Pantauan detikJabar di tempat pengolahan ikan, terlihat sejumlah ibu-ibu tengah sibuk di antara genangan banjir rob. Mereka hanya fokus dengan ember besar berisi puluhan ikan tembang yang kemudian mereka olah menjadi ikan manis.
Baca juga: Nestapa Warga Indramayu Hadapi Banjir Rob |
"Kalau di tempat ini kan nggak banjir, karena lebih tinggi," kata salah satu pengolah ikan manis, Daemi (45), kepada detikJabar Kamis (22/12/2022).
Diceritakan Daemi (45), menjadi buruh olahan ikan manis dilakoninya sejak masih muda. Aktivitas ini dilakukannya dalam kondisi apapun, termasuk ketika banjir rob menerpa.
Setiap pagi, Daemi berangkat menuju tempat kerjanya yang berjarak sekitar 2 kilometer. Tanpa kendaraan, ia berjalan menerjang banjir rob yang tengah terjadi.
"Dari rumah ke tempat kerja sekitar 2 kilometer jalan kaki," katanya.
![]() |
Bagi Daemi, upah hasil kerjanya di tempat pengolahan ikan manis terbilang cukup. Sebab, ia bisa membantu suami untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
"Belasan tahun kerja di olahan ikan manis. Banjir rob atau tidak, aktivitasnya tetap jalan karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kecuali pasokan ikan tembang sedang kosong," tuturnya.
Upah diterima Daemi tidak menentu. Itu tergantung jumlah ikan yang ia olah sebelum dijemur. Jika pasokan sedang melimpah, Daemi bisa mengolah hingga 50 kilogram ikan tembang.
"Tidak tentu, kadang dapat upah Rp20-50 ribu, tergantung banyak ikan," jelas Daemi..
Sekadar diketahui, pengolahan ikan manis ini cukup mudah ditemui di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Produksi ikan ini kemudian banyak dikirim ke berbagai daerah, mulai dari Bandung hingga Serang Banten.
Sementara, beberapa hari terkahir, banjir rob melanda tiga desa di Kecamatan Kandanghaur, termasuk Desa Eretan Wetan dengan ketinggian air yang bervariasi dari 20 sampai 70 sentimeter. (iqk/orb)