Terhitung sejak Januari hingga April 2024 kemarin, peningkatan angka kasus DBD mencapai 2 kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun 2023. "Jumlah kasus DBD di Kabupaten Indramayu itu dua kali lipat kasus tahun kemarin di bulan yang sama. Di empat bulan pertama itu naiknya dua kali lipat," kata Kepala Dinas Kesehatan Wawan Ridwan, Jumat (17/5/2024).
Dari fenomena itu, Pemkab Indramayu menggalakkan upaya pemberantasan sarang nyamuk. Salah satunya dengan cara menguras, menutup, mengubur alias 3M. Atau, dengan abatesasi dan jumantik. Bahkan, jika diperlukan dinas akan melakukan fogging.
Penyintas usia anak dan balita mendominasi pada kasus DBD saat ini. Dinas Kesehatan Indramayu mengimbau agar masyarakat lebih memproteksi anak dengan kelambu ketika tidur.
Karena kata Wawan, siklus DBD yang semula terjadi lima tahunan itu bisa menjadi 2 tahun. Faktor perubahan cuaca kemarau panjang dan cuaca panas menyebabkan frekuensi nyamuk menggigit lebih tinggi. Termasuk nanti pada curah hujan yang menjadi musim berkembangnya nyamuk.
"Kami kepada masyarakat yang terpenting adalah pemberantasan sarang nyamuk ya dengan 3M, dan seterusnya dan untuk bagi yang punya anak kecil untuk diberi kelambu pada saat tidur. Dan, sebisa mungkin anak-anak kecil tidak perlu keluar rumah kalau tidak diperlukan," ungkapnya.
Secara data, per April kemarin tercatat jumlah kasus DBD di Kabupaten Indramayu mencapai 135 kasus. Dari total kasus itu satu orang meninggal dunia. Namun, angka tersebut masih tergolong rendah dibandingkan daerah lainnya di Jawa Barat.
Wawan mengaku pada 8 Mei kemarin, pihaknya menerima dari Pemprov Jabar mengenai evaluasi kasus DBD di 27 daerah di Jabar. "Indramayu termasuk dengan kasus DBD yang paling terendah sebanyak 135 kasus dengan satu kasus kematian," kata Wawan.
Kasus DBD hampir terjadi secara merata di seluruh Kabupaten Indramayu. Namun angka terbanyak terjadi di Kecamatan Balongan.
"Kita merata di Kabupaten Indramayu itu merata dan memang yang agak tinggi di Balongan jadi itu juga ada beberapa faktor di sana walaupun memang secara umum merata 135 itu tersebar di 31 Kecamatan di 49 Puskesmas jadi semua puskesmas punya kasus DBD semua," pungkasnya. (sud/sud)