Jika Anda sering melewati jalan By Pass Kota Cirebon, Jabar, tentu tidak asing dengan patung dan relief yang terletak tepat di samping jalan.
Monumen tersebut tertulis dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat Cirebon. Lokasinya di persis di seberang Jalan Perjuangan Kota Cirebon. Di Monumen Perjuangan Rakyat Cirebon itu terdapat lima patung, empat laki-laki dan satu perempuan. Lima patung itu membawa tombak, senjata api, dan bendera. Tepat di bawahnya terlihat ukiran yang menggambarkan tentang perjuangan rakyat Cirebon dari mulai petani, tentara dan para perempuan melawan penjajah.
Di Pojok bawah relief tersebut tercantum sebuah paraf dan nama yang bertuliskan 'Asep Van Achim' yang merupakan pembuat Monumen Perjuangan Rakyat Cirebon. Monumen yang diresmikan oleh Wali Kota Cirebon Ano Sutrisno pada tanggal 14 November 2014 tersebut dibuat sebagai upaya untuk menghargai jasa para pejuang yang gugur di medan pertempuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Budayawan Cirebon Jajat Sudrajat menjelaskan soal alasan dipilihnya lokasi tersebut untuk dibangun Monumen Perjuangan Rakyat Cirebon. Ia mengatakan di lokasi itulah 15 pejuang rakyat gugur saat berperang melawan agresi militer Belanda. Mereka berjuang mempertahankan kemerdekaan.
"Jadi tidak serta-merta Monumen Perjuangan dibangun di situ, tapi di situlah tempat di mana gugurnya 15 pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan dari serangan agresi militer Belanda," tutur Jajat beberapa hari lalu saat berbincang dengan detikJabar.
"Namun 15 orang pejuang yang gugur tersebut masih belum diketahui namanya, karena di bawah komando Pak Suko dan Pak Kasmira," tambah Jajat.
Dikisahkan juga pada masa itu ada dua orang pejuang rakyat, yakni Suko dan Kasmira. Keduanya ditokohkan. Dan, keduanya ditangkap serta dibunuh. Pembunuhan Suko dan Kasmira ditembak tepat di Alun-alun Sunyaragi dengan disaksikan oleh para keluarga, kerabat dan teman-teman.
![]() |
"Pak Suko dan Kasmira ditangkap dan digantung lalu ditembak di depan anak istri dan keluarga serta masyarakat umum di Alun-alun Sunyaragi," ucap Jajat.
Kisah Suko dan Kasmira ini tergambar dengan jelas lewat ukiran atau relief yang tepat bawah patung. Dalam ukiran itu menggambarkan ada dua orang yang tergantung di pohon dengan todongan senapan senjata yang tertuju kepada mereka berdua. Di bawah dua orang yang tergantung tersebut terlihat dua orang wanita yang menangis.
Menurut Jajat tragedi pembunuhan tersebut terjadi sehari sebelum pengepungan besar-besaran Kota Cirebon. "Pada tanggal 13 Juli 1949 Pak Suko dan Pak Kasmira digantung, kemudian sehari setelahnya kota Cirebon dikepung besar-besaran oleh pasukan Batalyon 315 di bawah kendali Mahmud Pasha," tutur Jajat.
Pengepungan ini bertujuan untuk membebaskan Kota Cirebon dari Agresi Militer Belanda II yang pada saat itu sedang membombardir Kota Cirebon.
(sud/sud)