Bulan Ramadan membawa berkah tersendiri bagi pedagang kolang-kaling di Kabupaten Majalengka. Permintaan kolang-kaling meningkat dibanding hari biasa.
Pasalnya, setiap Ramadan kolang-kaling banyak dicari warga untuk dijadikan menu pelengkap berbuka puasa. Mulai dari es campur hingga kolak, banyak yang menggunakan kolang-kaling.
Pipit Pitriani (20) misalnya, merasakan berkah manis saat Ramadan ini. Pipit sudah 3 tahun berjualan kolang-kaling di Jalan Raya Banjaran-Talaga, tepatnya di Desa Banjaran, Kecamatan Banjaran. Ia mengaku, permintaan kolang kaling pada Ramadan ini meningkat sekitar 75 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya saya dapet Rp 3 juta dalam satu bulan. Sekarang mah (Ramadan) sehari bisa Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. Cuma kalau udah pertengahan puasa gini mah rata-rata Rp 500 ribu sehari," kata Pipit kepada detikJabar, Sabtu (16/4/2022).
Meski begitu, jika dibandingkan dengan permintaan kolang-kaling pada Ramadan sebelumnya, ada perbedaan yang terasa. Antusias pembeli kolang-kaling Ramadan tahun ini, menurut Pipit lebih menurun.
"Tahun kemarin mah lebih antusias. Kalau sekarang mah biasa aja. Kemarin mah tiap hari mah rame terus pendapatan, juga lumayan di angka jutaan aja," ujarnya.
Pipit biasanya menjual kolang-kaling dengan harga Rp 10-15 ribu per kilogram. Harga tersebut akan semakin murah jika yang membelinya adalah pelanggannya sendiri.
"Kalau yang orang jauh keliatannya jarang beli ke sini saya suka jual Rp 15 ribu per kilogram. Tapi kalau yang udah langganan atau yang udah kenal kayak mah bisa Rp 10 ribu per kilogram juga," ucapnya.
Kolang-kaling sendiri merupakan daging dari buah aren. Untuk proses pembuatan kolang-kaling harus direbus dulu hingga berjam-jam. Tujuannya agar buah aren itu tidak menimbulkan gatal dan getahnya hilang.
Selanjutnya, buah aren mesti dikupas untuk mendapatkan kolang-kaling. Setelah itu, kolang-kaling harus direndam agar tidak berbau. Berikutnya, baru kolang-kaling bisa dijual atau dikonsumsi.
(ors/mso)