Yanti (40) tengah dibuat pusing tujuh keliling. Di tengah kesulitan mendapat gas LPG 3 kilogram, pemilik warung nasi di Karawang ini kini dihadapkan dengan kenaikan harga beras.
Harga beras di Karawang sendiri saat ini tengah mengalami kenaikan. Meski kenaikannya tak signifikan hanya Rp 500 rupiah, namun hal itu tetap membuat Yanti kesulitan.
"Ini untuk harga beras naik cukup lumayan bingung kita jualan, gak mungkin naikin harga, kecuali ngurangin porsi nasi," kata Yanti saat ditemui sedang berbelanja bahan pokok di Pasar Johar Karawang, Rabu (5/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, kebingungan Yanti juga diperparah dengan sulitnya mendapatkan gas LPG 3 kilogram yang saat ini sudah tidak terdapat di warung eceran.
"Belum lagi soal gas, sehari biasanya saya habis 3 tabung gas melon (LPG 3kg) untuk masak, sudah 3 hari ini saya kesulitan dapat gas, sampai sewa tabung 12 kilogram. Ditambah harga beras, dan beberapa komoditas naik, untuk pedagang seperti saya yang untung cuma pas-pasan sangat kerepotan," kata Yanti.
Ia berharap, pemerintah bisa memberi kebijakan yang tidak mengorbankan usaha kecil seperti yang tengah dijalaninya.
"Kita kan cari nafkah dari usaha kecil, pemerintah seharusnya membantu, stabilkan harga, jangan persulit kita untuk dapat gas. Karena semuanya sudah menjadi kebutuhan pokok yang harus ada setiap hari," pungkasnya.
Ketua Paguyuban Pedagang Beras Pasar Induk Beras Johar, Furqon mengatakan kenaikan harga beras terjadi sejak tiga pekan terkahir atau memasukin pertengahan Januari 2025.
"Harga beras ini naik, sudah sekitar seminggu lalu, kenaikan ini mayoritas pada jenis beras IR 46, di semua level, mula dari medium hingga premium," kata Furqon, saat diwawancara detikJabar.
Harga awal dari beras jenis IR 46, kualitas medium semula Rp12 ribu per kilogram, saat ini naik menjadi Rp12.500, sedangkan harga untuk kualitas premium semula Rp13 ribu per kilogram, saat ini naik menjadi Rp13.500 per kilogram.
"Untuk harga awal yang medium, yah Rp12 ribu, sekarang naik Rp500 perkilogram, ini kenaikan yang sebenarnya cukup tinggi, dulu naik kan biasanya cuma Rp200-300 perkilogram dan itu pun bertahap, sekarang sekali naik langsung Rp500 ini yang menjadi kekhawatiran kami," kata dia.
Lebih lanjut diterangkan Furqon, kenaikan harga beras terjadi kemungkinan imbas dari cuaca buruk, dan musim panen yang tidak merata di Karawang, sehingga kekurangan suplai dari tingkat produsen atau petani ke pasar.
"Kemungkinan ini naik akibat cuaca buruk, kita semua tahu sejak akhir tahun ini cuaca memang sedang tidak menentu, kedua terjadi kenaikan harga kemungkinan karena periode musim panen kali ini tidak merata, sehingga suplai dari tingkat produsen berkurang," imbuhnya.
Bahkan, kata Furqon, suplai berkurang hampir mencapai 50 persen. Oleh sebab itu pasar juga kesulitan memenuhi permintaan dari konsumen yang biasanya mencapai 700-1.000 ton per hari kini sudah sulit dipenuhi.
"Kita juga kesulitan memenuhi permintaan, biasanya sehari mencapai 700-1.000 ton, sekarang barang datang hanya 300-500 ton per hari," ungkapnya.
Oleh karenanya, Furqon berharap, pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) segera bertindak untuk menekan kenaikan harga beras dan memenuhi permintaan pasar.
"Kami berharap pemerintah, melalui Bulog atau Bapanas segera melakukan tindakan, menurunkan harga beras dan memenuhi permintaan pasar, karena dikhawatirkan ini akan semakin naik," ucap Furqon.
(dir/dir)