Debus merupakan seni bela diri yang berasal dari Provinsi Banten. Debus adalah suatu bentuk seni olah tubuh, jiwa, dan raga yang bisa membuatnya kebal akan berbagai macam bentuk senjata tajam.
Meski debus dikenal sebagai kegiatan ekstrem, hal itu tak menyurutkan minat Alya Ariani untuk menekuni debus. Gadis berusia 18 tahun asal Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, mulai menekuni seni debus selama dua bulan.
Salah satu atraksi yang biasa dia tampilkan yaitu menangani ular berbisa. Ular bukan menjadi hal baru bagi Arya karena dia sehari-hari membantu masyarakat sebagai pawang atau rescuer reptile.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sering di hubungi petugas pemadam kebakaran, dimintai tolong ketika ada reptile di rumah warga atau yang terjebak. Mulai menyukai seni debus itu karena sering lihat teman, dari orang-orang juga akhirnya tertarik dan ikut gabung," kata Alya kepada detikJabar, Senin (5/12/2022).
Alya baru menguasai berbagai teknik dalam seni debus seperti kebal benda tajam dan tahan dihantam neon. Aksi itu dia pertunjukan saat melakukan lawatan seni ke sejumlah wilayah bersama padepokannya, Dadali Pati.
"Kalau berguru di Padepokan Dadali Pati, saya memadukannya dengan kemampuan saya sebagai rescuer yakni bermain ular. Kalau makan neon setelah bergabung di padepokan, habisnya nggak sakit perut. Sebelum main, ada rajah ya sesudah itu langsung aksi," ujarnya.
"Pengalaman jebol, saat main ular digigit di lidah. Gigitan ular itu hanya membuat sobek enggak sampai luka parah. Tapi sampai sekarang pengalaman mentas sama Bah Alam (guru Alya) ke Bandung, Purwakarta, Jampang, Palabuhanratu," sambung dia.
Menurut Alya debus adalah warisan nenek moyang untuk masyarakat Pasundan, ia bergabung dalam kesenian itu sebagai bagian dalam melestarikan kesenian itu. "Dalam kaca mata saya, debus itu warisan nenek moyang dari leluhur yang harus dilestarikan agar orang-orang tahu, penerus nanti tahu. Kalau bukan sama kita sama siapa lagi," jelasnya.
Saeful Alam, guru Alya yang akrab disapa Bah Alam mengatakan Alya baru mempelajari debus selama 2 bulan. Menurutnya siapapun yang memang serius ingin mempelajari debus, minimal dalam 1 bulan sudah bisa memahami dan atraksi.
"Alya sudah dua bulan, minimal satu bulan sudah bisa memahami dan atraksi. Ini adalah seni, setiap mau memulai atraksi sebelum kita memulai permainan selalu memberikan pemahaman kepada masyarakat. Initinya jangan sampai warga masyarakat beranggapan ini seni yang tidak layak ditonton karena Debus mengandung unsur kekerasan," ucap pria dengan tampilan nyentrik tersebut.
"Kita juga memberikan pemahaman juga bahwa banyak filosofi atau makna yang bisa diambil. Kita jelaskan kepada penonton, ini tidak boleh diikuti oleh anak-anak, dan perlunya bimbingan orang tua," tuturnya menambahkan.
Bah Alam menyebut salah satu keahlian Arya adalah mengasah kebiasaanya bermain ular dipadukan dengan gerakan debus. Karena selain debus, Padepokan Dadali Pati juga mendalami pencak silat. "Dalam dua bulan itu ia mematangkan seni atraksi ular kemudian senjata tajam sekarang level selanjutnya sudah menguasai makan beling dan masih banyak lagi level nanti yang bisa dikuasai," ungkapnya.
Level selanjutnya yang dimaksud Bah Alam adalah, senjata tajam yang lebih ekstrim kemudian makan beling, makan bara panas. Menginjak beling dan berjalan di atas bara panas main minyak panas dan hal lainnya.
"Setiap orang punya karakteristik, ada yang khas misalkan Alya main ular kemudian dipadukan dengan yang lain. Nah kalau soal rajah, kenapa ada rajah karena dalam debus ini ada peribahasa orang sunda, senjata tajam bisa tumpul, senjata tumpul bisa tajam sisi magis dan triknya di sini kita bicara debus, kalau bicara debus buhun itu real murni magis murni olah ilmu spiritual," kata Alam.
"Kalau bicara seni debus saat ini ada kolaborasi, antara real dan trik. Jadi triknya enggak murni trik tapi semi trik. Soal rajag yang namanya di tempat acara di keramaian mungkin ada saja orang yang mempunyai hati jelek dan jail. Fungsi rajah memagari menjaga keselamatan mereka yang atraksi debus," katanya menambahkan.
(sya/iqk)