Mengenal Tahapan Pembuatan Boboko di Awilega Sumedang

Mengenal Tahapan Pembuatan Boboko di Awilega Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Rabu, 15 Feb 2023 05:00 WIB
Pembuatan boboko dan kerajinan bambu di Kampung Boboko, Sumedang.
Pembuatan boboko dan kerajinan bambu di Kampung Boboko, Sumedang. (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Sumedang -

Warga Dusun Awilega, Desa Genteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang dikenal sebagai dusunnya para perajin anyaman bambu. Dusun itu pun dikenal sebagai Kampung Boboko (bakul nasi).

Tradisi anyam menganyam bambu dipertahankan warga di tengah gempuran perkembangan zaman yang serba digital. Maka tidak heran keahliannya itu terasa begitu spesial.

Berbagai peralatan rumah tangga dari anyaman bambu mampu dihasilkan oleh warga dusun ini. Sebut saja seperti nyiru (tampah), boboko, aseupan (kukusan), tapir, hihid (kipas), ayakan (saringan) dan kerajinan bambu lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun tahukah anda, untuk membuat satu kerajinan anyaman bambu dibutuhkan proses serta keuletan, ketelitian dan keterampilan. Sebab, satu kali salah dalam menyusun pola anyaman maka harus mengulangnya dari awal, salah satu contohnya pada saat membuat boboko.

Sumiyati (46) salah satu perajin menjelaskan, proses membuat boboko dibutuhkan beberapa tahapan. Itu diawali dari pemilihan jenis bambu.

ADVERTISEMENT

"Bambu untuk kerajinan di Dusun Awilega menggunakan pohon bambu jenis bambu tali," terang Sumiyati.

Sumiyati melanjutkan, bambu yang sudah dipilih kemudian dipotong-potong sesuai ukuran untuk dijadikan sebagai bahan anyaman. Setelah dipotong dengan ukuran kecil-kecil dan panjang-panjang lalu diraut sampai halus dan tipis.

"Proses ini lumayan butuh waktu lama, sebab harus dilakukan dengan penuh kesabaran," ujarnya.

Pengrajin Boboko di Sumedang.Pengrajin Boboko di Sumedang. Foto: Nur Azis

Setelah bahan anyaman terkumpul, kata Sumiyati, berlanjut kepada langkah selanjutnya, yakni membuat sebuah pola anyaman atau yang oleh para perajin dikenal dengan sebutan 'birit'.

"Birit itu dibuat dengan cara bahan anyaman bambu kita susun terlebih dulu di sebuah landasan atau di lantai, sebelum proses anyaman dimulai," terangnya.

Usai birit dibuat maka berlanjut kepada proses menganyam hingga membentuk sebuah bakul. Pada proses inilah dibutuhkan keterampilan, keuletan serta ketelitian.

Jika proses ini berhasil terlewati, maka proses selanjutnya adalah pemasangan wengku berupa bambu bulat yang melingkar diatasnya. Bambu itu dijahit oleh sebuah tali warna kuning berbahan plastik yang berfungsi sebagai pegangan boboko.

Setelah tahap itu berhasil terlewati maka sampailah kepada proses akhir berupa pemasangan kaki-kaki boboko atau dikenal dengan sebutan soko boboko.

Untuk membuat sebuah kerajinan, kata Sumiyati, warga biasanya membeli bahan bakunya dari warga lainnya. Bahan baku itu diantaranya bambu, tali dan soko.

"Bambu biasanya beli seharga Rp10.000,00, lalu sokonya itu Rp1.000,00 dan tali Rp1.500,00, jadi keuntungan yang didapat itu dipotong oleh bahan baku," terangnya.

Pembuatan boboko dan kerajinan bambu di Kampung Boboko, Sumedang.Pembuatan boboko dan kerajinan bambu di Kampung Boboko, Sumedang. Foto: Nur Azis/detikJabar

Sumiyati mengaku mampu membuat boboko berukuran kecil sebanyak 10 buah dalam tiga hari. Sementara boboko berukuran besar pada kisaran 3 sampai 5 buah.

"Dalam satu batang gelondong bambu bisa menghasilkan sekitar tiga puluh buah boboko," ujarnya.

Boboko yang dibuatnya itu dihargai dari mulai Rp8.000,00 sampai Rp20.000,00.

"Boboko yang dibuat kadang disetorkan langsung ke bandar tapi kadang juga didagangkan sendiri dengan cara diedarkan," ungkap Sumiyati.

Sekadar diketahui, Dusun Awilega terdiri dari 350 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 750 jiwa. Mata pencaharian penduduknya rata-rata sebagai pembuat kerajinan anyaman bambu.

(yum/yum)


Hide Ads