Kemas Cicak Kering di Cirebon, Warga Bisa Dapat Rp 100 Ribu Sehari

Kemas Cicak Kering di Cirebon, Warga Bisa Dapat Rp 100 Ribu Sehari

Ony Syahroni - detikJabar
Rabu, 27 Jul 2022 20:00 WIB
Almi Roisah (34), warga Desa Kertasura yang bekerja mengemas cicak kering (Kanan)
Almi Roisah (34), warga Desa Kertasura yang bekerja mengemas cicak kering (Kanan) (Foto: Ony Syahroni/detikJabar)
Cirebon -

Almi Roisah (34), warga Desa Kertasura, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat adalah satu dari sekian ibu-ibu yang merasakan dampak positif dengan adanya bisnis cicak kering yang dilakoni Sugandi (54). Dengan bekerja di tempat itu, Almi bisa membantu perekonomian keluarga.

Siang itu, Selasa (26/7/2022), Almi nampak sibuk memasukkan cicak-cicak kering ke sebuah wadah khusus berbahan plastik berwarna bening. Bersamaan dengan Almi, ada juga ibu-ibu lain yang sedang melakukan kegiatan serupa.

Mengemas cicak-cicak kering sudah menjadi pekerjaan rutin bagi ibu-ibu yang tinggal di sekitar lingkungan Sugandi di Desa Kertasura. Almi sendiri telah menjalani pekerjaan itu selama kurang lebih dua tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun proses pengemasan cicak kering dilakukan di kediaman Sugandi. Cicak-cicak kering dikemas dengan cara ditata di sebuah wadah khusus atau pack berbahan plastik. Setiap satu pack cicak kering, memiliki berat 2 ons.

Bagi pegawainya, seperti Almi, setiap mengemas cicak kering ke dalam satu pack dengan berat 2 Ons, maka akan mendapat upah sebesar Rp2000. Sementara jika dalam satu hari ia bisa mengemas cicak kering hingga 50 pack, maka pendapatannya bisa mencapai Rp100 ribu.

ADVERTISEMENT

"Satu pack beratnya 2 Ons. Setiap satu pack, dapetnya Rp 2000. Kalau sehari bisa 50 pack, dapetnya bisa Rp 100 ribu," kata Almi saat berbincang dengan detikJabar di Desa Kertasura.

Almi merupakan ibu dari dua orang anak. Anak pertama Almi saat ini duduk di bangku SMP, sementara anak keduanya masih sekolah TK. Adapun suami Almi, sehari-harinya bekerja di sebuah pabrik.

Almi sendiri mengaku sangat terbantu dengan adanya bisnis cicak kering yang dijalani oleh Sugandi. Karena dengan itu, ia bisa ikut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

"Lumayan buat tambah-tambah. Daripada diem di rumah," kata dia.

Ibu-ibu yang bekerja di tempat produksi cicak kering milik Sugandi tidak hanya bertugas untuk melakukan pengemasan. Di sisi lain, ada juga yang bertugas untuk mencuci hingga menjemur cicak-cicak yang masih dalam keadaan basah. Lokasi penjemurannya sendiri hanya berjarak beberapa meter dari kediaman Sugandi.

Bisnis cicak kering yang digeluti Sugandi telah berjalan kurang lebih 13 tahun. Dengan dibantu oleh sekitar 20 orang pegawai yang mayoritas adalah ibu-ibu, Sugandi mampu memproduksi cicak kering hingga 40 Kilogram setiap harinya. Sementara jika dalam kurun waktu satu bulan, produksinya bisa mencapai lebih dari 1 Ton.

Cicak-cicak kering yang diproduksi oleh Sugandi bukan untuk dipasarkan di dalam negeri, melainkan untuk dikirim ke negara luar alias diekspor. China jadi negara yang rutin menerima pasokan cicak kering tersebut.

Setiap 1 Kilogram cicak kering, Sugandi menjualnya dengan Rp380 ribu. Namun harga tersebut dipatok untuk cicak kering dengan kualitas bagus atau dalam kondisi utuh. Sugandi mengistilahkan kualitas itu sebagai grade A.

Sementara untuk cicak kering dengan kualitas di bawahnya atau grade B, Sugandi menjualnya dengan harga Rp280 ribu. Kualitas grade B yang dimaksud Sugandi adalah cicak kering dengan kondisi tidak ada ekor.

Adapun untuk kebutuhan cicak basah, Sugandi biasa mendapatkannya dari para pengepul yang ada di beberapa daerah. Seperti Cirebon, Indramayu hingga Karawang. Dari para pengepul Sugandi membeli cicak basah seharga Rp 52 ribu per Kilogram.




(dir/dir)


Hide Ads