Pesona Kain Batik Dahon Pangandaran yang Mendunia

Pesona Kain Batik Dahon Pangandaran yang Mendunia

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Jumat, 10 Nov 2023 05:30 WIB
Batik Dahon Pangandaran.
Batik Dahon Pangandaran (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran - Asep Kartiwa (55) perajin batik dahon khas Pangandaran berhasil membuat beragam produk fesyen yang mendapat pengakuan dari pasar Internasional. Konsumen dari Belanda, Thailand, hingga Hong Kong beberapa kali memesan produknya.

Meskipun terbilang perajin baru, pria asal Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, sudah membuat kain batik dengan pewarna alami, kaus, kemeja, sepatu hingga tas menarik.

Asep mengatakan bisnis yang digelutinya itu mulai dilakukan sejak 2018 dan mendapatkan ide ketika menghadiri acara fashion show di Jogja. "Idenya dari menonton fashion show dan etalase yang ada di Jogja. Kami sebelumnya jualan batik biasa," kata Asep kepada detikJabar, Selasa (7/11/2023).

Seiring berjalannya waktu, Asep yang awalnya berjualan kain batik Jogja, Solo, Pekalongan mulai melihat peluang dengan menggarap batik dahon dan ditekuni secara serius. "Di tahun 2018 di acara Agustusan tingkat desa saya mencoba untuk gelar produk batik dahon. Ternyata banyak kalangan menengah ke atas yang tertarik," katanya.

"Usaha ini (batik dahon) kami tekuni karena, bahan baku pewarna alam sangat melimpah, motif tidak akan ada yang sama satu sama lain, ramah lingkungan, menuntut kreativitas dan inovasi berkelanjutan dan persaingan usaha masih rendah," sambungnya.

Meskipun yang menjadi tantangan adalah pemasaran, kata Asep, namun harga jual batik dahon di atas jenis batik lainnya sehingga usaha ini sangat memiliki peluang yang besar. Tapi dengan keyakinan banyak juga orang yang menyukai konsep konsep alami, dan unik," ucapnya.

Harga Batik Dahon Khas Pangandaran

Batik Dahon Pangandaran.Batik Dahon Pangandaran. Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Karya fesyen batik dahon dijual dengan harga yang cukup beragam. Untuk kain katun primisima ukuran 220 x 115 cm seharga Rp 350.000, kain dobby 220x115 cm Rp 400.000, pashmina ATBM Rp 185.000, hijab persegi 4 Rp 150.000, Iket Rp 100.000, sepatu kulit mulai Rp 600.000-Rp 650.000, kaus bahan katun mulai 150.000-Rp 220.000, tas goni Rp 185.000, pouch Rp 100.000, sepatu bahan kanvas mulai Rp 350.000, topi mulai Rp 150.000.

"Kami juga melayani workshop EcoPrint Batik Dahon, baik untuk wisatawan maupun yang ingin memiliki kompetensi di bidang EcoPrint," katanya.

Asep memberikan tarif harga untuk pelatihan EcoPrint, untuk workshop mulai dari Rp 100.000, tergantung kehadirannya. "Untuk workshop kita mulai dari workshop teknik pounding, teknik basic, teknik lanjutan, dan teknik lainnya. Karena di EcoPrint kami memiliki beberapa macam teknik," ucapnya.

Ia mengatakan untuk pounding bisa dilakukan oleh anak sekolah mulai dari anak sampai dewasa dan untuk teknik basic direkomendasikan usia mulai 15 tahun. "Teknik lain yang mulai kami rintis adalah teknik melukis kain dengan pewarna alam. Ini bisa dilakukan oleh usia PAUD, SD, orang dewasa," ucapnya.

Meskipun pelaku usaha UMKM lokal, Asep telah melakukan pemasaran produk secara digital ataupun online melalui e-commerce. Untuk penjualan offline Asep membuka workshop dan galeri di Jalan Raya Cijulang No 22 di RT 01/ RW 01, Dusun Balengbeng, Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Sementara itu, untuk outlet kecil sudah berada di Hotel Arnawa Pangandaran dan Hotel Horison Palma Pangandaran.

Kain Batik Dahon Moncer Ekspor ke Eropa

Batik Dahon Pangandaran.Batik Dahon Pangandaran. Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Asep mengatakan penjualan batik dahon tidak hanya dijual di Pangandaran, namun sudah ekspor keluar daerah hingga luar negeri seperti Belanda, Thailand, Hong Kong.

"Untuk penjualan dalam negeri hampir seluruh kota ke Bandung, Jakarta, Palembang, Makassar hingga Semarang. Banyak juga yang datang ke Galeri saat berwisata. Ekspor ke Eropa juga pernah," kata dia.

Asep mengatakan untuk sekali ekspor paling banyak baru sampai 100 buah, kebanyakan produk kain dan tas goni. "Paling banyak kain batik dan tas," katanya.

Omzet Penjualan

Menurut Asep, usaha batik dahon yang dijalankan selama 5 tahun merupakan binaan Bank Indonesia (BI) Jabar. Ia mengatakan dalam sebulan mendapatkan omset rata-rata Rp 15 juta hingga Rp 50 juta.

"Alhamdulillah usaha yang saya jalani merupakan binaan BI Jabar. Ya rata-rata dapat Rp 15 juta sampai Rp 50 juta," ucapnya.

Peran Pemkab Pangandaran Bantu UMKM Naik Kelas

Kepala Dinas Perdagangan Koperasi UMKM Pangandaran Tedi Garnida mengatakan ada sebanyak 100 pelaku UMKM di bawah binaan BI Jabar, salah satu yang paling unggulan batik dahon ecoprint.

"Sesuai regulasi yang ada kami membantu pengembangan penjualan mereka untuk naik kelas dengan pelatihan-pelatihan UMKM rutin tahunan," kata Tedi kepada detikJabar, Kamis (9/11/2023).

Menurutnya batik dahon salah satu produk UMKM asal Pangandaran yang sukses dan cepat dalam perkembangan penjualannya.

"Batik dahon salah satu pelaku UMKM yang selalu dijadikan sukses story oleh pemda di beberapa pameran. Kalau ada kegiatan-kegiatan UMKM sebagai narasumber, memberikan inspirasi, suka dilibatkan saat pelatihan UMKM juga," ucapnya.

Selain itu, pemkab Pangandaran memfasilitasi kemitraan dengan para toko modern, digitalisasi UMKM, akses pemasaran, termasuk membuat legitimasi sertifikasi halal, NIB dan sebagainya.

"Jadi semua UMKM yang kami bina secara merata bantu untuk berkembang dengan memasang produk di toko modern, penjualan online, legitimasi sertifikat halal, NIB dan lainnya," kata Tedi.

Menurutnya, batik dahon itu paling sering dilibatkan di pameran UMKM yang sering digelar di tingkat daerah dan nasional.

"Pameran UMKM rutin itu seperti Kain Nusa di Jakarta, Harlah Koperasi, Pekan Jawa Barat, rutin setiap tahun. Bahkan beberapa waktu lalu di acara G20 dilibatkan," ucapnya.

UMKM Lokal Menjadi Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi

Batik Dahon Pangandaran.Batik Dahon Pangandaran. Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Kepala Perwakilan BI Jabar Erwin Gunawan Hutapea mengatakan sejumlah tantangan ekonomi yang akan dihadapi oleh Jawa Barat. Selain inflasi yang akan timbul karena faktor cuaca ekstrim El Nino, perdagangan global saat ini sedang tidak stabil yang bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.

Untuk itu, Erwin menyebutkan, salah satu opsi yang harus dikuatkan pemerintah daerah yaitu memperkuat pertumbuhan ekonomi domestik. Di antaranya dengan cara penguatan ekonomi syariah dan mendukung perkembangan UMKM lokal yang saat ini menjadi motor baru dalam pertumbuhan ekonomi di Jabar.

"Karena kelihatannya global masih akan lambat dengan isu geopolitik setelah Rusia-Ukraina, kemudian muncul Israel-Palestina, jadi kita tidak bisa terlalu banyak bergantung ke global. Ekspor kelihatan ada perbaikan, tapi motor penggerak itu adalah ekonomi domestik. Sehingga penguatan industri melalui hilirisasi, sampai projek energi baru terbarukan (EBT), tentu menjadi fokus kita disamping menggunakan ekonomi syariah dan UMKM yang menjadi motor baru pergerakan pertumbuhan ekonomi kita," katanya. (iqk/iqk)



Hide Ads