Di Jawa Timur (Jatim), seperti di banyak tempat lain di Indonesia, perayaan Imlek (Tahun Baru China) diwarnai dengan berbagai tradisi khas, yang sering dipengaruhi adat lokal dan pengaruh budaya Tionghoa. Berikut beberapa tradisi Imlek yang umumnya dilakukan di Jatim.
Di berbagai kota besar seperti Surabaya, Malang, hingga Kediri, Imlek dirayakan dengan ritual tradisional yang sarat filosofi, mulai dari sembahyang di vihara hingga acara adat seperti barongsai dan liong. Di balik kemeriahannya, Imlek juga mencerminkan kekayaan budaya dan keberagaman yang hidup harmonis di Jatim.
Tradisi Imlek di Jatim
Bagi masyarakat Tionghoa, Imlek bukan sekadar merayakan datangnya tahun baru, tetapi sebagai momen untuk mempererat tali persaudaraan, memperbaharui harapan, dan memohon berkah dari leluhur. Berikut tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Tionghoa di Jatim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Membersihkan Rumah (Menyapu Sial)
Sebelum Imlek, masyarakat Tionghoa di Jatim membersihkan rumah mereka secara menyeluruh. Ini adalah tradisi untuk mengusir keberuntungan buruk atau "sial" dari tahun yang lalu agar rumah dan keluarga mendapat keberuntungan di tahun yang baru.
Mereka percaya bahwa bersih-bersih di luar waktu Imlek dapat menghilangkan keberuntungan. Setelah membersihkan rumah, masyarakat mendekor rumah dengan pernak-pernik khas Imlek, biasanya berwarna merah, yang dianggap membawa keberuntungan.
2. Makan Bersama (Reuni Keluarga)
Makan malam bersama keluarga besar pada malam Imlek adalah tradisi yang penting. Menu makanan yang disajikan biasanya melambangkan harapan untuk keberuntungan dan kesejahteraan, seperti dumpling, mi panjang umur, ikan yang melambangkan kelimpahan, dan kue keranjang sebagai simbol keberanian dan kesuksesan.
Makanan khas Imlek Yu Sheng yang terdiri dari aneka sayur dan daging ikan, yang disajikan di piring besar, juga tak ketinggalan. Semua anggota keluarga mengaduknya menggunakan sumpit, dengan keyakinan semakin tinggi diangkat, semakin besar kesempatan harapan terkabul.
Baca juga: Lontong Cap Go Meh: Sejarah hingga Maknanya |
3. Angpao
Pemberian angpao (amplop merah berisi uang) menjadi tradisi yang sangat khas pada perayaan Imlek. Angpao diberikan kepada anak-anak, orang yang belum menikah, dan kadang kepada orang tua. Uang dalam angpao diharapkan membawa keberuntungan.
4. Barongsai dan Liong
Di beberapa kota besar di Jatim, seperti Surabaya, perayaan Imlek juga dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai (singa dance) dan liong (dragon dance). Tarian ini dipercaya bisa mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan.
5. Doa dan Persembahan di Klenteng
Masyarakat Tionghoa di Jatim banyak yang beribadah di klenteng, mengadakan doa dan membakar dupa untuk memohon berkat dan keselamatan di tahun yang baru. Persembahan seperti buah-buahan, kue, dan makanan lainnya sering kali diberikan sebagai tanda syukur kepada dewa-dewa.
6. Kembang Api dan Petasan
Tradisi menyalakan kembang api dan petasan pada malam pergantian tahun adalah simbol untuk mengusir roh-roh jahat. Masyarakat Tionghoa di Jatim juga sering merayakan malam Imlek dengan suara petasan yang keras untuk memeriahkan suasana.
7. Tahun Baru China dan Pasar Imlek
Beberapa kota besar, terutama Surabaya, mengadakan pasar Imlek, di mana masyarakat dapat membeli berbagai kebutuhan perayaan, seperti kue keranjang, angpao, dekorasi Imlek, serta makanan khas Imlek.
Tradisi-tradisi tersebut mencerminkan perpaduan antara budaya Tionghoa dan pengaruh lokal Jawa, yang sering kali muncul dalam bentuk adaptasi dan interpretasi yang unik di setiap daerah. Semua tradisi ini menjadi bagian penting untuk mempererat hubungan keluarga dan menghormati leluhur.
(hil/irb)