- Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan 1. Kerajaan Selimbau 2. Kerajaan Sintang 3. Kerajaan Mempawah 4. Kerajaan Tanjungpura 5. Kerajaan Landak 6. Kerajaan Tayan 7. Kesultanan Pontianak 8. Kerajaan Tidung 9. Kesultanan Bulungan 10. Kesultanan Banjar 11. Kesultanan Berau 12. Kesultanan Sambaliung 13. Kesultanan Gunung Tabur 14. Kesultanan Kutai Kartanegara 15. Kesultanan Paser
Tanah Kalimantan dulunya dikuasai oleh banyak kerajaan besar maupun kerajaan-kerajaan kecil pecahannya. Sebagian besar awalnya merupakan kerajaan Hindu atau kesukuan seperti suku Dayak. Namun, seiring berkembangnya perekonomian, datanglah pedagang-pedagang internasional termasuk dari Arab yang membawa ajaran Islam.
Kerajaan-kerajaan di Kalimantan itu pun berubah menjadi bercorak Islam atau kesultanan. Di mana saja kerajaan Islam di Kalimantan? Berikut detikKalimantan rangkum dari berbagai sumber.
Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan
1. Kerajaan Selimbau
Kerajaan Selimbau merupakan kerajaan tertua di Tanah Kapuas Hulu (kini bagian dari Kalimantan Barat). Mengutip jurnal Eksistensi Nilai Kebudayaan Masyarakat Selimbau oleh Adriana Gandasari dkk, kerajaan ini awalnya merupakan kerajaan Hindu dengan nama Kerajaan Palembang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakan sebagai kerajaan Hindu karena pendirinya adalah seorang perantau yang berasal dari Swarna Dwipa, Abang Bhindu. Kemudian pada abad ke-15, Islam mulai berkembang di daerah ini.
Setelah pemerintahan Abang Tajak, yang bergelar Suradila Sri Paku Negara, kerajaan ini bertransformasi menjadi kerajaan Islam. Namanya berubah dari Kerajaan Palembang menjadi Kerajaan Selimbau.
2. Kerajaan Sintang
![]() |
Kerajaan Sintang merupakan kerajaan yang menguasai wilayah yang kini menjadi Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Mengutip situs Pemkab Sintang (sintang.go.id), lokasi awal Kerajaan Sintang diperkirakan terletak di Desa Tebelian Nanga Sepauk, 50 km dari Kabupaten Sintang saat ini.
Bukti sejarah berdirinya sejarah kerajaan ini dapat ditelusuri lewat sejumlah benda peninggalan seperti Batu Lingga bergambar Mahadewa dan arca Nandi di Dusun Batu Belian, Desa Tanjung Riah, Kecamatan Sepauk. Di dekat lokasi batu itu juga terdapat Makam Aji Melayu, tokoh yang diperkirakan adalah nenek moyang raja-raja dari Kesultanan Sintang.
Awalnya kerajaan ini bercorak Hindu. Namun, kerajaan ini mengalami perubahan menjadi kerajaan Islam sejak pemerintahan Sri Paduka Tuanku Sultan Nata Muhammad Syamsudin Sa'adul Khairi Waddin.
3. Kerajaan Mempawah
![]() |
Kerajaan Panembahan Mempawah merupakan kerajaan Islam atau kesultanan yang berkembang di Kalimantan Barat. Nama Mempawah sendiri diambil dari pohon mempauh yang tumbuh di hulu sungai daerah tersebut.
Mengutip situs STAI Mempawah, salah satu raja terkenal adalah Opu Alinu Malinu Daeng Menambon yang datang dari keluarga Kesultanan Luwu Bugis. Opu Daeng Menambon penganut agama Islam sebelum merantau ke Kalimantan. Pada masa pemerintahannya, kerajaan yang semula bercorak suku Dayak ini berubah menjadi kesultanan atau kerajaan Islam.
Selama menjadi kerajaan/kesultanan, pusat pemerintahan Mempawah beberapa kali mengalami pemindahan. Daerah-daerah yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Mempawah berada di wilayah Mempawah Hulu atau Mempawah Hilir.
4. Kerajaan Tanjungpura
![]() |
Kerajaan Tanjungpura berawal dari berdirinya Kerajaan Matan yang bercorak Hindu. Dikutip dari buku Inventarisasi Istana di Kalimantan Barat oleh R Puspito Harimurti, berdirinya Kesultanan Matan diawali dengan kedatangan Prabu Jaya, putra mahkota Kerajaan Majapahit pada masa Pangeran Brawijaya. Prabu Jaya kawin dengan putri Dayak, anak Siak Bahulun Raja Ulu Air yang bernama Dayang Putung, dan mendirikan kerajaan di Kuala Kandang Kerbau.
Kemudian pada 1550, saat Pangeran Giri Kusuma bertahta, agama Islam berkembang di Matan dibawa oleh Syeh Husein. Pangeran Giri Kusuma mengangkat anak Syeh Husein, Syarif Hasan, dan memberinya gelar Sultan Aliuddin. Kemudian pada 1622, Sultan Aliuddin naik tahta dan dikenal sebagai sultan pertama di Tanjungpura dengan nama Sultan Muhammad Syafiuddin.
5. Kerajaan Landak
![]() |
Kerajaan Ismahayana Landak atau Kerajaan Landak merupakan kerajaan yang berlokasi di Kalimantan Barat. Mengutip situs resmi Pemkab Landak, Kerajaan Landak mula-mula diperintah oleh Raden Ismahayana dengan gelar Raja Dipati Karang Tanjung Tua (1472-1542). Setelah menganut agama Islam, dia dikenal dengan gelar Albdulkahar.
Di dekat kerajaan ini terdapat sungai bernama Sungai Landak. Selain itu, nama Landak juga dikaitkan dengan kata bahasa Belanda, lan. Lan berarti pulau dan Dak berarti Dayak, dikarenakan mayoritas penduduk aslinya adalah Suku Dayak.
Kerajaan ini berdiri sejak para bangsawan kerajaan Singasari yang tidak kembali ke Jawa setelah ekspedisi Pamalayu karena ada gejolak perubahan menjadi Kerajaan Majapahit.
6. Kerajaan Tayan
Kerajaan Tayan adalah sebuah kerajaan yang berlokasi di Kalimantan Barat, yang wilayahnya kini menjadi Kabupaten Sanggau. Mengutip situs Indonesiana Ditjen Kebudayaan, Kerajaan Tayam dimulai awal abad ke-15 atau sekitar tahun 1450. Pendiri Kerajaan Tayan ialah Gusti Likar atau Lekar, yang pergi dari Kerajaan Tanjungpura bersama saudara-saudaranya.
Kerajaan Tayan dahulunya termasuk dalam wilayah Kerajaan Sukadana, sebelum kerajaan-kerajaan itu terbagi menjadi kerajaan-kerajaan yang lebih kecil. Sebagian besar penduduk Tayan adalah suku Dayak, namun keberadaan suku Dayak lambat laun tergeser oleh suku Melayu maupun suku pendatang.
Kerajaan Tayan mulai beralih ke agama Islam setelah rajanya yang pertama, Sultan Muhammad Syarifudin, memeluk agama Islam. Islamisasi di kerajaan ini semakin kuat karena hubungannya dengan Kesultanan Pontianak dan Sambas.
7. Kesultanan Pontianak
![]() |
Kesultanan Kadriyah Pontianak adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang didirikan pada tahun 1771. Pendirinya Sultan Abdurrahman Bin Husein Bin Ahmad Alkadri, seorang putra ulama keturunan Arab dari Kerajaan Mempawah. Berdirinya Kesultanan Pontianak ditandai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah tinggal.
Pada tahun 1778, Syarif Abdurrahman dinobatkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat pemerintahan Kesultanan Pontianak ditandai dengan pendirian Masjid Jami Pontianak atau Masjid Sultan Syarif Abdurrahman dan Istana Kadariyah di Kecamatan Pontianak Timur.
Dikutip dari laman DPD, Kerajaan Pontianak mulai kehilangan eksistensinya pada masa pemerintahan Sultan Syarif Muhammad Alkadrie sekitar tahun 1930-an. Kedatangan Jepang ke tanah Pontianak tahun 1942 membuat sejumlah kerajaan di Kalimantan Barat dihancurkan, termasuk Pontianak.
8. Kerajaan Tidung
Kerajaan Tidung atau dikenal sebagai Kerajaan Tarakan adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di Kalimantan Utara. Mengutip situs BPK Kaltara, Kedudukan Kerajaan Tidung mulai dari Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu. Keberadaan Kerajaan Tidung Kuno ini berdiri kira-kira sejak tahun 1076 hingga 1557 Masehi, di bawah pengaruh Kesultanan Sulu.
Dilansir detikEdu, Suku Tidung adalah salah satu suku asli Nunukan yang menganut agama Islam dan mengakui bahwa dirinya merupakan orang keturunan Dayak. Islam mulai berkembang di Nunukan setelah Ikenawai, yang bergelar Ratu Ulam Sari, menikah dengan Datoe Radja Laut yang bergelar Sultan Abdurrasid, kemudian membawa pengaruh Islam.
9. Kesultanan Bulungan
Kesultanan Bulungan pada masanya merupakan salah satu kesultanan besar di Kalimantan Utara. Wilayah kekuasaannya mencangkup wilayah pesisir di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan.
Mengutip situs Pemkab Bulungan, Kesultanan Bulungan berdiri pada tahun 1731 dengan raja pertamanya Wira Amir bergelar Amiril Mukminin (1731-1777). Kesultanan Bulungan bertahan hingga raja ke-13 memimpin, yakni Datuk Tiras bergelar Sultan Maulana Muhammad Djalaluddin (1931-1958).
10. Kesultanan Banjar
Menurut catatan sejarah, Banjar adalah kerajaan ketiga di Kalimantan setelah berdirinya Kerajaan Nagara Dipa dan Nagara Daha. Suatu ketika terjadi perebutan kekuasaan di antara keluarga istana Nagara Daha. Pangeran Samudra merasa lebih berhak atas tahta kerajaan dibanding Pangeran Tumenggung karena mewarisi darah Maharaja Sukarama.
Perselisihan akhirnya dimenangkan oleh Pangeran Samudra. Dia memilih Banjar sebagai pusat pemerintahan. Dia pun diberi gelar Sultan Suryanullah. Di bawah pemerintahannya, Banjar memperluas wilayah sampai ke Sukadana (Kalimantan Barat) dan Kotawaringin (Kalimantan Tengah).
Pada 1606, VOC datang ke Banjarmasin untuk menjalin kontrak dan monopoli tetapi ditolak oleh Kesultanan Banjar. Pada 1610 di Sambas, kejadian serupa juga terulang. VOC datang kembali ke Banjarmasin pada 1635 untuk mengadakan kontrak, tapi lagi-lagi gagal.
11. Kesultanan Berau
Kesultanan Berau yang berlokasi di Kalimantan Timur saat ini berdiri pada abad ke-14. Raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden Suryanata Kesuma dan istrinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri.
Berawal sebagai kerajaan Hindu, Kesultanan Berau mulai dipimpin sultan pada 1676 yakni Sultan Muhammad Hasanuddin. Ajaran Islam masuk ke Berau dengan dibawa oleh Imam Sambuayan. Pusat penyebarannya di sekitar Sukan. Kesultanan Berau pecah menjadi dua, Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur, karena politik adu domba Belanda.
12. Kesultanan Sambaliung
Kesultanan Sambaliung adalah salah satu kerajaan Islam di Kalimantan Timur yang berdiri pada 1810. Dikutip dari laman Pemkab Berau Kecamatan Sambaliung, daerah Kesultanan Sambaliung, kesultanan ini sebelumnya bernama Tanjung. Kemudian diganti menjadi Batu Putih dan akhirnya menjadi Sambaliung pada 1849.
Sultan pertama dari Kesultanan Sambaliung adalah Raja Alam dengan gelar Sultan Alimuddin, yang memerintah sejak 1810. Sambaliung merupakan pecahan dari Kesultanan Berau.
Sultan Sambaliung pertama ialah Sultan Alimuddin, atau lebih dikenal dengan nama Raja Alam. Raja Alam merupakan keturunan dari raja Berau pertama, Baddit Dipattung atau Aji Suryanata Kesuma.
13. Kesultanan Gunung Tabur
Kesultanan Gunung Tabur berdiri setelah pecahnya Kesultanan Berau. Wilayahnya dengan Kesultanan Sambaliung hanya dipisahkan Sungai Segah. Kesultanan ini merupakan kerajaan dengan wilayah kekuasaannya hampir separuh Pulau Kalimantan hingga ke batas Brunei Darussalam. Selama Perang Dunia Ke-II, Istana Gunung Tabur pernah dibom Sekutu hingga tak ada lagi bagian dari istana tersebut yang tersisa.
14. Kesultanan Kutai Kartanegara
Kesultanan Kutai Kartanegara mulanya adalah kerajaan bercorak Hindu, dikenal juga dengan nama Kerajaan Kutai. Terletak di Kalimantan Timur, Kerajaan Kutai berubah menjadi kesultanan pada abad ke-16 setelah rajanya, Aji Pangeran Sinum Panji, memeluk agama Islam.
Kesultanan Kutai Kartanegara mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Muslihuddin pada abad ke-18. Namun, pada abad ke-19, Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi bagian dari Hindia Belanda dan kehilangan kedaulatannya.
15. Kesultanan Paser
Kerajaan Sadurengas, kemudian dinamakan Kesultanan Paser, berdiri dan dipimpin oleh seorang wanita (Ratu I) yang dinamakan Ratu Aji Putri Petung. Mengutip situs Pemkab Paser, wilayah kekuasaan kerajaan Sadurangas atau Kesultanan Paser meliputi Kabupaten Paser dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Selatan.
Islamisasi di Kerajaan Paser terjadi melalui perkawinan yang dilakukan Abu Mansyur Indra Jaya dengang Putri Petong. Selain itu, ajaran Islam juga masuk melalui jalur perdagangan Sungai Kendilo. Pedagang Arab banyak berinteraksi dengan penduduk lokal sehingga tertarik memeluk agama Islam.
(des/des)