Pesona Alami Batik Dahon Pangandaran yang Curi Atensi di Luar Negeri

Pesona Alami Batik Dahon Pangandaran yang Curi Atensi di Luar Negeri

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Kamis, 30 Jan 2025 07:00 WIB
Berbagai macam batik dahon Pangandaran
Berbagai macam batik dahon Pangandaran (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran -

Selain terkenal dengan beragam keindahan alamnya, Pangandaran, Jawa Barat, mempunyai produk lokal yang unik. Salah satunya batik dahon Pangandaran.

Berbeda dengan batik pada umumnya, setiap motif batik ini berbentuk dedaunan atau tangkai. Sehingga memiliki keunikan tersendiri.

Produk yang dihasilkan batik dahon ini tidak hanya kain dan pakaian. Tetapi ada sepatu, syal, topi, iket hingga tas. Beragam fesyen perempuan seperti kemeja, tas dompet hingga daster berbahan batik dahon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk harganya sangat beragam, untuk t-shirt Rp 200 ribu/pcs, Sepatu batik dahon Rp 600 ribu, sepatu batik dahon canvas Rp 400 ribu, topi Rp 150 ribu, pouch Rp 100 ribu dan kain batik dahon ada yang sampai Rp 1 juta.

Owner Batik Dahon Pangandaran Asep Kartiwa (57) mengatakan memang pembuatan batik dahon dengan batik cap atau tulis agak berbeda. Menurutnya, perbedaannya berada dari cara pemberian motif hingga pewarna kain.

ADVERTISEMENT

"Batik dahon cara pembuatannya memang panjang prosesnya, kita harus menyiapkan pewarna motif kain dan bahannya. Mulai dari mengambil buah dahon untuk pewarna nyah hingga motif yang digunakan semua berasal dari alam," kata Asep kepada detikJabar, Senin (20/1/2025).

Ia mengatakan untuk penyiapan bahan dimulai dari pewarna kain yang diambil dari unsur alam. "Hampir semuanya dari alam seperti kulit kayu, buah dahon dan dedaunan sekitar rumah," ucapnya.

Berbagai macam batik dahon PangandaranBerbagai macam batik dahon Pangandaran Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Buah dahon itu berasal dari pepohonan yang hidup di pinggir sungai air payau. Di Pangandaran tumbuhan itu mudah ditemukan.

"Kita memanfaatkan itu karena belum ada orang lain yang mencoba itu," katanya.

Dia menuturkan, buah dahon sebagai pewarna makanan sudah dibawa ke lab UGM untuk diteliti pada 2019 yang lalu.

"Dicoba dibawa ke lab UGM bahwa buah tersebut bisa dijadikan pewarna untuk kain. Setelah itu, kami jadikan sebagai brand juga, makannya namanya Batik Dahon karena pewarna kain dari buah dahon," Paparnya.

Ia mengatakan buah Dahon ini menghasilkan warna yang bagus berwarna kemerahan bisa lebih gelap atau terang. "Warnanya itu khas merah kecoklatan, bisa merah muda atau tua, tergantung," ucapnya.

Proses Pembuatan Batik Dahon

Asep mengatakan pertama setelah buah dahon diambil dari pohonnya sebanyak satu tangkai. Dicacah hingga menjadi beberapa bagian.

Lalu, buah dahon dimasak di atas api panas hingga mendidih dan mendidih. "Setelah proses memasak buah, menyiapkan kain untuk menyampurkan warna," ucapnya.

Setelah itu, ia menyiapkan kain untuk proses spooring atau membersihkan kain dari limbah sintetis.

"Baru ada proses mordan, karena tahapan ini sangat mempengaruhi nanti hasil daripada batik dan warnanya itu," katanya.

Berbagai macam batik dahon PangandaranBerbagai macam batik dahon Pangandaran Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Meski demikian, kata dia, dalam proses mordan ini sedikit mencampurkan bahan kimia seperti cuka atau tawas. "Sangat sedikit untuk membantu warnanya keluar dari dahon," ucapnya.

Kemudian, setelah dimordan kain dijemur sampai kering lalu dicelupkan lagi satu kali ke pewarna, lalu satu kali lagi ke air.

"Terus nanti daunnya ditata di atas kain dengan bunga dan daun bermotif lainnya setelah itu direbus selama dua jam. Agar semua bentuk motif itu menempel pada kain," ungkapnya.

Jika proses rebus selesai, kain akan digelar di atas meja besar dan didinginkan terlebih dahulu tanpa sinar matahari. "Daun-daun yang menempel sebagai motif dilakukan pembersihan," ucapnya.

"Semua yang kita manfaatkan adalah daun-daun kulit kayu, buah dahon dan kulit buah yang lainnya dari alam sekitar, di pekarangan rumah sekitar kita juga banyak," sambung dia.

Asep mengatakan peminat beragam produknya telah tembus ke luar daerah, dari mulai Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya hingga Jogja. "Alhamdulillah ke luar daerah juga sampai bahkan hingga Kalimantan," ucapnya.

Selain itu, kata Asep, ada pembeli yang berasal dari luar negeri. Itu pun awalnya dari wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran. "Dulu ada wisatawan yang datang ke Pangandaran sama pemandu dibawa ke galeri saya dan saat ke negeri asalnya memesan ulang," katanya.

Asep mengatakan penjualannya tidak hanya di rumahnya yang beralamat di Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. "Kami juga jual secara offline buka outlet yang ada di hotel-hotel Pangandaran," ujarnya.

Bahkan, kata Asep, outletnya sudah dibuka di Bandara Kertajati. "Di Bandara Kertajati sudah ada sejak tahun kemarin," ucapnya.

Dalam sebulan Asep mengaku mendapatkan pesanan produknya ke luar negeri sebanyak 30 pcs per bulan. "Alhamdulillah per bulan ada 30 pcs mah ke luar negeri itu kebanyakan syal. Karena kirim ke Belanda. Katanya banyak yang suka warna tidak terlalu cerah," ucap dia.

Sementara itu, untuk produk sepatunya dalam sebulan bisa laku sampai 30 pcs. Jumlah tersebut disebutkan Asep bisa variatif. "Kalo jumlah pesanan itu variatif puluhan picis ada," katanya.

Menurut Asep dalam sebulan perkiraan omzet yang didapatkan bisa mencapai Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. "Karena kami tidak jual produk aja. Kami buka workshop untuk study tour dan tour lainnya di Pangandaran. Bekerjasama dengan para tour travel disini," ucapnya.

Awal Mula Merintis Usaha Batik Dahon

Asep dan istrinya sudah menggeluti lama dunia batik. Namun, untuk batik dahon mulai merintis sejak tahun 2018.

"Waktu itu sekitar tahun 2017 saya berencana belanja batik ke Jogja. Karena biasa menjualnya di Pangandaran. Namun, waktu itu saat mengantar anak kuliah berkunjung ke salah satu mall yang sedang melaksanakan fashion show batik," kata Asep.

Saat fashion show berlangsung Asep melihat salah satu peserta memiliki warna dan motif batik yang berbeda. Sehingga penasaran dan mencari tahu.

"Saat ditanyakan ternyata warna batiknya berasal dari unsur alam. Sehingga dulu belajar dan membeli modul video untuk dipelajari," ucapnya.

Sepulang dari Jogja, Asep dan istrinya mencoba membuat batik ecoprint berbahan alam dari dedaunan. "Awalnya iseng saat dipamerkan di sekolah banyak yang suka. Sehingga tahun 2018 mulai serius dan membuat dengan beragam produk tidak hanya kain," katanya.

Perjalanan merintis batik dahon rupanya tidak berjalan mulus seperti yang dipikirkannya. Asep mengaku jatuh bangun dari mulai tidak ada yang membeli dan sepi peminat. "Dulu mulai promosi di medsos ikut pameran UMKM diajak Pemda keluar daerah alhamdulillah responnya baik," ucapnya.

(yum/yum)


Hide Ads