Tio (46), nelayan di Dusun Karangsari, Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran, Jawa Barat, sudah puluhan tahun menjadi pengrajin perahu. Bahkan perahu buatannya telah tembus pasar Belanda dan Australia.
Keseharian Tio merupakan seorang nelayan lepas. Meski demikian, dari tangannya telah membuat banyak perahu nelayan. Bahkan, perahunya sudah tembus pasar Belanda dan Australia.
Perahu yang dijual Tio berjenis perahu fiber yang digunakan untuk melaut lebih dari 1 mil. Adapun panjang perahunya 17 meter dengan lebar 2-3 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu perahu dari tangan Tio sepanjang 17 meter dibuat selama hampir 2 minggu hingga 1 bulan. Pembuatan perahu nelayan itu dilakukan oleh 5 orang.
"Membuat perahu ini sudah sejak tahun 1992, dulu pertama bikin sudah perahu fiber ukuran kecil," kata Tio kepada detikJabar, Rabu (5/2/2025).
Ia mengatakan, pertama kali menjadi perajin perahu ikut sama orang lain jadi kuli pembuat perahu. Lalu, dia tertarik untuk membuat tokonya sendiri.
"Kerjanya menyemir perahu kayu, memotong kayu dan cat. Gitu-gitu aja awalnya mah," ucap dia.
Kemudian, langkah Tito semakin maju awal tahun 1993 dengan merintis kerajinan perahu di saung kecil miliknya. Kini tempat pembuatan perahu nelayan miliknya mulai lebih luas. "Sekarang alhamdulillah lebih luas," katanya.
Sebelum ke Karangsari, Tio awalnya buka di Intisari Parapat Pantai Pangandaran. Namun, pindah lagi ke dekat rumahnya.
"Dulu mah bikin perahu yang lebar satu meter dengan panjang 2-3 meteran saja. Untuk perahu nelayan kampung dulu mah," ucapnya.
Harga perahu nelayan kampung waktu itu, dengan panjang 3 meter hanya Rp 1,8 juta. "Satu perahu waktu itu harganya Rp 1,8 juta paling murah. Nelayan tradisional pantai, kalau dulu kan tidak terlalu jauh ke tengah melautnya," katanya.
Ia mengatakan, untuk saat ini perahu nelayan paling kecil yang dibuat itu memiliki lebar 1,2 meter dengan panjang 8-11 meter. "Untuk perahu tersebut harganya mulai dari Rp 20 juta hingga Rp 30 juta. Menghitung harga perahu itu dari lebar dan panjangnya," ungkapnya.
Menurutnya, pembuatan perahu dengan panjang 11 meter lebar 1.3 meter itu paling lama untuk produksinya selama dua minggu dan paling cepat 1 minggu. Dengan jumlah pekerja lima orang.
Proses pembuatan perahu tidak semudah yang dilihat dan dibayangkan. Ada bahan-bahan utama yang harus dibentuk dan diukir. "Bahan-bahan dasarnya itu sebetulnya hanya fiber dan kayu. Sudah itu saja, karen fiberglass kan mencakup beberapa bahan, ada resin, katalis, talek dan pigmen untuk warna," terangnya.
Tio menambahkan, untuk perahu agar tetap stabil bisa berada diatas air yaitu bentuk bawahnya melengkung, karena ada hampa udara. "Jadi perahu itu bisa stabil, walaupun bebannya cukup berat," ucapnya.
Sekali perahu itu terjual Tio mendapatkan besaran uang yang cukup tipis. "Ya kan misal hari ini terjual perahu besar panjang 17 meter itu harganya sekitar Rp 30 juta. Mungkin 80% untuk biaya produksi untungnya 20%," katanya.
Tio mengaku, sepanjang tahun 2024 telah membuat 30 lebih perahu yang dijual ke pantai utara hingga pantai selatan. "Masih di pulai Jawa saja, cuman pernah jual hingga ke Australia dan Belanda," ucapnya.
(mso/mso)