Mitos Jembatan Cikacepit, 'Wajib' Ditumpangi Warga Cijulang Agar Selamat

Mitos Jembatan Cikacepit, 'Wajib' Ditumpangi Warga Cijulang Agar Selamat

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Selasa, 24 Jan 2023 06:30 WIB
Jembatan KA Cikacepit Banjar-Cijulang
Jembatan KA Cikacepit Banjar-Cijulang (Foto: Aldi Nur Fadillah)
Pangandaran - Jembatan kereta api Cikacepit merupakan yang terpanjang di Indonesia dengan bentangan 310 meter yang membelah bukit dan lembah. Infrastruktur ini merupakan warisan dari pemerintah Kolonial Belanda.

Namun di sisi nilai sejarah yang erat dengan kekuasaan Belanda di Pangandaran. Terdapat banyak mitos dan mistis di Jembatan Cikacepit. Kabar yang beredar di masyarakat Pangandaran, pembangunan infrastruktur jembatan Cikacepit dilakukan pekerja Indonesia dengan cara kerja rodi atau paksa.

Warga setempat percaya jika pembangunan itu memakan banyak korban nyawa dalam proses pembuatannya. Jembatan itu dibangun pada periode 1913 hingga 1916.

Budayawan Pangandaran Didin Jentreng mengatakan dari cerita ke cerita orang tua dulu, mempercayai jika banyak warga lokal yang dipekerjakan secara paksa oleh bangsa Belanda.

"Entah berapa ratus atau ribu orang yang bekerja membangun jembatan semegah itu saat tahun 1913. Sudah hampir satu abad yang lalu," kata Didin, Senin (23/1/2023).

Ia mengatakan tak heran jika saat ini banyak mitos yang beredar soal jembatan Cikacepit yang berada di Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran.

"Bahkan dulu ada cerita jika masinis yang menyetir kereta itu akan melewati jembatan Cikacepit bakalan bertanya dulu ke semua penumpang," kata Didin.

Menurutnya hal yang utama ditanyakan masinis kepada penumpang adalah "adakah orang Cijulang di sini?".

"Apabila kereta yang dibawanya sudah ada orang Cijulang, maka perjalanan melewati jembatan Cikacepit akan dilanjutkan," ucap Didin.

Eks Jembatan Kereta Api Cikacepit PangandaranEks Jembatan Kereta Api Cikacepit Pangandaran Foto: Faizal Amiruddin

Namun, menurut Didin, saat dari banyaknya penumpang tidak ada orang Cijulang maka akan terasa sulit melewati jembatan kereta api Cikacepit.

"Biasanya dulu disebut pakeman, KA Cijulang-Pangandaran-Banjar jika melewati jalan jembatan Cikacepit harus ada warga Cijulang," ucapnya.

Kendati demikian, kata Didin, hal ini menjadi mitos saat itu karena dipercaya jika orang Cijulang itu memiliki kesaktian yang luar biasa. Sehingga masinis baru berani melewati jembatan Cikacepit jika ada orang Cijulang.

"Namun saat itu tidak tahu pasti apa yang dilakukan jika masinis tidak membawa penumpang orang Cijulang," ucapnya.

Jembatan KA Cikacepit Banjar-CijulangJembatan KA Cikacepit Banjar-Cijulang Foto: Aldi Nur Fadillah

Ia mengatakan dulu masyarakat Pangandaran mempercayai jika warga Cijulang mempunyai kesaktian dalam hal-hal gaib, mereka menganggap orang Cijulang sangat identik dengan hal ragam kesaktian.

"Tapi hal itu tidak boleh menjadi patokan, karena saat ini terkait keselamatan hanya berpegang teguh terhadap tuhan yang maha esa dengan cara senantiasa berdoa," ucapnya.

Sementara, kata Didin, cerita yang tadi hanyalah sebagai ungkapan leluhur warga Pangandaran di Cijulang, jika daerah ini memiliki nilai historis dan budaya yang unik.

"Bahkan banyak aneka ragam sejarah peradaban di Pangandaran yang muncul dari daerah Cijulang, termasuk sejarah Pangandaran itu sendiri," katanya. (yum/yum)



Hide Ads