Rasa bahagia tergambar pada wajah Roedi (42) warga Desa Ilir, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Roedi baru saja mendapat tambahan biaya usaha melalui kredit usaha rakyat (KUR).
Kepada detikJabar, Roedi mengaku menjadi seorang nelayan sudah dijalaninya sejak masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Bahkan, ia harus berhenti sekolah lantaran dipaksa untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga dengan melaut.
"Saya dari kecil dari tahun 1992, saya sudah melaut karena SD juga saya nggak tutug (selesai), bener kelas 5 saya sudah disuruh melaut," kata Roedi, Rabu (24/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keadaan itu lantas tidak menyertakan semangat Roedi untuk mengais rezeki. Bahkan, saat ini ia sudah mampu menjalankan usaha penangkapan ikan di laut.
Namun, tiga kapal cumi dengan ukuran sekitar 28 grosstonage (GT) itu, ia mengaku membutuhkan banyak modal. Sehingga sejak tahun 2016 lalu ia mulai mengambil usaha dengan cara kredit (KUR). Hal itu demi menutupi kebutuhan mulai dari perbekalan kapal dan sebagainya.
Sejak saat itu, ia mendapat kredit usaha secara bertahap. Mulai dari Rp50 juta hingga saat ini sudah mencapai Rp 350 juta.
"Ada tiga kapal. Tapi untuk kapal ya kerja sama sama keluarga, kan kapal cumi kan miliaran. Kita kan dadak cari di laut, kan intinya bukan orang kaya ya jadi merintis itu dari bantuan keluarga dari bank KUR," kata Roedi.
Tak hanya itu, nelayan juga harus bisa menjaga ketahanan modal atau biaya. Apalagi di saat musim paceklik seperti saat ini. Dimana, sejumlah nelayan kesulitan melaut karena faktor cuaca.
"Sekarang cuacanya sudah nggak membaik, udah musim cuaca angin, cuaca hujan. Jadi sekarang udah istirahat dari bulan 12 (Desember 2023) kita udah libur," ungkapnya.
Sementara itu, Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto menyalurkan KUR kepada sejumlah nelayan dan pelaku usaha dagang di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Eretan Kulon. KUR yang dilakukan oleh berbagai bank kepada penerima dengan jumlah variatif dari jutaan rupiah hingga Rp 350 juta.
"Tentunya ini diharapkan bisa mendorong pasar pelelangan ikan di sini," ungkapnya.
Selain itu, ia juga melihat kondisi pantai di Desa Eretan Kulon. Airlangga menyebut breakwater yang sudah menelan anggaran Rp 50 miliar itu diharapkan bisa menanggulangi dampak banjir rob yang kerap terjadi.
"Tadi melihat bendungan-bendungan yang dibangun oleh PUPR di Eretan untuk menanggulangi akibat banjir rob dan di daerah Eretan telah dibangun bendungan-bendungan di mana investasi pemerintah yang sudah di anggaran yang sudah diturunkan sekitar Rp50 miliar," kata Menko Perekonomian RI, Airlangga Hartarto.
Baca juga: Jalur Pantura Indramayu, Riwayatmu Kini |
Karena dampak banjir rob sangat dirasakan bagi masyarakat di sepanjang pantai Eretan Kulon tersebut. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terpaksa meninggalkan rumahnya karena rusak dihantam banjir rob.
"Dan dirasakan bahwa bendungan itu sangat diperlukan oleh masyarakat kita lihat dalam perjalanan beberapa rumah tidak ditinggali dan ada yang ditinggali," kata Airlangga.
"Oleh karena itu pemerintah membangun bendungan sekaligus kedepannya folder-folder agar air yang masuk bisa disedot keluar," imbuhnya.
(sud/sud)