Rumah Rangken Indramayu, Terancam Punah di Antara Mahalnya Perawatan

Rumah Rangken Indramayu, Terancam Punah di Antara Mahalnya Perawatan

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Selasa, 29 Nov 2022 06:30 WIB
Potret Rumah Rangken di Indramayu yang kini terancam punah
Potret Rumah Rangken di Indramayu yang kini terancam punah (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu - Sejuk dan nyaman itulah yang dirasakan warga di Desa Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu ketika tinggal di rumah tradisional rangken. Meski terasa nyaman, namun warga mengeluhkan biaya mahal untuk perawatan rumah tradisional itu.

Seperti diceritakan Kasih (45), ia mengaku sudah lama tinggal di rumah yang beratap daun nipah tersebut. Bahkan, rumah tradisional yang dulunya menjadi rumah mayoritas namun sekarang jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Potret Rumah Rangken di Indramayu yang kini terancam punahPotret Rumah Rangken di Indramayu yang kini terancam punah Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar

"Hanya disini paling sekitar 9 rumah yang tersisa di Blok Pancer ini. Saya tinggal sejak anak masih kecil," kata Kasih saat ditemui detikJabar, Senin (28/11/2022).

Diakui Kasih, tinggal di rumah yang berbahan geribig bambu beratap daun nipah cukup nyaman. Meski berlantaikan tanah, namun sirkulasi udara yang cukup memberi kesejukan sendiri untuk beristirahat.

Namun, ketika masuk musim hujan. Mereka harus bersiap untuk melakukan perbaikan. Sebab, tak jarang bagian atap bocor maupun terbang tersapu angin.

"Kalau suasana di ruangan mah enak nyaman tanpa kipas pun enak. Cuma kalau musim hujan itu lumayan bocor kadang atap kabur kena angin," ujarnya.

Potret Rumah Rangken di Indramayu yang kini terancam punahPotret Rumah Rangken di Indramayu yang kini terancam punah Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar

Kenyamanan yang ditawarkan rumah tradisional ini tidak mengurangi keinginan warga untuk berganti model rumah. Sebab, diakui Kasih, butuh biaya besar untuk memelihara rumah tradisional yang disebut rumah rangken tersebut.

Minimal nya, pemilik rumah harus rutin membeli daun nipah atau welit untuk menyulam bagian atap yang rusak maupun lapuk. Sedang saat ini, harga rangkaian daun nipah cukup mahal sekitar Rp3000 per meter.

Diceritakan Kasih, rumah dengan ukuran 5x10 meter miliknya butuh sekitar 800 sampai 1000 daun nipah. Terlebih, jika perbaikan total, ia harus mengeluarkan modal besar untuk bahan maupun upah pekerja.

"Pengennya mah dibangun rumah biasa. Tapi karena enggak ada biaya. Karena biaya rehab mahal per tiga tahun mah," ucapnya.

Meski dianggap sebagai rumah tradisional yang keberadaannya mulai punah. Namun, penghuni rumah rangken mengaku belum pernah mendapat insentif atau penghargaan apapun dari pemerintah terkait memelihara warisan budaya tersebut. (yum/yum)



Hide Ads