Minggu pagi terlihat satu aktivitas tak biasa di satu petak sawah yang ada di Desa Plumbon, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Sesajen lengkap tersedia di sudut sawah yang dijuluki sawah keramat Buyut Lumbung Dalem, di sampingnya terlihat sejumlah petani kumpul bersiap memanen.
Secara tradisional, ritual panen sawah keramat itu dipimpin juru kunci. Untuk dijadikan bibit atau indung, petani memetik setiap tangkai padi dengan menggunakan ani-ani.
Adat yang dilakukan sejak ratusan tahun lalu ini, bertujuan untuk mengambil bibit padi dari sawah tersebut. Kemudian, bibit atau yang disebut indung nantinya akan disimpan ke dalam lumbung kuno yang disebut juga Buyut Lumbung Dalem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah hari ini kita bisa melakukan panen di sawah Buyut Dalem yang dilakukan secara tradisional dengan menggunakan ani-ani. Kita juga membuat indung atau bibit yang akan dimasukkan ke dalam lumbung nanti," kata juru kunci Buyut Lumbung Dalem, Yani, Minggu (5/5/2024).
Dalam prosesnya, pengurus atau juru kunci buyut membuat indung atau bibit padi. Indung terdiri dari 7 tangkai padi kemudian diikat memakai daunnya yang sudah dikepang terlebih dahulu.
Agar stok bibit semakin banyak, petani menambahkan indung di seikat padi yang besarnya seukuran genggaman tangan orang dewasa. Petani di Plumbon menyebut ikatan padi itu dengan nama pocongan. Dalam ritual ini mereka membuat empat pocongan. Dari empat pocongan itu, petani kemudian membuat gedeng. Ikatan yang lebih besar. Satu gedeng berisi dua pocongan. Dua gedeng ini menyimbolkan sepasang pengantin atau Dewi Sri dan Sang Hyang Sri. Masing-masing gedeng dibungkus kain putih dan disimpan sementara di kediaman juru kunci sebelum dilakukan tradisi ngunjung buyut.
Menurut Yani, adat mengambil bibit dari sawah Buyut Lumbung Dalem ini dilakukan setiap panen raya musim hujan. Rutinitas ini dilakukan sudah turun-temurun.
"Peninggalan orang tua kita ya, tradisi ini harus diturunkan ke anak cucu. Mungkin kalau yang sekarang lebih modern, kalau di sawah pribadi. Tapi karena peninggalan buyut ya kita melakukan panen itu secara tradisional," paparnya.
Di sisi lain, sawah seluas 150 bata ( satu bata setara luas 14 meter persegi) dianggap menjadi etalase pertanian padi sewilayah Kabupaten Indramayu. Sebagian masyarakat menganggap, hasil panen dari sawah keramat Buyut Lumbung Dalem ini, jadi acuan bagi persawahan padi di seluruh wilayah.
"Ini sebagai contoh, seandai kata sawah keramat Buyut Lumbung Dalem itu hasilnya kurang bagus, itu di seluruh sawah di Indramayu juga hasilnya berbeda, walaupun kelihatan bagus tapi bobotnya berkurang," kata Tarmad salah seorang pengurus Buyut Lumbung Dalem.
Sekira satu bulan mendatang setelah panen. Tradisi ngunjung buyut atau ngeleb akan dilaksanakan yaitu proses memasukkan indung (bibit) dan hasil panen ke dalam lumbung kuno.
Dalam tradisinya nanti, dua gedeng bibit padi yang sudah dipanen akan dihias menjadi sepasang. Yakni untuk melambangkan sosok Dewi Sri dan Sang Hyang Sri. "Nanti adat acara ngeleb itu 4 pocong yang jadi 2 gedeng itu nanti di babah pasang (dirias). Kalau Sang Hyang Sri itu pakainya topi atau kopiah, kalau Dewi Sri itu dikasih kerudung dibedakin dan sebagainya, nanti di arak seperti pengantin," ujarnya.
(sud/sud)