Produk sapu lidi dari Pangandaran berhasil menembus pasar Pakistan. Para perajin sapu lidi dari Dusun Kemplung, Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, mampu membuat produk yang diakui kualitasnya.
Perajin Sapu Lidi Kelapa di Parigi Yadi (52) mengatakan awalnya produk sapu lidi dari desanya diminati pasar lokal seperti di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hingga suatu hari ada permintaan ekspor dari Pakistan.
Tak tanggung-tanggung, Yadi mengaku dalam sekali pengiriman, dia mampu menjual sekitar 25 ton sapu lidi untuk pasar lokal dan ekspor dengan omzet hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya.
"Alhamdulillah meskipun tidak setiap bulan ada ekspor. Namun bisa memenuhi kebutuhan bayar pegawai dan kehidupan sehari-hari," katanya kepada detikJabar, Rabu (18/1/2023),
"Kami kalo ke pabrik itu ngirimnya kiloan nggak per iket. Satu kali kirim 25 ton lidi kelapa," sambungnya.
Yadi mengatakan, khusus ekspor ke Pakistan, sapu lidi yang dikirim berbeda dibandingkan produk untuk pasar lokal. "Kalo ke Pakistan itu pesanan buat kebutuhan peralatan kebersihan taman sebulan bisa 20 ribu iket," katanya.
Usaha yang dirintis Yadi bermula pada 2018. Saat itu dia melihat peluang dan memanfaatkan halaman rumahnya dengan dibantu warga sekitar untuk produksi "Sudah sejak 5 tahun lalu rumah produksi sapu ini dirintis, ya lumayan terus berkembang. Ya meskipun gak banyak, tapi kami berdayakan masyarakat setempat untuk merawut dan mengikat sapu," katanya.
Menurut Yadi proses pembuatan sapu lidi tidak hanya meraut lidi kelapa saja, agar kualitas dan warna sapunya kecoklatan ada proses yang harus dilalui. Awalnya dia membeli lidi kelapa yang siap untuk di rawut dengan harga per ikat Rp 1 ribu dari petani.
Setelah lidi kelapa dipisahkan dari daun kelapa, lidi di raut hingga bersih, kemudian lidi dijemur hingga warna kecoklatan dalam jangka waktu 1 sampai 3 hari. "Jika lidi sudah berwarna coklat dan proses penjemuran, baru dipisahkan untuk dijual kiloan dan per ikat," ucapnya.