Melihat Tradisi Ngayun dan Pemberian Nama Bayi di Indramayu

Melihat Tradisi Ngayun dan Pemberian Nama Bayi di Indramayu

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Sabtu, 05 Okt 2024 16:30 WIB
Tradisi ngayun saat pemberian nama untuk bayi di Desa Larangan, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu
Tradisi ngayun saat pemberian nama untuk bayi di Desa Larangan, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu. (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Pemberian nama menjadi warisan pertama yang diberikan kepada seorang anak. Selain keindahan kata, nama yang diberikan tentunya memiliki sejuta makna sebagai doa.

Di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pemberian nama kepada bayi yang baru lahir dilakukan dengan tradisi ngayun. Lepasnya sisa tali ari-ari bayi menjadi tanda untuk segera dilaksanakannya tradisi ngayun.

Seperti dilakukan oleh Nurdin (44) warga di Desa Larangan, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu. Secara sederhana, Nurdin menggelar syukuran atas kelahiran anak keempatnya, sekaligus memberikan nama. Bahkan, bagi Nurdin tradisi itu selalu ia lakukan saat memberikan nama kepada anak-anaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena tradisi orang sini, dari anak pertama juga pakai ngayun. Waktunya beda-beda, kakaknya itu 7 hari sudah ngayun, kalau yang ini 9 hari baru lepas tali pusarnya," kata Nurdin usai memberikan nama kepada putranya, Sabtu (5/10/2024).

Dalam persiapannya, Nurdin dan keluarganya, menyajikan hidangan sederhana. Mulai dari nasi tumpeng, opor, lauk-pauk hingga sesaji. Semuanya diletakkan di bawah ayunan untuk si jabang bayi.

ADVERTISEMENT

Sementara, tokoh sesepuh setempat yang akan memimpin prosesi ngayun, pun turut menyiapkan aneka bunga untuk di taruh di atas ayunan. Sebelum memulai, Nurdin terlebih dulu menyerahkan sejumlah nama yang nantinya akan ia pilih untuk anaknya.

Dari tiga nama yang disuguhkan, Nurdin memilih nama Adam Rizky untuk putra keempatnya. Nama tersebut ia percayai terbaik diantara nama yang ia ajukan sebelumnya.

"Iya kita hitung dulu naktunya berapa, terus bagus nggak, kira-kira biar nggak rewel, baik lah intinya," ungkapnya.

Setelah persiapan lengkap, Tarjaya langsung memimpin prosesi ngayun bayi. Ia memulai dengan melantunkan kidungan Kasmaran sebagai pembuka.

Sambil ngayun ringan ayunan si jabang bayi, Tarjaya terlihat fasih melantunkan sejumlah kidung. Dari kidung Kasmaran, Kinanti hingga kidung Dangdang gula.

"Isinya lebih kepada doa-doa untuk jabang bayi," kata Tokoh Sesepuh Desa Larangan, Tarjaya.

Di setiap seenggak atau jeda pada lantunan kidungnya, orang tua bayi disarankan menaruh uang koin ke dalam mangkuk yang berisi air kembang.

Biasanya, setelah melakukan ngayun, terdapat prosesi lain yaitu memandikan bayi yang disebut ngadusi bayi. Proses itu dilakukan oleh sang Paraji atau dukun bayi setempat.

"Biasanya yang ngayun sampai ngadusi (memandikan) itu dukun bayi. Cuma di sini sudah pada sepuh dukun bayinya," kata Tarjaya.

Hanya dalam waktu kurang dari satu jam, prosesi ngayun bayi pun selesai. Para tamu atau orang yang ikut dalam prosesi itu berkesempatan mencicipi sajian yang sebelumnya sudah dihidangkan.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads