Sajian Takjil Kopi 'Istimewa' di Masjid Merah Panjunan Cirebon

Sajian Takjil Kopi 'Istimewa' di Masjid Merah Panjunan Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Senin, 18 Mar 2024 13:01 WIB
Masjid Merah Panunjan Cirebon
Masjid Merah Panunjan Cirebon (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar).
Cirebon -

Masjid Merah Panjunan merupakan masjid yang bersejarah di Cirebon. Tidak hanya arsitekturnya yang unik, Masjid Merah Panjunan juga setiap bulan Ramadan mengadakan pembagian takjil gratis yang cukup istimewa dengan menu kopi Arab atau biasa disebut kopi gahwa.

Pengurus Masjid Merah Panjunan Muhammad Irfan menuturkan, pembagian kopi Arab sebagai menu takjil, sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Irfan sendiri tidak mengetahui secara pasti tahun berapa tradisi pembagian takjil kopi Arab bermula.

"Dari saya masih kecil bagi-bagi kopi Arab sudah ada di sini," tutur Irfan belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Irfan memperkirakan, pembagian menu takjil kopi Arab, dimulai ketika orang Arab mulai mendiami wilayah sekitar Masjid Merah Panjunan. Berbeda dengan kopi lain, kopi Arab dikenal sebagai kopi yang kaya akan rempah-rempah seperti jahe, cengkeh, kapulaga, kayu manis dan serai.

Untuk rasanya sendiri, menurut Irfan, hangat tapi menyegarkan, olahan rempah khas Timur Tengah yang diseduh dengan air panas. Kopi ini memiliki cita rasa yang hangat sekaligus bisa menambah stamina.
"Penduduk sini juga banyak yang suka karena kopinya bisa menghangatkan," tutur Irfan.

ADVERTISEMENT

Berbeda dengan takjil lain yang dihidangkan setelah azan magrib, kopi Arab disajikan setelah salat tarawih. Kopi 'istimewa' itu dibuat langsung oleh keturunan Arab yang ada di Panjunan.

Menurut Irfan, setiap hari Masjid Merah Panjunan menyediakan kopi Arab disesuaikan dengan jemaah yang datang. "Kalau yang datang 50 orang, kita sediakan kopi buat 50 orang juga," kata Irfan.

Selain kopi Arab, ada pula kue kamir khas Timur Tengah dan kurma. Menurut Irfan beberapa tahun lalu masih ada takjil khas Arab lain seperti bubur harisa, botok roti, dan roti maryam. Namun, ditahun ini hanya ada takjil biasa seperti bubur candil dan bubur pacar.

"Kalau untuk bubur kadang nggak tentu, tergantung donaturnya," tutur Irfan.

Sejarah Masjid Merah Panjunan

Masjid Merah Panjunan berdiri pada tahun 1480 oleh Syekh Syarif Abdurrahman yang dikenal sebagai Pangeran Panjunan seorang pendakwah dari Timur Tengah. Julukan Pangeran Panjunan disematkan kepada beliau karena keahliannya dalam membuat gerabah. Berasal dari kata Anjun yang berarti gerabah atau tembikar.

Arsitektur Masjid Merah Panjunan memadukan dua unsur budaya Arab dan Tiongkok. Terlihat ornamen bata merah khas Arab dan hiasan keramik khas Tiongkok terpampang di setiap dinding masjid.

Dahulu, ketika zaman para wali sanga. Masjid Merah Panjunan sering digunakan wali sanga untuk rapat pengesahan dan bermusyawarah. Hingga hari ini, ruangan rapat pengesahan masih ada di Masjid Panjunan. Tempatnya di bagian dalam masjid.

Namun, ruangan tersebut dibuka hanya dua kali dalam setahun, yakni di hari raya Idulfitri dan Iduladha. Untuk masuk ke dalam harus melewati pintu kecil terlebih dahulu. Konon, pernah ada seseorang yang pernah memaksa masuk dan tak lama kemudian orang tersebut jatuh sakit.

Masjid Merah Panjunan memiliki 17 tiang yang terbuat dari kayu jati berusia ratusan tahun. Di bagian depan terdapat gapura kembar dengan deretan bata merah yang mengelilingi masjid. Untuk alamatnya, Masjid Merah Panjunan terletak di Jalan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

(mso/mso)


Hide Ads