Jasa service jam saat ini sudah jarang ditemui. Termasuk di Cirebon, hanya ada beberapa saja yang masih setia menekuni profesi servis jam, salah satunya Zainudin Rahman.
Di antara deretan pedagang makanan di Jalan Ciremai Raya, Kota Cirebon, lapak Zainudin berdiri. Zainudin setia menanti pelanggan di balik lemari kaca yang di bawahnya bertuliskan 'service jam'. Koleksi jam tangan baru dan bekas memenuhi lemari kaca tersebut.
Pria 49 tahun ini sudah menekuni usahanya selama 25 tahun. Usaha servis jam merupakan usaha turun temurun dari ayahnya. Zainudin bercerita, kala masih bujang dia diberi pilihan oleh ayahnya untuk menekuni usaha servis mesin ketik atau servis jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sama ayah itu saya diberi pilihan mau tekuni usaha mesin ketik atau servis jam, terus pilihnya servis jam, oleh ayah terus diajarin servis jam. Mulai buka jasa itu pas zaman Soeharto lengser, sekitar tahun 1999, sudah 25 tahunan, " tutur Zainudin saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Menurut Zainudin, mulanya, ia membuka lapak di daerah Pekalangan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, yang sejak dulu dikenal sebagai pusat servis dan jual beli jam di Cirebon. Di sana, lanjut Zainudin, ada sekitar belasan orang yang membuka jasa servis jam. Namun, setelah lapaknya digusur dua tahun lalu, membuat tukang servis jam di Pekalangan punah.
Berbeda dengan teman-temanya yang berhenti menjadi tukang servis jam. Ketika itu, setelah digusur, Zainudin memilih tetap membuka jasa servis jam dengan cara pindah ke Jalan Ciremai Raya, Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
"Itu di Pekalangan nggak boleh berjualan, padahal ada sekitar lima belas orang yang buka jasa jual beli dan servis jam, tapi sekarang sudah pada nggak ada, sisa saya saja, itu juga pindah ke sini dari tahun 2022," tutur Zainudin.
Zainudin mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan tukang servis dan jual beli jam semakin jarang ditemui, seperti minat orang terhadap jam analog yang berkurang, ditambah jam-jam antik yang dulu bernilai jual tinggi juga sudah sulit didapatkan.
"Jauh pisan, dulu mah pendapatan bisa buat beli batu akik setiap hari sampai bisa sekolahin anak-anak. Tapi sekarang sudah sepi jarang ada datang ke sini. Generasi yang menggunakan jamnya sudah pada nggak ada," tutur Zainudin.
Walaupun sepi, Zainudin masih tetap membuka usahanya. Karena bagi Zainudin, yang penting keyakinan untuk mendapatkan rezeki. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Zainudin dibantu oleh anak-anaknya yang sudah bekerja.
"Kitanya harus yakin, setiap hari rezeki mah pasti ada. Apalagi umur sudah segini mau apalagi. Alhamdulillah anak-anak sudah kerja, bisa bantu keluarga juga, jadi disyukuri saja," pungkas Zainudin.
(dir/dir)