Lidiqu: Inovasi Kerajinan Lidi Kelapa yang Dilirik Pasar Internasional

Lidiqu: Inovasi Kerajinan Lidi Kelapa yang Dilirik Pasar Internasional

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Senin, 24 Mar 2025 10:00 WIB
Diryanto memperlihatkan hasil karyanya
Diryanto memperlihatkan hasil karyanya (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran -

Siapa sangka lidi kelapa yang biasanya digunakan untuk menyapu bisa diolah menjadi kerajinan tangan bernilai tinggi? Inilah yang dilakukan oleh seorang pemuda asal Pangandaran, yang berhasil mengubah lidi kelapa menjadi produk rumah tangga dan seni yang diminati pasar.

Diryanto (38), warga Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, adalah sosok di balik kesuksesan usaha kerajinan berbahan lidi kelapa. Dengan kreativitasnya, ia mampu mengubah bahan sederhana ini menjadi produk bernilai jual tinggi sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.

Sebagai pelaku UMKM di bidang kerajinan tangan dengan teknik anyam, Diryanto menghasilkan berbagai produk, seperti piring lidi, tampah, wadah air minum, hingga hiasan rumah. Produk-produk ini dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp3.500 hingga Rp50.000.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harganya tergantung jenis produknya, tapi masih cukup terjangkau," ujar Diryanto saat diwawancarai oleh detikJabar, Sabtu (22/3/2025).

Awal Mula Merintis Usaha

Perjalanan bisnis ini dimulai pada tahun 2018. Diryanto pertama kali memperkenalkan produknya melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin), lalu bergabung dengan komunitas UMKM Pangandaran. Ia juga aktif mengikuti berbagai pameran, termasuk yang diselenggarakan oleh Dekranasda.

ADVERTISEMENT

"Awalnya, saya mengenalkan produk ini lewat kegiatan PKK di desa. Alhamdulillah, ada beberapa yang tertarik," kenangnya.

Seiring waktu, permintaan kerajinan lidi semakin meningkat. Namun, perjalanan usahanya tidak selalu mulus.

"Dulu saat menawarkan ke pengepul, banyak yang menolak. Katanya hasilnya kurang rapi dan terlihat seperti sampah," ujarnya sambil mengenang masa sulit itu.

Namun, kritik tersebut justru menjadi motivasi baginya untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas produknya.

"Saya jadi tahu standar produk yang bagus, lalu belajar dan memperbaikinya," katanya.

Diryanto memperlihatkan hasil karyanyaDiryanto memperlihatkan hasil karyanya Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Saat ini, produksinya masih dilakukan secara manual di rumah. Dalam sehari, ia mampu membuat sekitar 30 buah produk kecil atau hingga 10 keranjang buah tumpeng, tergantung jenisnya.

Bahan baku lidi ia peroleh dari warga sekitar, sehingga selain membuka lapangan kerja, usahanya juga turut mendukung perekonomian desa.

Dari Kelompok Tani ke Pasar Digital

Usaha ini berkembang pesat setelah Diryanto terlibat dalam kelompok tani di desanya pada Mei 2018. Awalnya, kelompok tersebut berfokus pada produksi gula kelapa. Namun, Diryanto melihat peluang lain dalam memanfaatkan lidi kelapa.

Ia kemudian mengikuti berbagai pelatihan untuk menambah wawasan dan bahkan belajar secara otodidak melalui YouTube.

Pada awal 2019, ia resmi mendirikan merek 'Lidiqu' dan mulai serius mengembangkan bisnisnya. Produk-produknya pun mulai diminati oleh pelaku UMKM lain, terutama sebagai perlengkapan rumah tangga.

"Awalnya, saya menjual ke pengepul di Banjarsari dengan harga Rp1.000 per unit," ujarnya.

Memasuki pertengahan 2019, permintaan produk semakin meningkat. Lidiqu mulai berinovasi dengan berbagai desain baru dan sering mengikuti pameran hingga ke Jakarta.

"Pernah dalam sehari ada pesanan hingga 200 produk dari berbagai jenis," ungkapnya.

Untuk memperluas jangkauan pasar, ia mulai memasarkan produknya melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook.

"Alhamdulillah, sejak promosi lewat medsos, orderan semakin banyak," katanya.

Diryanto memperlihatkan hasil karyanyaDiryanto memperlihatkan hasil karyanya Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

Dengan jumlah pesanan yang terus bertambah, omzetnya mencapai sekitar Rp5 juta per bulan. Selain lidi, ia juga menambahkan bahan seperti benang goni untuk mempercantik desain produknya.

Dilirik Pasar Mancanegara

Bahkan, produk Lidiqu mulai menarik perhatian wisatawan mancanegara, termasuk dari Belanda. Meski sudah ada peluang ekspor, Diryanto masih mempertimbangkan kapasitas produksinya sebelum mengambil langkah lebih besar.

"Kami tetap mengutamakan kualitas. Misalnya, untuk membuat satu piring saja, butuh sekitar 30 menit. Tekstur lidi yang mudah patah juga membuat proses produksi harus lebih hati-hati," jelasnya.

Ke depan, Diryanto berharap bisa meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas pemasaran hingga ke pasar internasional.

Bangkit dari Pandemi Modal KUR BRI Jadi Penyelamatan

Perjalanan usaha Diryanto rupanya tidak selalu berjalan mulus, di detik-detik naik daunnya sebagai perajin lidi, COVID-19 memberikan dampak yang signifikan bagi usahanya. Sehingga salah satu usaha yang masih berjalan yaitu gula kelapa.

Pada akhirnya, untuk membuka usahanya bangkit lagi, Diryanto mencoba peruntungan dari meminjam KUR BRI senilai Rp 45 juta. "Alhamdulillah untuk menstabilkan kondisi usaha dulu pinjam kw bank BRI untuk modal," ucapnya.

Selama meminjam 5 tahun, Diryanti telah melunasinya dan dapat kembali normal seperti biasa. "Selesai tuh lunas waktu itu, meskipun tidak senormal dulu, minimal usaha ini terselamatkan," katanya.

Menurut dia, banyak sekali pelajaran yang didapatkan setelah usaha kecilnya diterjang COVID-19. "Yang selalu saya ingat yaitu selalu punya tabungan untuk menyimpan anggaran. Maka saat ini sedikit besarnya saya tabungkan untuk biaya saving belajar dari kejadian tahun 2020," ucapnya.

BRI Perkuat Dukungan untuk UMKM: Komitmen dan Pencapaian di 2024

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta memperluas akses keuangan bagi masyarakat. Laporan kinerja 2024 menunjukkan berbagai pencapaian signifikan dalam penyaluran kredit dan pemberdayaan UMKM di seluruh Indonesia.

Penyaluran Kredit UMKM Capai Rp1.110,37 Triliun

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan tahun 2024, total kredit yang disalurkan BRI mencapai Rp1.354,64 triliun. Dari jumlah tersebut, 81,97% atau sekitar Rp1.110,37 triliun dialokasikan khusus untuk sektor UMKM.

Dukungan ini diwujudkan melalui sinergi dalam Holding Ultra Mikro (UMi) yang melibatkan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).

Sejak dibentuk, Holding UMi telah memberikan layanan keuangan dan pemberdayaan kepada 35,9 juta nasabah. Layanan ini diperkuat dengan 1.032 Sentra Layanan Ultra Mikro (SENYUM) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, memastikan akses keuangan lebih luas bagi pelaku usaha mikro.

"BRI tidak hanya memberikan akses permodalan, tetapi juga membangun ekosistem pemberdayaan UMKM yang berkelanjutan. Berbagai program telah dihadirkan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing UMKM," kata Sadmiadi.

(yum/yum)


Hide Ads