Lonceng Raffles, Hadiah Bagi Sultan Kanoman yang Jadi Penanda Shalat

Lonceng Raffles, Hadiah Bagi Sultan Kanoman yang Jadi Penanda Shalat

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Selasa, 05 Des 2023 08:00 WIB
Lonceng Raffles Keraton Kanoman
Lonceng Raffles Keraton Kanoman (Foto: Fahmi Labibinajib)
Cirebon -

Sebagai Keraton tertua di Cirebon, Keraton Kanoman memiliki keunikan tersendiri salah satunya adalah sebuah lonceng yang tergantung di atas sebuah bangunan yang bernama Gajah Mungkur yang letaknya sebelum Langgar Alit atau mushola tempat sholat para Sultan Keraton Kanoman.

Sebagai bangunan bersejarah tentu lonceng yang ada di atas bangunan Gajah Mungkur memiliki ceritanya tersendiri.

Menurut Pustakawan Wangsakerta Keraton Kanoman Farihin dalam wawancara bersama detikJabar belum lama ini mengatakan bahwa memang lonceng tersebut merupakan pemberian dari Thomas Stamford Raffles kepada Kesultanan Kanoman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikisahkan pada saat Gubernur Hindia Belanda Thomas Stamford Raffles berkuasa di Jawa beliau pernah mendatangi Keraton Kanoman yang pada masa itu dipimpin oleh Sultan Komaruddin I atau Sultan Kanoman ke VI dengan membawa tiga hadiah yaitu mesin jahit, kacip atau alat pemotong cerutu dan sebuah lonceng besar.

Oleh Sultan Komaruddin I lonceng tersebut diletakkan di bangunan Gajah Mungkur. Karena diletakan di bangunan Gajah Mungkur dan merupakan pemberian dari Raffles lonceng tersebut sering dikenal sebagai lonceng Gajah Mungkur atau lonceng Raffles yang dinamai dari nama tempat dan pemberi lonceng.

ADVERTISEMENT

Ditempatkannya lonceng tersebut di bangunan Gajah Mungkur bukan tanpa alasan. Farihin mengatakan bahwa ditaruhnya lonceng pemberian Raffles tersebut di bangunan Gajah Mungkur menandakan bahwa Sultan Komaruddin I sendiri kurang menyukai Thomas Stamford Raffles yang pada saat itu merupakan antek Belanda.

Lonceng Raffles Keraton KanomanLonceng Raffles Keraton Kanoman Foto: Fahmi Labibinajib

Gajah Mungkur sendiri jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti pantatnya atau belakangnya gajah. Simbol pantat gajah ini diibaratkan meskipun Sultan mukanya menghadap Raffles tapi tidak dengan hatinya.

"Gajah itu binatang, Mungkur itu belakang jadi ibaratnya walaupun mukanya menghadap tapi hatinya tidak suka," tutur Farihin.

Sikap Sultan Komarudin I yang seperti ini bukan tanpa alasan. Selain karena Raffles seorang penjajah pada masa itu oleh sebagian masyarakat lonceng sering dikaitkan dengan kepentingan kolonial di wilayah Keraton Kanoman.

"Lonceng itukan identik dengan agama Kristen, adanya lonceng ini ditafsirkan oleh sebagian orang sebagai upaya kristenisasi di kalangan keraton," kata Farihin.

"Untuk menampik tafsiran itu maka ditaruhlah lonceng tersebut di bangunan Gajah Mungkur," pungkas Farihin.

Pada saat masih berfungsi lonceng sering digunakan sebagai penanda waktu sholat. Namun sejak tahun 1970 kondisi lonceng sudah mulai rusak sehingga tidak digunakan lagi sebagai penanda waktu sholat.

Bagi yang berminat untuk melihat secara langsung lonceng Raffles atau lonceng Gajah Mungkur kalian dapat mendatangi Keraton Kanoman yang beralamat di Jalan Kanoman, Lemahwungkuk Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon.

(yum/yum)


Hide Ads