Nama Surotokunto atau Letkol Soeroto Koento tak asing di telinga warga Karawang. Sosok ini juga punya peranan penting dalam membantu kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam literatur sejarah, tak banyak yang diceritakan soal sosok tersebut. Namun, sejarawan asal Karawang, Sukirman paham betul soal sosok yang satu ini.
Soeroto Koento merupakan Komandan Resimen VI Cikampek Brigade III dari Divisi Siliwangi. Letkol Soeroto Koento kala itu mengemban amanah sebagai komandan resimen pada tahun 1946, ia mengemban tugas untuk menjalani perundingan dengan pihak sekutu.
Selain mengemban amanah tersebut, Soeroto Koento juga punya andil dalam peperangan saat Perang Dunia II. Dia sukses membobol pesawat radio milik Jepang.
"Selama masa Perang Dunia II Soeroto Koento terlibat andil dalam peperangan, salah satunya dia membobol pesawat radio yang dikuasai Jepang," ucap Sukarman saat ditemui di kediamannya, Desa Balongsari, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, belum lama ini.
Sang pembobol atau yang sekarang lebih dikenal dengan hacker pesawat radio di wilayah kependudukan Jepang kala itu menjadi salah satu instrumen penting perlawanan tentara Republik terhadap penjajah.
"Kala itu Soeroto Koento dan Soebianto Djojohadikoesoemo, mahasiswa Sekolah Kedokteran atau Ikadaigaku berhasil membongkar segel radio itu, dari hasil pembongkaran radio itu, mereka dapat mengikuti perkembangan Perang Dunia II melalui siaran radio Sekutu," kata dia.
Soeroto Koento dan Soebianto yang memperoleh informasi menyerahnya Jepang kepada Sekutu, kemudian segera menghubungi rekannya di Markas Pusat Pembela Tanah Air (PETA) di Asrama Budi Kemuliaan Jakarta.
"Berbekal informasi dari Soeroto Koento, perwira PETA kemudian menemui Dan Yon PETA Abdoel Kadir, untuk merundingkan langkah yang harus diambil setelah menyerahnya Jepang," ungkapnya.
Setelah perundingan, itu Dan Ton PETA Daan Jahja dan Soebianto Djojohadikoesoemo segera mendatangi Bung Hatta, dengan maksud memohon agar Bung Hatta bersama Bung Karno segera memproklamasikan kemerdekaan.
"Jadi berkat informasi Soeroto Koento ini kemudian Indonesia bisa memproklamasikan kemerdekaan atas kekuasaan sendiri, tanpa campur tangan pihak manapun," ucap Sukarman.
Di sisi lain, dengan maksud yang sama setelah mendapat informasi tentang menyerahnya Jepang kepada sekutu, suatu kelompok pemuda dari Asrama Menteng Raya 31, Soekarni dan kawan-kawan telah mendatangi Soekarno di kediamannya.
"Kemudian sekelompok pemuda yang dikenal dengan Sukarni, Wikana, dan kawan-kawan kemudian menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, untuk menyusun naskah Proklamasi," pungkasnya.
Jika disimpulkan, secara garis besar, kata Sukarman, Soeroto Koento dan Soebianto Djojohadikoesoemo, kala itu yang berperan sebagai hacker, mempunyai jasa penting terhadap kemerdekaan Republik Indonesia.
"Iya karena awalnya informasi ini dari beliau berdua, berkat membobol pesawat radio Jepang, tentu berkat informasi ini sehingga kemudian peristiwa proklamasi dan merdekanya Indonesia terjadi pada 17 Agustus 1945," pungkasnya.
(dir/dir)