Warga Ciamis kembali merayakan hari berdirinya Kerajaan Galuh 'Mieling Ngadegna Galuh' yang ke 1410 tahun di Situs Bojong Galuh Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Rabu (23/3/2022).
Berbeda dari tahun sebelumnya, Mieling Ngadegna Galuh kali ini dihadiri artis senior Paramitha Rusady. Hal ini membuat warga yang hadir heboh dan mengambil kesempatan untuk berfoto ria. Hadirnya Paramitha ini atas undangan dari panitia. Mengingat Paramitha Rusady pun masih memiliki keturunan Galuh.
Kedatangan Paramitha Rusady ke lokasi situs bersejarah peninggalan Kerajaan Galuh bukan kali ini saja. Beberapa bulan lalu, ia pun sempat berziarah ke Situs Astana Gede Kawali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah sudah sering ke sini (situs peninggalan Kerajaan Galuh), tapi kalau ikut acara ini baru pertama kali," ujar Paramitha.
Menurutnya, kegiatan ini sangat bagus dan luar biasa. Warga Ciamis selalu menjaga dan melestarikan kebudayaan. "Antusias, luar biasa, berkah. Datang ke sini sebelumnya diundang," ujar Paramitha.
Paramitha mengikuti prosesi peringatan Kerajaan Galuh ini mulai dari susuci di depan gerbang situs. Kemudian tawasul dan doa bersama di area Situs Pangcalikan (singgasana). Dilanjutkan dengan Seba Bakti yakni persembahan dan penghormatan kepada leluhur dalam bentuk hasil bumi dari setiap kabuyutan tanah Galuh, yang kemudian dimakan bersama.
Prosesi selanjutnya adalah Ngembang ka Pangcalikan, yakni penaburan bunga ke Batu Pangcalikan oleh sesepuh, tokoh adat, termasuk Paramitha Rusady.
Wawakil Kerajaan Galuh Hanif Rasich Radinal menjelaskan Mieling Ngadegna Galuh sebagai gelaran seni budaya yang di gagas komunitas Galuh Sadulur di Ciamis. Selain itu, diprakarsai juga oleh keluarga Jambansari Rundayan dari Kanjeng Perbu Adipati Aria Kusumadiningrat bupati Galuh ke-16 (1839-1886).
"Dilaksanakan setiap tanggal 23 Maret, tahun ini yang ke 6 kali. 2022 ini ke 1410 tahun," ujar Hanif.
Menurut sejarah, Ratu Galuh Sang Wretikandayun dinobatkan sebagai raja Kerajaan Galuh pada 23 Maret 612 M. Kemudian berhasil berdaulat menjadi sebuah Negara baru, yang sebelumnya masih dalam bawahan Tarumanagara.
"Berangkat dari peristiwa tersebut, komunitas Galuh Sadulur dan kawargian yang ada di Tatar Galuh bersepakat untuk melakukan gelaran Mieling Ngadeg Galuh setiap tanggal 23 Maret diambil dari momentum dinobatkannya Sang Wretikandayun menjadi Raja Pertama di Galuh," ungkapnya.
Tujuannya sebagai bentuk rasa syukur, penghormatan dan salah satu bentuk meneruskan spirit Galuh dalam benak putra Galuh (keturunan) dan masyarakat umumnya. Tentunya jadi sebuah spirit bagi generasi sekarang untuk tetap merawat semangat dalam bingkai budaya.
"Memaknai dan memperingati adalah bentuk kepedulian terhadap warisan dan titipan leluhur baik situs cagar budaya, falsafah, adat istiadat, tradisi dan seni budaya yang penting untuk di lestarikan," ujarnya.
(mso/bbn)