Berkah dari Kelapa Muda Pangandaran

Berkah dari Kelapa Muda Pangandaran

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Selasa, 11 Mar 2025 19:30 WIB
Penjual kelapa di Pangandaran
Penjual kelapa di Pangandaran (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar).
Pangandaran -

Siang itu terik panas matahari tidak menyurutkan semangat Jumhadi (60), warga Desa Masawah, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran. Meski angin Pantai Madasari begitu kencang menghempas topi tuanya, ia tetap semangat memotong satu per satu kelapa muda untuk disajikan kepada wisatawan.

Warung kecil berukuran 3 meter x 4 meter itu cukup untuk 15 orang duduk menikmati kelapa muda dan kopi. Warung miliknya menjadi satu-satunya yang paling ulama berjualan di Pantai Madasari.

Sejak 2008 pertama kalinya dibuka Pantai Madasari, Jumhadi menjadi maestro pedagang kelapa muda di objek wisata tersebut. Warungnya langsung menghadap Pantai Madasari. Jarak dari ombak pecah itu hanya sejauh 15 meter dari pesisir pantai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain berjualan kelapa muda, Jumhadi melihat peluang besar dengan membuka warung kopi hingga menyediakan paket makan bagi wisatawan yang berkunjung. Disamping itu, peluang-peluang lain muncul di benak pikirannya.

Meski demikian, kelapa muda menjadi salah satu jualan utama di warung tersebut. Ibarat terasa kurang jika menikmati pantai tanpa kelapa muda.

ADVERTISEMENT

Jumhadi mengatakan, telah berjualan kelapa muda di Pantai Madasari sejak tahun 2008, waktu pertama kali dibukanya objek wisata tersebut. "Di tahun itu belum banyak wisatan yang berkunjung, cuman satu dua orang setiap harinya ada," kata Jumhadi belum lama ini.

Menurutnya, Pantai Madasari menjadi ladamg mencari cuan sejak keluar dari kerjaannya sebagai kuli bangunan proyek keliling. "Terkahir kerja jadi kuli bangunan keliling itu di Kalimantan, terus pulang ke Masawah Pantai Madasari," ucapnya.

Ia mengatakan pertama pulang tahun 2006 itu tak lama kampungnya diterjang tsunami. "Dulu pas pulang kena bencana tsunami hampir 2 tahun vakum objek wisata ini seperti tempat mati," katanya.

Setelah itu, tahun 2008 kondisi objek wisata Pantai Madasari pulih kembali sehingga perlahan menjadi daya tarik wisatawan. Meskipun di pantai ini tidak dapat digunakan untuk berenang.

"Meski banyak pengunjung saat ini Pantai Madasari hanya bisa dinikmati dengan bersantai, camping, swafoto hingga berkegiatan alam," katanya.

Sewaktu pertama pulang lagi ke Pantai Madasari, kata dia, untuk mencari pekerjaan sangatlah sulit. Ia mengaku sempat ditarik pihak desa untuk menjadi ketua LPM Desa Masawah.

Kendati demikian, menurut dia, berjualan kelapa dan warung menjadi pendapatan utama di Pantai Madasari. "Dulu sewaktu ditarik di Pemdes Masawah jualan mah berjalan," ujarnya.

Ia mengatakan di tahun tersebut menjadi satu-satunya pedagang yang buka, bahkan luas warung nyah hanya 2 meter x 3 meter. "Kecil dulu mah warungnya kang, cukup buat tempat duduk paling 5 orang. Karena kalo pesan kelapa mereka pasti minumnya di pesisir pantai," katanya.

Berjualan di Pantai Madasari tidak segampang yang diceritakannya. Ia mengaku jatuh bangun dengan modal yang ada. Bahkan, saat ini harus bersaing dengan banyak warung yang buka hingga restoran.

"Dulu mah pedagang bisa dihitung jari, saya yang pertama masih disini tempatnya gak pindah. Bahkan banyak wisatawan yang 10 tahun lalu kesini, sekarang kesini lagi masih dikenang," katanya.

Selain itu, risiko kemalingan juga menjadi salah satu cobaan pedagang warung saat itu. "Karena kan dulu jauh dari pemukiman tidak terpantau, gak ada CCTV jadi gak terpantau kalo ada maling barang," ucapnya.

Kemudian, Pantai Madasari sebelum tahun 2015 Jumhadi mengaku cukup sepi dan tidak seramai sekarang. "Dulu kesebutnya hanya Sabtu Minggu yang ramai. Sekarang setelah ada jalur lintas pantai Batukaras-Madasari akses tersebut mempermudah wisatawan mengakses kesini," katanya.

Bangkit dari Pandemi COVID-19

Diawal era Pangandaran menjadi kabupaten definitif pada tahun 2016 objek wisata Pantai Madasari menjadi ramai pengunjung. Bahkan, wisatawan setiap hari libur pasti melakukan aktivitas rekreasi di pantai tersebut, meskipun tidak dalam kondisi berenang.

"Kondisi ramai di Pantai Madasari sempat melambung awal Pangandaran menjadi daerah otonomi baru. Cuman kandas itu tahun 2020 saat COVID-19 kami pedagang nyaris puasa pelanggan ataupun wisatawan kosong," ucapnya.

Namun semangat berusaha tidak luntur sampai disitu, Jumhadi melakukan banyak kerja sampingan dari mulai petani garam hingga menjadi nelayan laut. "Saat COVID-19 kerjaan yang dianggap aman itu bertani dan nelayan. Jadi di tahun 2020 kembali lagi terjun mencari ikan. Alhamdulillah darisana saya dapat modal lagi untuk berjualan," katanya.

Sehingga, kata dia, mulai lagi berjualan pascaCOVID-19 tahun 2022 normal lagi, warung kelapa muda pun buka kembali. "Disitu wisatawan seperti balas dendam banyak lagi,"ucapnya.

Cerdas Melihat Peluang

Selama berjualan kelapa muda, kata Jumhadi, penghasilan setiap bulannya bisa mencapai Rp 3 juta sampai Rp 6 juta. "Bahkan seminggu dapat Rp 6 juta kalo ramai itu pernah mengalami alhamdulillah," katanya.

Penghasilan itu, ia dapatkan dari berjualan kelapa muda dan warung kopi di Pantai Madasari. "Alhamdulillah dari semua itu bisa biaya sekolah anak hingga sampai saat ini mereka satu-satu sudah menikah," ucapnya.

Ia mengatakan peluang pertama yang didapatkan saat melihat wisatawan yang hanya ingin kelapa muda di pantai. "Jadi dulu saya jalan-jalan di Pantai Madasari, ada rombongan wisatawan dari Bandung pengen kelapa muda, kemudian saya cari ke kampung karena yang dekat pantai kebanyakan sudah disadap menjadi nira. Dari situ saya terpikir jualan," katanya.

Penjual kelapa di PangandaranPenjual kelapa di Pangandaran (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar).

Seiring berjalannya waktu, orderan rombongan wisatawan untuk kelapa muda semakin banyak. Sehingga Jumhadi pun menerima banyak masukan dari puteranya ketika wisatawan membayar menggunakan alat digital.

"Nah sudah dua tahun berjalan saya menyediakan pembayaran digital. Karena anak saya merekomendasikan menyediakan pembayaran digital. Kan mereka biasanya bayar pake hp dulu saya belum ngerti anak saya yang kasih tau harus pakai QRIS," ucapnya.

Pembayaran Digital Membantu Cepatnya Proses Pembayaran

Menurut Jumhadi transaksi digital memang paling banyak dilakukan wisatawan karena dianggap bisa dengan nominal yang pas tanpa kembalian. "Memang awalnya saya gak ngerti ko bisa bayar ditempel Hp, ternyata namanya pembyaran digital. Sejak saat itu belajar ke anak," katanya.

Ia mengatakan selama transaksi digital unthk pembayaran di warungnya menggunakan QRIS BRI. "Pakai QRIS BRI karena paling umum atau banyak. Selain itu juga saya pengguna bank tersebut sejak lama," katanya.

Kata dia, pembayaran digital dan uang cash ada kekurangan kelebihannya. "Kalo transaksi QRIS lebih simpel gak usah kembalian uang masuk bisa check di Hp. Perbandingannya mungkin hampir 60% bayar digital, sisanya kalo belanja kurang dari Rp 20 ribu pakai cash," ucapnya.

Salah satu pembeli di warung tersebut Deni Nurdiansyah mengatakan melakukan pembayaran digital karena sudah terbiasa kemana-mana bawa uang di hp. "Enak aja gitu kalo uang digital mah gak ribet, alhamdulillahnya di warung bapak ini menyediakan QRIS," kata Deni.

Ia mengaku hanya membeli air kelapa muda dan mie instan saja pakai QRIS. "Karena mungkin sekarang sudah serba mudah. Saran juga sih kalo semua warung di Madasari menyediakan transaksi digital," ucapnya.

BRI Mudahkan Transaksi UMKM

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan tujuan Qris adalah mempermudah sistem pembayaran digital. Selain itu, pihak BRI sangat mendukung dari adanya QRIS karena proses transaksi lebih cepat, mudah dan aman.

"BRI menyambut baik dengan adanya qris sebagai salah satu opsi alat pembayaran, QRIS juga membantu merchant BRI menyediakan pilihan pembayaran yang mudah karena merchant cukup menyediakan satu kode QR yang bisa digunakan untuk berbagai sumber dana baik melalui mobile banking maupun uang elektronik (e-wallet)," kata Sadmiadi saat melalui pesan WhatsApp.

Adapun Manfaat Penggunaan QRIS BRI

1. Mudah dalam mendapatkannya, yaitu bisa daftar mandiri melalui Aplikasi BRIMo, input pada website jadi merchant BRI atau datang ke unit kerja BRI terdekat

2. Cepat dalam melakukan transaksi pembayaran, yaitu tinggal scan Barcode QRIS BRI, baik QRIS statis yang di print/ tempel, maupun QRIS dari EDC BRI menggunakan Handphone pelanggan

3. Aman karena merchant dapat terhindar dari uang palsu dan mudah dalam melakukan monitoring transaksi karena setiap QRIS BRI dilengkapi dengan aplikasi BRI Merchant

Sadmiadi mengatakan QRIS sudah pasti telah memberikan kemudahan transaksi. "Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya transaksi melalui QRIS yang dilakukan masyarakat," katanya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kemenpar Catat Kunjungan Wisman dan Wisnus Naik di Mei 2025"
[Gambas:Video 20detik]
(mso/mso)


Hide Ads