nggak untuk meminjam modal, kan ada angsuran bulanan nya," tutur Asri.
Asri juga tak menampik soal promosi masij menjadi kendala untuk mengembangkan kampung batik. Saat ini, promosi hanya sebatas tempat untuk penjual produk dan membawanya ke tempat pameran.
"Kalau memang produknya sudah jadi ya kita promosikan di Mall UMKM atau kita bawa ke pameran-pameran gitu," tutur Asri.
Asri juga mengatakan, kendala lain yang menyebabkan pengusaha batik masih jarang di Kota Cirebon adalah karena terbatasnya tempat. Menurut Asri, dalam membangun usaha batik, diperlukan tempat yang cukup luas.
"Produksi batik kan membutuhkan tempat yang cukup luas, kayak tempat buat jemur sama pewarnaan itu kan perlu tempat yang luas. Ada juga yang batik alam di Kriyan tuh sama juga kendalanya karena tempat yang terbatas, jadi susah sehingga produksinya terbatas," tutur Asri.
Ke depan, Asri akan tetap mencoba memfasilitasi pengembangan batik di Kota Cirebon. "Batik di Kota Cirebon itu bagus, nggak kalah sama yang di kabupaten, harapannya semoga bisa lebih berkembang dan produksinya bisa bertambah, dari pemerintah cuma bisa memfasilitasi," pungkas Asri. (sud/sud)