Pondok Pesantren Jagasatru merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang ada di Kota Cirebon, Jawa Barat. Berdiri sejak 99 tahun lalu, Pondok Pesantren Jagasatru menjadi salah satu lembaga pendidikan tertua di 'Kota Udang'.
Hingga kini Pondok Pesantren Jagasatru masih tetap eksis sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan tentang ilmu-ilmu agama kepada santri-santrinya dan masyarakat umum.
Pondok Pesantren Jagasatru beralamat di Jalan Jagasatru, Kelurahan Jagasatru, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Lokasinya sendiri tidak begitu jauh dengan tiga keraton yang ada di Kota Cirebon. Yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman dan Keraton Kacirebonan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengetahui lebih jauh tentang Pondok Pesantren Jagasatru, detikJabar berkesempatan berbincang-bincang dengan salah seorang pengurus pondok pesantren tersebut. Dia adalah Habib Ali Muhajir yang berposisi sebagai pengurus harian di Pondok Pesantren Jagasatru.
Ia mengatakan Pondok Pesantren Jagasatru mulai didirikan pada tahun 1925. Pondok pesantren itu didirikan oleh seorang ulama bernama Habib Syaekhoni bin Abu Bakar bin Yahya atau yang masyhur disebut Habib Syekh.
"Beliau (Habib Syaekhoni) mulai merintis Pondok Pesantren Jagasatru tahun 1925," kata Habib Ali Muhajir saat ditemui di Pondok Pesantren Jagasatru, Kota Cirebon, baru-baru ini.
Awalnya, Habib Syekh hanya mendirikan bangunan rumah secara sederhana berikut dengan surau yang digunakannya untuk mengajar ilmu-ilmu agama. Pada masa awal mendirikan pondok pesantren, Habib Syekh membuka beberapa macam pengajian.
Antara lain mulai dari pengajian untuk anak-anak hingga masyarakat umum. Pengajian untuk anak-anak rutin diadakan setiap malam. Sementara untuk masyarakat umum dibuka setiap hari Jumat dan Minggu.
Dalam perjalanannya, Habib Syekh kemudian mulai memperbesar surau yang biasa digunakan untuk mengajar ilmu-ilmu agama kepada anak-anak dan masyarakat. Surau tersebut mulai diperbesar pada tahun 1940.
Selang tiga tahun kemudian atau pada tahun 1943, surau yang biasa digunakan sebagai tempat mengaji lantas mulai dilengkapi oleh listrik. Kemudian pada tahun 1948-1949 surau tersebut kembali diperluas dengan dilengkapi dua kamar untuk murid-muridnya atau santri.
Di tahun-tahun itu, santri-santri di Pondok Pesantren Jagasatru belum diperkenankan untuk menempuh pendidikan di sekolah-sekolah. Baru lah di tahun 1952, mulai ada santri-santri yang diperbolehkan untuk sekolah.
Namun ada syarat yang harus diikuti oleh santri-santri Pondok Pesantren Jagasatru ketika ingin sekolah. Yaitu saat masuk maupun keluar pondok harus tetap menggunakan sarung.
"Dulu itu ketika awal-awal mulai diperbolehkannya orang-orang (santri) yang sekolah, berangkat dari pondok mereka harus pakai sarung. Nanti pas sampai ke sekolah baru ganti. Itu kebiasaan santri-santri dulu," ucap Habib Ali.
Seiring berjalannya waktu, tepatnya pada tahun 1956, Pondok Pesantren Jagasatru kembali memperluas surau dan menambah jumlah kamar untuk santri menjadi 6 kamar. Setiap kamar masing-masing memiliki luas 3x4 meter.
Selanjutnya pada tahun 1961, Pondok Pesantren Jagasatru kembali membangun dua kamar dan memperluas surau yang ada. Sehingga saat itu, jumlah kamar untuk santri putra ada 10 kamar. Sementara untuk santri putri hanya ada satu kamar dengan ukuran 4x10 meter.
Satu tahun setelahnya, yaitu pada tahun 1962, Pondok Pesantren Jagasatru mulai mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan mata pelajaran agama dan umum.
Dua tahun kemudian atau pada tahun 1964 pendiri Pondok Pesantren Jagasatru, yaitu Habib Syaekhoni atau Habib Syekh wafat. Kepengurusan pondok pesantren kemudian diteruskan oleh putranya, yaitu Habib Muhammad atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kang Ayip Muh bersama dengan saudara-saudaranya.
"Pesatnya (perkembangan) pondok itu mulai di eranya Habib Muh," kata Habib Ali.
Hingga kini, Pondok Pesantren Jagasatru masih tetap eksis sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan tentang ilmu agama kepada santri-santrinya maupun kepada masyarakat umum.
Saat ini, Pondok Pesantren Jagasatru dipimpin atau diasuh oleh Habib Hasanain. Ia adalah putra dari Habib Muhammad atau Kang Ayip Muh.
Setidaknya ada ratusan santri yang kini tengah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Jagasatru. Ratusan santri itu terdiri dari santri putra dan santri putri.
"Santri putra sekarang ada 80 orang. Kalau santri putrinya ada sekitar 130-140 orang," kata Habib Ali.
Saat ini, Pondok Pesantren Jagasatru telah memiliki sejumlah lembaga pendidikan dari beberapa tingkatkan. Antara lain mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).
"Untuk santri putri yang ingin sekolah formal diwajibkan di lembaga kita. Di lembaga kita ada MI, MTs dan Madrasah Aliyah khusus putri. Kalau santri putra ketika ingin sekolah, kita wajibkan di MI dan MTs. Untuk (tingkat) SMA-nya kita bebaskan di mana saja. Yang penting ketika waktunya pulang mereka harus pulang ke pondok dan mengikuti kegiatan," ucap Habib Ali.
(sud/sud)