Seperti terlihat di salah satu stand Embarkasi Kertajati, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Slamet dengan ramah menyapa para calon haji yang hendak berangkat ke tanah suci. Sembari itu ia juga menawarkan jasanya untuk menservis tas.
Baca juga: Kesetiaan Sanirah dengan Kayuhan Becaknya |
Rupanya, aktivitas jadi rutinitas Slamet sehari-hari. Dari rumahnya di Desa Salagedang, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, Slamet ditemani istrinya Titin (48) mengais rupiah ke sejumlah dari dari Wilayah Cirebon Raya, Jabodetabek hingga ke Jawa Tengah.
"Ada sekitar 15 tahun lebih. Awal jualan busana muslim, terus ditambah servis tas. Kalau Ciayumajakuning sih jangan tanya, ke Bogor, Karawang, Pangandaran, Subang, Batang, Tegal juga sering. Jadi kalau ada acara kayak manasik, bimbingan teknis dan sebagainya kita datangi," ujar Slamet saat ditemui detikJabar, Jumat (17/5/2024).
Slamet terlihat piawai saat memperbaiki setiap bagian tas cangklek milik calon haji. Mulai dari mengganti resleting, memasang kancing perekat hingga gesper plastik.
Hasil kerjanya pun terlihat cukup rapi. Itu terbukti, ia bisa memperbaiki puluhan tas dalam sehari. Untuk jasanya, Slamet membanderol dengan harga Rp25 ribu bahkan lebih tergantung tingkat kerusakannya.
![]() |
"Di sini (Embarkasi Kertajati) perhari bisa nyampe 30an orang yang datang. Nggak semua tas rusak, kadang ada juga yang buat antisipasi biar nggak rusak jadi di servis dulu. Harga dari Rp25 ribu, tapi kalau kerusakan parah bisa lebih," katanya.
Musim haji seperti ini seperti menjadi masa panen bagi Slamet. Sebab, dalam sebulan penuh ia tidak perlu keliling daerah cukup menetap di lapak yang tersedia di Embarkasi.
"Di Embarkasi baru 2 tahun ini, Alhamdulillah dibolehkan jualan di sini. Full sebulan kayaknya. Paling pulang untuk ganti pakaian dan belanja juga cari yang dekat aja," ujarnya.
"Perhari biasanya paling Rp2 jutaan masih dapat termasuk jualan busana muslim, soalnya di sini nggak kayak di KBIH kebanyakan orang beli satuan," imbuhnya beberkan omset penjualannya.
Berniaga memang disukai Slamet sejak muda bahkan sampai ber rumahtangga. Hingga pada tahun 2009 lalu, ia memutuskan merintis usaha jualan baju muslim bersama istrinya.
Melihat ada potensi baru, ia pun mulai belajar memperbaiki tas para calon jamaah haji tersebut. Meskipun hasilnya tidak sebagus penjual jasa servis lainnya karena minimnya alat tidak menyurutkan semangat nya untuk belajar servis tas. Hingga sekarang banyak yang mengakui hasil karyanya.
"Tadinya jualan ini (busana aja) terus sering liatin orang pada suka perbaiki tas jadi kepengen. Dulu belum pakai ampleng (alas pengeras), sekarang udah ada," katanya.
Ramah dengan jejaring sosial jadi kunci bagi Slamet. Informasi dari setiap pengurus menjadi penting baginya sebelum membuka menjajaki jualannya.
Semangat menjadi modal utamanya dalam menjalankan usaha. Meskipun, terkadang ia harus gigit jari lantaran misinformasi.
"Ada aja informasi nya dari pengurus pengurus KBIH atau jamaah. Nggak jarang juga kadang sudah sampai di lokasi malah acaranya nggak ada. Ya kita cari lagi ke daerah lain. Yang penting mah semangat aja lah jalani aja, rezeki mah ada aja," tutur Slamet.
Konsistensi nya dalam usaha mulai menunjukkan hasilnya. Semula yang hanya menggunakan sepeda motor untuk berkeliling daerah, kini sudah memakai mobil. Bahkan ia berencana untuk berangkat ke tanah suci.
"Belum pernah berangkat tapi Alhamdulillah sudah daftar haji tahun 2016 lalu," pungkasnya.
(dir/dir)