Kenaikan harga beras di Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara), terjadi sepanjang Juni 2025. Tingginya harga mendorong warga mencari alternatif beras yang lebih terjangkau, seperti beras Sulawesi atau beras Malaysia yang masuk secara tidak resmi.
Salah seorang ibu rumah tangga (IRT) di Kecamatan Tarakan Tengah, Mamak Yanti, mengeluhkan kenaikan harga beras yang membebani keuangan keluarga. Ia menyebut harga beras Bulog naik dari Rp 11 ribu menjadi Rp 15 ribu per kg.
"Yang penting ada beras, kecuali kalau ditimbun, ibu-ibu pasti teriak," katanya kepada detikKalimantan, Kamis (17/7/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beras normal Rp 16 ribu, premium super Rp 17 ribu -Rp 18 ribu. Stok Bulog sudah kosong tiga sampai empat bulan," tambahnya.
Akibat kelangkaan stok beras Bulog, Mamak Yanti dan warga lain beralih ke beras Sulawesi yang dijual Rp 65.000 per 5 kilogram di warung terdekat. Sedangkan untuk harga beras Malaysia senilai Rp 13.000 hingga Rp 14.000 per kilogram. Beras ini dinilai memiliki tekstur mirip beras normal dengan harga lebih terjangkau.
"Beras ilegal dari Malaysia juga banyak, lebih murah, kualitas sama dengan beras normal yang harganya wow," tambahnya.
Ia menyayangkan ketidakpastian ketersediaan beras Bulog yang menjadi harapan masyarakat menengah ke bawah. Kenaikan harga beras sebesar Rp 10.000 per karung sangat memberatkan masyarakat, terutama di tengah kebutuhan tahun ajaran baru. Mamak Yanti dan warga lain terpaksa membeli beras murah meski kualitasnya di bawah standar.
Kekhawatiran juga dirasakan Andro, distributor beras di Tarakan Barat. Andro mengungkapkan bahwa harga beras medium dari Jawa naik dari Rp 13.000 per kg pada 8 Juli 2025 menjadi Rp 15.000 per kg per 17 Juli 2025. Beras premium juga naik dari Rp 15.000 menjadi Rp 16.000 per kg.
"Kenaikan ini terasa sejak Juni, memberatkan masyarakat, apalagi menjelang tahun ajaran baru," ujarnya kepada detikKalimantan, Kamis (17/7/2025).
Menurut Andro, kenaikan harga dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan harga pembelian gabah kering panen tanpa patokan kualitas.
"Harga gabah naik, bagus untuk petani, tapi pabrik kekurangan pasokan karena rebutan dengan pemerintah. Akibatnya, harga beras naik," jelasnya.
Meski stok di gudang distributor cukup, harga tinggi membuat masyarakat beralih ke beras Sulawesi atau beras Malaysia yang dicampur untuk menekan harga jual. Andro juga mengkritik kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang tidak efektif. Ia juga menyesalkan stok beras melimpah di gudang pemerintah tidak dilepas ke pasar.
"HET di Kalimantan Utara disamakan dengan Kalimantan Selatan, padahal ongkos kirim ke Tarakan Rp 20 juta per kontainer, atau Rp 800-1.000 per kilogram," keluhnya.
Andro berharap pemerintah mengevaluasi HET agar sesuai dengan biaya logistik di Tarakan dan melepas stok beras Bulog untuk menstabilkan harga. Ia juga mendesak pengawasan terhadap beras tidak resmi yang merugikan distributor lokal.
"Kami ingin kebijakan adil, harga stabil, supaya masyarakat tidak terbebani dan usaha berjalan lancar," tutupnya.
Respons Pemda
Sementara itu, Pengawas Perdagangan Ahli Muda Disperindagkop Kaltara, Septi Yustina Marthin, mengakui kenaikan harga beras terjadi secara nasional karena harga gabah kering naik.
"Pemerintah melalui Bulog akan mengeluarkan beras SPHP untuk menekan harga," ujarnya, Kamis (17/7/2025).
Disperindagkop juga siap bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk memfasilitasi distribusi beras SPHP atau menggelar operasi pasar murah jika diperlukan.