Dag-dig-dug Saat Surat Cinta dari Pacar Datang

Lorong Waktu

Dag-dig-dug Saat Surat Cinta dari Pacar Datang

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Minggu, 15 Okt 2023 08:00 WIB
Keseruan berkirim surat lewat kantor pos
Keseruan berkirim surat lewat kantor pos (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi semakin canggih. Untuk mengirimkan pesan misalnya hanya membutuhkan hitungan detik meski dari jarak yang jauh. Kondisi itu cukup jauh berbeda dengan metode pengiriman informasi tempo dulu yang masih menggunakan jasa pos.

Keberadaan kantor pos kala itu dirasakan sangat bermanfaat. Salah satunya bagi Ucih, warga Desa Tugu, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Sambil menunjukkan surat dan amplop ber-perangko, Ucih mengaku masa mudanya sangat terbantu dengan kantor pos.

"Dulu terbantu banget dengan kantor pos. Dikumpulin masuk ke laci, ya gak sengaja koleksi juga," kata Ucih ditemui detikJabar, Sabtu (14/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diceritakan Ucih bahwa surat menyurat melalui jasa pos sudah dialami sejak masih duduk di bangku SMP. Sekitar tahun 1992, mulai rutin mengirimkan pesan memakai surat kepada seorang temannya yang sekolah di wilayah Cirebon.

Berkabar memakai jasa pos semakin terbiasa bagi Ucih. Bukan hanya ditujukan kepada teman, melainkan ia juga mulai rutin bersurat kepada kekasihnya dulu.

ADVERTISEMENT
Keseruan berkirim surat lewat kantor posUcih dan surat-surat yang ia terima tempo dulu (pos Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)

Meski butuh waktu, namun rasa penasaran dan gembira tak bisa dielakkan Ucih saat menerima surat. Terlebih, surat dari sang pacar terpampang di mading sekolah.

"Sudah 30 tahun lebih ya. Tapi itu serunya pas dapat surat dari pacar. Pak pos kadang ngasihnya ke penjaga sekolah. Terus dipajang di mading, ya ramai akhirnya. Seru lah apalagi dari pacar suratnya," ujarnya.

Bersurat lanjut Ucih, dilakukan hampir setiap minggu atau sebulan sekali. Selain karena waktu, mengirim surat juga butuh perangko yang ditempelkan di amplopnya.

"Dulu perangko harganya sekitar Rp200 saja. Tapi ada juga yang kirim surat kilat, itu paling sekitar Rp500 biayanya dan langsung ke kantor pos. Kalau cuma pakai perangko kan bisa ditaruh di kotak pos nanti pak pos yang ambil surat," ungkapnya.

Keseruan berkirim surat pun berakhir di tahun 1996 lalu. Orang yang sering menuliskan kata-kata indah lewat sepucuk surat itu sempat menjadi suaminya.

"Karena sudah nikah (dengan almarhum Suaminya) jadi gak pernah kirim surat lagi. Bahkan, surat-suratnya sudah hilang. Kalau ini sih punya keluarga suami saya yang sekarang," ucapnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads