Soeroto Koento, Hacker Radio Jepang yang Namanya Jadi Jalan di Karawang

Lorong Waktu

Soeroto Koento, Hacker Radio Jepang yang Namanya Jadi Jalan di Karawang

Irvan Maulana - detikJabar
Senin, 23 Okt 2023 08:49 WIB
Tugu Soeroto Koento di Karawang
Tugu Soeroto Koento di Karawang (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)
Karawang -

Nama Surotokunto atau Letkol Soeroto Koento tak asing di telinga warga Karawang. Sosok ini juga punya peranan penting dalam membantu kemerdekaan Republik Indonesia.

Dalam literatur sejarah, tak banyak yang diceritakan soal sosok tersebut. Namun, sejarawan asal Karawang, Sukirman paham betul soal sosok yang satu ini.

Soeroto Koento merupakan Komandan Resimen VI Cikampek Brigade III dari Divisi Siliwangi. Letkol Soeroto Koento kala itu mengemban amanah sebagai komandan resimen pada tahun 1946, ia mengemban tugas untuk menjalani perundingan dengan pihak sekutu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain mengemban amanah tersebut, Soeroto Koento juga punya andil dalam peperangan saat Perang Dunia II. Dia sukses membobol pesawat radio milik Jepang.

"Selama masa Perang Dunia II Soeroto Koento terlibat andil dalam peperangan, salah satunya dia membobol pesawat radio yang dikuasai Jepang," ucap Sukarman saat ditemui di kediamannya, Desa Balongsari, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Sang pembobol atau yang sekarang lebih dikenal dengan hacker pesawat radio di wilayah kependudukan Jepang kala itu menjadi salah satu instrumen penting perlawanan tentara Republik terhadap penjajah.

"Kala itu Soeroto Koento dan Soebianto Djojohadikoesoemo, mahasiswa Sekolah Kedokteran atau Ikadaigaku berhasil membongkar segel radio itu, dari hasil pembongkaran radio itu, mereka dapat mengikuti perkembangan Perang Dunia II melalui siaran radio Sekutu," kata dia.

Soeroto Koento dan Soebianto yang memperoleh informasi menyerahnya Jepang kepada Sekutu, kemudian segera menghubungi rekannya di Markas Pusat Pembela Tanah Air (PETA) di Asrama Budi Kemuliaan Jakarta.

"Berbekal informasi dari Soeroto Koento, perwira PETA kemudian menemui Dan Yon PETA Abdoel Kadir, untuk merundingkan langkah yang harus diambil setelah menyerahnya Jepang," ungkapnya.

Setelah perundingan, itu Dan Ton PETA Daan Jahja dan Soebianto Djojohadikoesoemo segera mendatangi Bung Hatta, dengan maksud memohon agar Bung Hatta bersama Bung Karno segera memproklamasikan kemerdekaan.

"Jadi berkat informasi Soeroto Koento ini kemudian Indonesia bisa memproklamasikan kemerdekaan atas kekuasaan sendiri, tanpa campur tangan pihak manapun," ucap Sukarman.

Di sisi lain, dengan maksud yang sama setelah mendapat informasi tentang menyerahnya Jepang kepada sekutu, suatu kelompok pemuda dari Asrama Menteng Raya 31, Soekarni dan kawan-kawan telah mendatangi Soekarno di kediamannya.

"Kemudian sekelompok pemuda yang dikenal dengan Sukarni, Wikana, dan kawan-kawan kemudian menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, untuk menyusun naskah Proklamasi," pungkasnya.

Jika disimpulkan, secara garis besar, kata Sukarman, Soeroto Koento dan Soebianto Djojohadikoesoemo, kala itu yang berperan sebagai hacker, mempunyai jasa penting terhadap kemerdekaan Republik Indonesia.

"Iya karena awalnya informasi ini dari beliau berdua, berkat membobol pesawat radio Jepang, tentu berkat informasi ini sehingga kemudian peristiwa proklamasi dan merdekanya Indonesia terjadi pada 17 Agustus 1945," pungkasnya.

Jadi Nama Jalan

Berkat sumbangsihnya terhadap kemerdekaan RI, nama Soeroto Koento pun dijadikan nama jalan di Karawang. Jika mendatangi Karawang, kawasan itu cukup populer.

Berlokasi di Desa Warungbambu, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, di jalan tersebut juga berdiri beberapa perkantoran yang sentral.

Selain kawasan pertokoan, di jalan tersebut juga terdapat Kantor PDAM Tirta Tarum, Mapolres Karawang, Lapas Kelas IA Karawang, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans), dan Dinas Kependudukan dan Pencatatatan Sipil (Disdukcatpil), yang diakhiri dengan lampu merah Pos Polisi Peundeuy.

Jalan Suroto Kunto KarawangJalan Suroto Kunto Karawang Foto: Irvan Maulana/detikJabar

Lokasi itu jadi nama Jalan Soeroto Koento karena sejarahnya. Menurut Sukirman, saat itu Soeroto Koento yang diberi amanah untuk melakukan perundingan dengan pihak sekutu.

"Pemerintah Indonesia menunjuk Letnan Kolonel Soeroto Koento, Komandan Resimen Cikampek untuk mewakili Republik Indonesia, sedangkan Belanda menunjuk Panglima Divisi VII Mayor Jenderal Durst Britt, untuk menjalani perundingan," kata dia.

Namun sebelum perundingan antara militer Indonesia dan sekutu terjadi, Soeroto Koento yang belum lama menggantikan Letnan Kolenel Moeffrani Moe'min, hilang bersama kepala stafnya Mayor Adel Sofjan, seorang pengawal, dan sopirnya.

"Malam itu hanya ditemukan kendaraannya saja, ditemukan di sisi jalan di Desa Warungbambu, kurang lebih 6 km di sebelah Timur Karawang, dalam keadaan kosong tanpa penumpang, pada tanggal 27 Nopember 1946," ungkap Sukarman.

Tepat di titik hilangnya Letkol Soeroto Koento, dibangunlah tugu, untuk mengenang hilangnya salah satu pahlawan Indonesia tersebut. Tugu itu berbentuk 3 prajurit yang tengah menengadah keatas sembari mengacungkan senjata.

"Tugu itu dibangun tepat di titik hilangnya Letkol Soeroto Koento bersama staf dan pengawalnya, dulu tugu itu berbentuk monumen tiang berujung bintang, sekarang dirubah menjadi 3 prajurit yang tengah memegang senjata," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads