Menjelang perayaan tahun baru Imlek yang jatuh pada 22 Januari 2023 mendatang, produsen kue keranjang di Tasikmalaya mulai kebanjiran order. Kapasitas produksi pun ditambah seiring peningkatan permintaan.
"Imlek sekitar seminggu lagi, mulai ramai. Sekarang sehari bisa membuat 100 kilogram," kata Hom Sen (60), perajin kue keranjang di Jalan Selakaso, Kota Tasikmalaya, belum lama ini.
Hom Sen mengatakan saat ini kue keranjang buatannya dijual dengan harga Rp35 ribu per kilogram. Kue keranjang merupakan salah satu olahan kuliner khas yang identik dengan perayaan Imlek. Di kalangan masyarakat Sunda, makanan ini dikenal dengan sebutan jawadah korang atau dodol Cina. "Resepnya dapat dari nenek moyang saya, kami jualan kue keranjang di sini sejak tahun 50-an," kata Hom Sen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hom Sen adalah generasi kedua dari Ny. Sim, neneknya yang merintis usaha produksi kue keranjang ini sejak era 1950. Resep kue keranjang ini cukup sederhana, sebatas campuran antara ketan dengan gula. "Bahannya hanya gula dan ketan, sudah itu saja tak ada lagi," kata Hom Sen.
Hanya saja proses pengolahannya berlangsung cukup lama. Untuk menghasilkan kue keranjang yang bagus, pengukusan dilakukan sampai 12 jam. Ini juga yang menurut Hom Sen, membuat kue keranjang bisa tahan hingga berbulan-bulan bahkan hitungan tahun. "Tak ada bahan pengawet, asal diolahnya benar, bisa awet berbulan-bulan bahkan sampai setahun," kata Hom Sen.
Pembelinya pun beragam sesuai selera, ada yang suka kue yang sudah berbulan-bulan dan ada juga yang suka kue keranjang baru. "Terserah pembeli ada yang suka yang sudah keras berbulan-bulan, ada juga suka yang baru. Tapi yang sudah lama juga, kalau dikukus lagi bisa empuk," kata Hom Sen.
Selain langsung dimakan, kue keranjang juga bisa diolah menjadi gorengan. Caranya irisan kue ini dibalut adonan tepung terigu dan telur, kemudian digoreng. "Dibuat seperti gorengan juga enak, ya seperti goreng pisang," kata Hom Sen.
Bagi masyarakat Tionghoa, kue keranjang ini ternyata memiliki makna filosofis berkaitan dengan momentum Imlek. "Imlek itu harus dimeriahkan dengan makanan yang manis-manis. Karena rasa manis itu melambangkan kesejahteraan. Ada harapan di tahun baru ini kesejahteraan dan kejayaan selalu memihak pada kita semua," kata Hom Sen.
Selain masyarakat Tionghoa, masyarakat pribumi pun banyak yang sengaja membeli kue keranjang di momentum tahun baru Imlek. "Warga pribumi juga banyak yang beli, terutama dari pelosok. Seperti dari pakidulan (Tasik Selatan), Singaparna, Taraju dan lainnya. Mereka biasanya beli banyak, untuk dibagikan ke saudara atau tetangga. Mungkin jadi oleh-oleh," kata Hom Sen.
Produksi Kue Keranjang di Sukabumi Meningkat
Jelang perayaan Hari Imlek yang jatuh pada 22 Januari, pemesanan kue keranjang meningkat tajam. Rumah produksi kue keranjang pun sibuk memenuhi pesanan. Peningkatan produksi terjadi di salah satu rumah produksi kue keranjang Bintang Rezeki. Per harinya mereka memproduksi 1,5 ton atau 1.500 buah kue keranjang.
"Menjelang imlek sejak 1 Januari sudah banyak pesanan. Dalam satu hari kita produksi sekitar 1,5 ton (adonan), satu ovennya itu kita mampu memproduksi sekitar 750 kue keranjang, di sini yang kita pakai dua oven," kata Dila Novianti atau yang akrab disapa Ovi Ling-ling saat ditemui detikJabar di rumah produksi Jalan Tipar, Kota Sukabumi, belum lama ini.
Dila mengatakan, pengiriman kue keranjang ini tersebut dikirim ke Jabodetabek, Cianjurnhingga Bandung. Peningkatan produksi, kata dia, mencapai 10 persen jika dibandingkan dua tahun lalu sebelum pandemi COVID-19.
"Peningkatan ada, penjualan naik 10 persen, cuma tidak signifikan dari dua tahun sebelumnya, pemesan di tahun ini kebanyakan dari Cianjur," ujarnya.
Mereka masih membuat kue keranjang dengan cara tradisional. Adonan kue pertama dimasak dan diaduk terus menerus, kemudian yang sudah dimasukkan ke dalam keranjang bambu akan dioven dalam oven raksasa berbentuk prisma. Kue keranjang baru bisa disajikan setelah dioven selama 24 jam.
Harga satu kilogram kue keranjang di banderol mulai Rp 42 ribu. Dengan harga tersebut bisa mendapatkan 2-3 buah kue keranjang. "Harganya naik, sebelumnya kita menjual Rp 40 ribu karena mengingat bahan baku meningkat jadi kita naik sekitar Rp 2 ribu jadi Rp 42 per kilogram," ucapnya.
(yum/iqk)