Jumiarsih (45), warga Dusun Bojongmalang, Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, berhasil menyulap tumbuhan pakis menjadi camilan yang lezat. Camilan itu bahkan saat ini menjadi oleh-oleh baru khas Pangandaran.
Keripik pakis merupakan makanan ringan khas Pangandaran yang unik. Berbeda dari jenis keripik lainnya, keripik pakis ini terbuat dari tumbuhan daun pakis paku yang biasanya diolah menjadi sayur lodeh.
Owner Keripik Pakis Restu, Jumiarsih mengatakan, pakis yang dibuat jadi keripik berjenis pakis paku yang tumbuh subur di daerah Kabupaten Pangandaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya betul, biasanya masyarakat mengenal pakis yang diolah menjadi lodeh, tapi saya berinisiatif menjadikannya chips atau semacam keripik," ucap Jumiarsih kepada detikJabar.
Pakis yang bagus tumbuh di daerah lembab di area perbukitan atau hutan Pangandaran. Karena pakis yang baik berwarna hijau segar. "Biasanya diambil dari petani di Desa Selasari, Kecamatan Parigi," ucapnya.
Cara Pembuatan Keripik Pakis
Jumiarsih mengatakan, untuk mengolah pakis menjadi keripik harus melalui proses panjang. Pertama daun pakis dipisahkan terlebihdulu dari tangkainya.
"Diambil bagian daunnya saja, untuk kemudian menjadi bahan baku," katanya.
Kemudian daun pakis di potong-potong, lalu dicuci bersih selanjutnya di rebus selama 1-5 menit. "Direbusnya tidak terlalu lama karena kalo lembek susah diolahnya. Setelah itu dikasih tepung terigu yang sudah dicampur dengan berbagai bumbu, lalu digoreng," ucapnya.
Agar tidak terlalu banyak minyak yang terserap, setelah digoreng keripik pakis harus melalui tahap spinner. "Tujuannya agar minyak di dalamnya keluar dan tidak kulinyam (berminyak berlebih)," ucapnya.
Keripik pakis Restu ini bisa didapatkan di pusat oleh-oleh yang berada di Pangandaran. "Dijual di pusat oleh-oleh dari mulai Owen Jl. Babakan No. 65, Pangandaran, pusat oleh-oleh Atlantik sampai lesehan Beti Tanjung di Banjar. Harga mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 25.000," katanya.
Untuk rasa ada original dan pedas. Dia juga menyediakan pesanan secara online melalui Facebook dan Marketplace.
Membuat oleh-oleh Khas Pangandaran
Selain keripik pakis, Jumiarsih juga pelaku UMKM yang produksi oleh-oleh khas Pangandaran seperti, jus honje, dan sambal kecombrang.
"Kalau awal-awal memang hanya produksi keripik pakis saja. Tapi alhamdulillah karena banyak permintaan untuk produk pakis, kami juga tawarkan jus honje dan sambal kecombrang khas Pangandaran," kata dia.
Dia mengatakan usaha untuk menjadikan keripik pakis oleh-oleh khas Pangandaran yang diterima banyak orang memerlukan waktu. "Saya mulai merintis itu tahun 2016. Waktu itu iseng-iseng daun pakis yang untuk di lodeh saya goreng dengan tepung, lalu ditawarkan ke keluarga ternyata enak," ucapnya.
Setelah itu, Jumiarsih gabung dengan Baraya UMKM Pangandaran sehingga diajak untuk ikutan pameran yang sering diselenggarakan Disdagkop UMKM.
"Waktu itu gabung UMKM di Pangandaran, sering diajak pameran banyak yang suka. Lalu dinas juga masukkan kami ke daftar UMKM makanan ringan oleh-oleh khas di sini," katanya.
Setelah dimasukan dalam daftar makanan ringan oleh-oleh khas Pangandaran, keripik pakis milik Jumiarsih mejeng di lokasi oleh-oleh.
"Waktu sudah dikenalkan dinas, gerai dan tempat oleh-oleh di tempat wisata Pangandaran banyak yang minta. Sehingga saya juga majang di lokasi oleh-oleh," kata dia.
Jumiarsih menyebut, daun pakis dipilih menjadi salah satu olahan keripik karena dinilai unik jika menjadi makanan ringan.
"Kan daun pakis di sini banyak karena identik dengan Pangandaran juga yang bahan bakunya melimpah, tapi sayuran pakis tidak tahan lama karena cepat busuk. Maka diolah jadi makanan khas ini dapat bertahan lumayan lama," ucapnya.
Hal tersebut yang menjadi alasan Jumiarsih memilih produksi keripik pakis dan dijual di tempat oleh-oleh. "Alhamdulillah sudah menyebar hampir di semua toko oleh-oleh Pangandaran. Saat ini juga sudah disebar di tempat oleh-ol3h Bandung dan Bali," katanya.
Kesendirian yang Membuat Jumiarsih Tegar
Jumiarsih bercerita cukup panjang dan banyak melewati jalan terjal selama merintis bisnis oleh-oleh khas Pangandaran.
"Sebelum memulai bisnis kuliner, dulu hanya IRT dan membantu usaha suami," kata dia.
Namun, semuanya berubah dan harus bertahan hidup setelah suami Jumiarsih meninggal dunia beberapa tahun yang lalu.
"Setelah suami meninggal baru ditekuni dengan serius usaha bikin oleh-oleh ini hingga sekarang," katanya.
Kondisi saat ini, membuat Jumiarsih tegar dan harus menjalani apapun dengan sendirian. "Kan harus bertahan hidup, makanya mulai usaha," ujarnya.
Dia mengatakan peluang usaha oleh-oleh makanan khas di Pangandaran cukup sangat menjanjikan. "Karena jus honje dan keripik pakis menjadi oleh-oleh khas Pangandaran, apalagi di bantu branding dan penjualan oleh dinas terkait di Pangandaran," katanya.
Untuk penghasilan dalam sebulan Jumiarsih mengaku menjual 2.000 picis keripik pakis dan 1.000 botol jus honje untuk di pasarkan di tempat oleh-oleh maupun online.
"Sebulan omzet paling gede dapat Rp 20-Rp 30 juta per bulan dari menjual ribuan bungkus keripik pakis dan jus honje botol," ucapnya.
Menurutnya, hasil dari bisnis kuliner ini dapat membiayai anaknya yang masih sekolah dan kuliah. "Alhamdulillah cukup untuk membiayai sekolah dan kuliah anak yang sulung, dan sekolah anak yang bungsu sepeninggal almarhum papah mereka," kata Jumiarsih.
Mendapat Kepercayaan Pinjaman KUR BRI
Sebelum sebesar sekarang, Jumiarsih mengatakan sempat dapat pinjaman KUR BRI pada tahun 2017. "Awal-awal merintis itu saya mengajukan KUR BRI sebesar Rp 50 juta," ucapanya.
Modal dari pinjaman ke bank digunakan Jumiarsih untuk menambah modal dan usaha keripik pakis. "Saya gunakan untuk biaya produksi dan branding keripik pakis. Kan bungkusnya tidak pakai plastik biasa," katanya.
Namun, pinjaman KUR BRI milik Jumiarsih sempat mandek tidak dibayarkan karena pandemi. "Tahun 2020 sempat mandek karena pandemi COVID-19. Nah setelah beres COVID-19 lanjut setor dan ditutup lunas," ucapnya.
Bantuan KUR untuk UMKM di Jawa Barat
Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, selama 6 (enam) tahun terakhir BRI Regional Office Bandung telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah.
"Sebanyak 3,9 juta nasabah itu dengan total nominal penyaluran sebesar Rp 102 triliun di Jawa Barat wilayah kerja BRI Regional Office Bandung, di luar Bogor, Depok, Bekasi, Karawang yang termasuk wilayah kerja BRI Regional Office Jakarta 2," kata Sadmiadi, belum lama ini.
Menurutnya, BRI terus melakukan upaya untuk mendukung UMKM naik kelas seperti, membina klaster usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah. "Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan," terangnya.
Selain itu, kata Sadmiadi, BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM (Go Modern, Go Digital, Go Online, Go Global). "Terdapat 3 Rumah BUMN yang berlokasi di Bandung, Purwakarta, dan Tasikmalaya," ucapnya.
Agus berkata, saat ini juga telah melakukan pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp 33,4 miliar dari 2020 s.d 2023.
"Kami juga buka akses untuk para pelaku usaha melalui LinkUMKM," ucapnya.
Ia mengatakan LinkUMKM ini merupakan Platform Pemberdayaan Digital yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia melalui program terintegrasi yang dapat diakses melalui website & aplikasi.
"Terdapat juga scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas dimana terdapat 200.591 UMKM naik kelas di BRI Regional Office Bandung," ucapnya.
(mso/mso)