12 Tradisi di Perayaan Imlek dan Sejarah Singkatnya, Apa Saja?

12 Tradisi di Perayaan Imlek dan Sejarah Singkatnya, Apa Saja?

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Kamis, 01 Feb 2024 07:00 WIB
Hari imlek tanggal berapa? Hal ini kerap ditanyakan bagi masyarakat yang merayakannya. Lalu, kapan Imlek tahun ini? Seperti apa pula tradisi hingga perayaannya?
Ilustrasi tradisi Imlek (Foto: Thinkstock)
Bandung -

Tahun baru Imlek tahun 2024 jatuh pada Hari Sabtu, 10 Februari. Namun sebelum hari itu tiba, berbagai suasana menyambut Imlek sudah terasa.

Di Kota Bandung, misalnya, toko-toko di Jalan Cibadak dan Jalan Sudirman, mulai berhias dengan ornamen-ornamen warna merah seperti lampion yang identik dengan Imlek. Semarak Imlek mulai terasa.

Seperti perayaan hari-hari besar lainnya, perayaan Imlek punya tradisi yang khas. Ada angpao hingga atraksi barongsai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada setiap tradisi yang khas itu, ada sejarahnya. Berikut rangkuman detikabar tentang tradisi Imlek, dikutip dari berbagai sumber.

1. Bersih-bersih Rumah

Sambut tahun baru Imlek 2572, warga etnis Tionghoa di kawasan Glodok, Jakarta Barat, melakukan ritual doa dan bersih-bersih rumah.Sambut tahun baru Imlek 2572, warga etnis Tionghoa di kawasan Glodok, Jakarta Barat, melakukan ritual doa dan bersih-bersih rumah. Foto: Rengga Sancaya

Sampah dan kotor identik dengan ketidak beruntungan. Maka, ada tradisi bersih-bersih rumah dari sampah dan hal-hal kotor saat Imlek.

ADVERTISEMENT

Bukan pada hari Imlek, melainkan sebelumnya. Dalam sejarahnya, Imlek merupakan hari yang ditunggu-tunggu dan penuh keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa.

Karenanya, menyapu atau bersih-bersih rumah pada hari Imlek, bisa bermakna membuang keberuntungan yang datang pada hari tersebut.

2. Dekorasi Rumah

Para relawan di China mulai memasang Lampion hingga kuplet di rumah-rumah warga jelang Imlek. Nih fotonya.Para relawan di China mulai memasang Lampion hingga kuplet di rumah-rumah warga jelang Imlek. Nih fotonya. Foto: He Penglei/Getty Images

Rumah yang dibersihkan, juga diberi dekorasi. Bagian rumah berupa pintu dan jendela biasanya dicat ulang. Lebih khas lagi diberi tempelan kertas yang bertuliskan kata-kata baik.

Hal ini dipercaya melambangkan kesejahteraan, kekuatan, serta mendatangkan keberuntungan

3. Warna Merah

Ilustrasi anak imlekIlustrasi anak imlek Foto: iStock

Salah satu ciri khas dalam setiap perayaan Imlek adalah warna merah. Selain melambangkan kekuatan, kesejahteraan, serta membawa hoki, warna merah juga dipercaya dapat mengusir Nian, sejenis makhluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung yang keluar saat musim semi atau saat Imlek.

Sejarahnya, dahulu kala pada masa China kuno, ada cerita seorang kakek mengusir Nian. Di antara cara yang digunakan adalah menebar warna merah.

Nian yang merupakan makhluk buas serupa kucing sendiri dipercaya datang untuk mengganggu
manusia. Itulah sejarhanya, mengapa masyarakat Tionghoa menghias rumah, menggunakan pakaian, serta aksesoris berwarna merah saat Imlek.

4. Kue Keranjang dan Hidangan Khas Imlek Lainnya

Menengok tempat produksi kue keranjang di Toko Asli Tek Kie TQ, Astanaanyar, Kota Bandung.Menengok tempat produksi kue keranjang di Toko Asli Tek Kie TQ, Astanaanyar, Kota Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Kurang lengkap rasanya jika pada perayaan Imlek tidak ditemukan sajian khasnya. Sajian Imlek yang wajib ada adalah kue keranjang dan jeruk.

Dikutip dari detikNews, kue keranjang merupakan kue yang dihidangkan sebagai sajian untuk Dewa Tungku yang diharapkan membawa laporan yang baik kepada Raja Sorga (Giok Hong Siang Te).

Bagi masyarakat Tionghoa, makanan yang disajikan saat Imlek minimal terdiri dari 12 jenis makanan yang melambangkan 12 macam shio. Selain melambangkan shio, masing-masing makanan tersebut juga memiliki makna tersendiri. Misalnya, ayam utuh melambangkan kemakmuran keluarga, mie panjang yang melambangkan panjang umur yang cara menyantapnya tidak boleh dipotong, serta kue lapis legit yang mengartikan rezeki yang berlapis-lapis.

5. Tak Ada Bubur

5 Bubur Ayam Enak di Mabes, Ada yang Sudah Buka Sejak Tahun 70an!ilustrasi bubur Foto: GoFood/pergikuliner.com

Bubur menjadi makanan yang pantang disajikan ketika Imlek. Sebab, bubur dianggap sebagai simbol kemiskinan.

6. Dilarang Membalik Ikan Saat Menyantapnya

Kandungan gizi ikanilustrasi Foto: Getty Images/iStockphoto/from_my_point_of_view

Dalam tradisi Imlek, dilarang mengambil daging ikan pada bagian bawah. Tidak hanya itu, masyarakat Tionghoa percaya harus menyisakan ikan yang disantap untuk dinikmati keesokan harinya. Kebiasaan ini melambangkan dari nilai surplus untuk tahun yang akan datang.

7. Petasan dan Kembang Api

Menyambut malam tahun baru penjual kembang api menjajakan dagangan mereka di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mereka berharap akhir tahun ini dagangan mereka laris manis, Kamis (31/12/2015).ilustrasi petasan dan kembang api Foto: dikhy sasra

Kembali pada sejarah makhluk buas bernama Nian, menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, membakar petasan dan kembang api saat Imlek dapat mengusir nasib buruk di tahun sebelumnya.

Dahulu, selain dengan warna merah, Nian juga terusir dengan bunyi letupan seperti yang didapat dari suara petasan. Kembang api sendiri bagian dari sejarah Nian. Nian terusir dengan nyala api.

8. Pagelaran Liong dan Barongsai

Atraksi barongsai  di acara Cibadak Fun Day 2023.Atraksi barongsai di acara Cibadak Fun Day 2023. Foto: Muhammad Hasanudin Zuhdi

Dalam kepercayaan orang Tionghoa, liong dan barongsai merupakan lambang kebahagiaan dan kesenangan. Tarian naga dan singa ini dipercaya merupakan pertunjukan yang dapat membawa keberuntungan, sekaligus mengusir roh jahat yang berniat mengganggu.

9. Bagi-bagi Angpao

Ilustrasi angpaoIlustrasi angpao Foto: Getty Images/iStockphoto/Calvin Chan Wai Meng

Angpao adalah amplop merah berisi uang. Tradisi bagi-bagi angpao ini adalah saat masyarakat Tionghoa yang sudah berkeluarga memberikan rezeki kepada anak-anak dan orang tuanya.

Dalam kepercayaan Tionghoa, uang di dalam angpao yang akan dibagikan tidak boleh diisi dengan mengandung angka empat di dalamnya, karena dianggap membawa sial.

Dalam bahasa Tiongkok, angka empat terdengar seperti kata 'mati'. Jumlah uang yang diberikan juga tidak boleh ganjil, karena berhubungan dengan pemakaman.

10. Mengunjungi Sanak Saudara

Warga menikmati suasana Imlek di One Satrio, kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Senin (23/1/2023).Ilustrasi Foto: Ari Saputra

Imlek menjadi waktu yang tepat untuk mengunjungi saudara. Momen ini digunakan masyarakat Tionghoa untuk mempererat tali persaudaraan. Tak heran, jika pada saat menjelang Imlek banyak warga Tionghoa yang pulang ke kampung halamannya untuk merayakan bersama keluarga mereka.

11. Tradisi Yu Sheng

Salmon Yu Sheng di Jia RestaurantIlustrasi tradisi Yu Sheng Foto: detikcom

Tradisi makan Yu Sheng baru-baru ini menjadi tren di Indonesia. Tradisi ini dibawa para nelayan dari Tiongkok Selatan yang migrasi ke Semenanjung Malaysia pada abad ke-19.

Dalam tradisi ini, makanan disajikan dalam satu piring Yu Sheng. Di piring tersebut ada beberapa makanan dingin, seperti irisan ikan salmon dan wortel.

Lalu diberikan saus wijen, buah plum, dan sebagainya. Para anggota yang duduk di meja akan mengaduk makanan tersebut bersama dan mengangkatnya dengan sumpit setinggitingginya sambil mengucapkan `Lao Qi` atau `Lao Hei`.

12. Sembahyang Leluhur

Warga Tionghoa menyalakan lilin saat bersembahyang di Vihara Amurwa Bhumi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (21/1/2023). Sembahyang jelang tahun baru Imlek 2574 itu sebagai ungkapan syukur atas segala rejeki dan keselamatan dari Tuhan serta untuk pengharapan kehidupan lebih baik di tahun kelinci air mendatang. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.Warga Tionghoa menyalakan lilin saat bersembahyang di Vihara Amurwa Bhumi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (21/1/2023). Sembahyang jelang tahun baru Imlek 2574 itu sebagai ungkapan syukur atas segala rejeki dan keselamatan dari Tuhan serta untuk pengharapan kehidupan lebih baik di tahun kelinci air mendatang. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp. Foto: Antara Foto/Yulius Satria Wijaya

Tradisi Imlek lainnya yang dilakukan masyarakat adalah melakukan sembahyang leluhur yang telah meninggal dunia.

Ini bisa dilakukan di rumah satu hari menjelang tahun baru. Dupa dan lilin dinyalakan, serta menyajikan persembahan makanan, seperti buah-buahan segar, kue, daging, serta minuman. Biasanya teh dan arak.




(tya/tey)


Hide Ads