Emak-emak di Jawa Barat (Jabar) mencak-mencak gegara minyak goreng kemasan mahal. Emak-emak di sejumlah daerah pun bersiasat.
Padahal, sebelumnya saat harga minyak goreng terbilang murah, keberadaannya sangat gaib. Namun, ketika mendadak melimpah, harganya justru bikin banyak orang marah-marah.
Respons emak-emak menyikapi mahalnya harga minyak goreng beragam. Ada yang menantang mahasiswa, mempertanyakan sikap partai politik dan pemerintah, hingga memilih menggunakan penggorengan listrik atau air fryer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
DetikJabar merangkum sejumlah celotehan, keluhan, dan ragam pernyataan menarik dari para emak-emak di Jawa Barat dalam sepekan ini.
Mulai Pikirkan Air Fryer
Di Tasikmalaya misalnya, kenaikan harga minyak goreng kemasan banyak dikeluhkan masyarakat, terutama emak-emak alias ibu rumah tangga. Saat ini, minyak goreng kemasan umumnya dijual Rp 23.900 per liter.
Kondisi ini membuat sejumlah emak-emak di Kota Tasikmalaya mulai berpikir mengurangi penggunaan minyak goreng. Salah satunya beralih menggunakan penggorengan listrik atau air fryer.
Sebab, menggunakan air fryer akan membuat emak-emak bisa meminimalisir penggunaan minyak goreng. Selain itu, makanan yang dibuat juga bisa lebih sehat.
"Kalau pakai air fryer enggak usah lagi memikirkan minyak goreng. Jadi makanan lebih sehat," kata Lusi Nurasiah (38), warga Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya, Jumat (18/3/2022).
Namun, dia mengakui harga air fryer relatif masih mahal, mulai Rp 500 ribu sampai jutaan rupiah. Meski begitu, air fryer dianggap bisa jadi solusi di tengah mahalnya minyak goreng.
"Tapi sayang masih mahal. Harus menabung dulu atau kredit," kata Lusi.
Selain itu, daya listrik yang dibutuhkan untuk alat itu juga relatif besar. Sehingga, dikhawatirkan akan membuat boros konsumsi listrik. Durasi yang dibutuhkan untuk memasak di alat itu juga lebih lama ketimbang menggunakan minyak goreng.
"Daya listriknya 600 watt sampai ribuan watt. Takutnya enggak beli minyak goreng, tapi malah boros beli token listrik. Katanya semakin mahal harga air fryer, konsumsi listriknya semakin kecil," tuturnya.
Dia berharap teknologi peralatan masak modern tanpa minyak seperti ini terus dikembangkan. Sehingga nantinya bisa diperoleh dengan harga murah dan pemakaiannya tetap ekonomis.
Tantang Mahasiswa
Osa, salah seorang pedagang di Jalan Wastukancana, Kota Bandung, mengaku kesal dengan naiknya harga minyak goreng. Pemilik warung makanan ini mengaku dirugikan dengan kenaikan harga minyak.
"Sangat berdampak. Risiko pengeluarannya jadi tambah gede," kata Osa kepada detikjabar, Kamis (17/3/2022).
Osa berharap ada kepedulian dari sejumlah kalangan terkait naiknya harganya minyak goreng, seperti aktivis mahasiswa. Osa mendukung agar mahasiswa mengkritisi kebijakan pemerintah yang mencekik rakyat.
"Biasanya mahasiswa ada demo-demo kalau begini," ujar Osa.
Osa mengatakan, harga minyak goreng kemasan di pasar tembus Rp 48 ribu per dua liter. Tak hanya minyak goreng, kenaikan harga juga terjadi pada komiditas terigu dan gula.
Lebih lanjut, Osa mengatakan harga minyak goreng kemasan di pasar tembus Rp 48 ribu per dua liter. Tak hanya minyak goreng, kenaikan harga juga terjadi pada komiditas terigu dan gula.
"Sudah pada naik juga yang lainnya (komoditas)," kata Osa.
Ingin Demo
Kondisi kenaikan harga minya goreng membuat emak-emak di Bandung murka. Sebagian emak-emak bahkan ingin demo ke jalan supaya pemerintah cepat merespons keluhan tersebut.
"Kalau gini caranya mah a pengin demo. Kemaren pas harganya normal, stoknya yang enggak ada. Bagian sekarang stoknya banyak, eh harganya yang bikin pusing," kata seorang warga Bernama Indah saat ditemui detikJabar usai berbelanja minyak goreng di Jl Rajawali, Kota Bandung, Kamis (17/3/2022).
Indah mengaku tak habis pikir mengapa pemerintah mencabut subsidi untuk minyak goreng. Padahal, salah satu kebutuhan dapur itu kini tengah diburu apalagi menjelang bulan Ramadan.
"Plin-plan pemerintahnya, mau puasa malah kayak gini. Harusnya kalau mau disubsidi terus biar kitanya juga aman minimal sampe Lebaran, kalau kayak gini mah kan kitanya juga was-was," tuturnya.
Pertanyaan Sikap Parpol
Anisa warga Kota Bandung lainnya. Anis mengatakan mahasiswa dan partai politik sejatinya bisa berpihak kepada rakyat saat ini. Ia heran dengan partai politik yang berlomba-lomba melaksanakan kegiatan sosial hanya saat menjelang pemilu.
"Mudah-mudahan mahasiswa ikut mendesak pemerintah biar harga minyak goreng normal. Partai juga harus kelihatan keberpihakannya kepada rakyat. Coba kalau ini pas deket kampanye, mungkin ada yang bagi-bagi minyak tuh partai," kata Anisa.
Partai politik (parpol) yang biasa kerap muncul melakukan aksi sosial kini menghilang. Emak-emak pun mempertanyakan sikap parpol saat masyarakat tercekik gegara harganya minyak goreng.
Menurut Anisa, saat ini ekonomi belum pulih karena terdampak pandemi COVID-19. Namun masyarakat dipaksa bertahan di tengah harga kebutuhan pokok yang kian mahal, seperti minyak goreng.
"Intinya mah perekonomian efek pandemi belum normal sekarang. Kemudian ditambah minyak goreng mahal itu, dilema banget buat ibu-ibu, minta kebijakan pemerintah saja kembalikan ke harga normal," ucap Anisa.
Bikin Minyak dari Kulit Ayam
Di tengah hebohnya harga minyak goreng yang melonjak, ibu di Kota Bandung ini justru membuat minyak goreng sendiri dari kulit ayam.
Sugiarni (48) menjelaskan ide memperoleh minyak dari kulit goreng ini sudah ia lakukan sejak lama sebelum minyak goreng jadi langka di pasaran.
"Minyaknya dari hasil mengungkep kulit ayam. Jadi nanti habis ungkep kulit, setelah kulitnya diangkat, sisanya kita diamkan. Nah nanti mengendap tuh bumbu dan minyaknya," ujar Sugiarni pada detikJabar, Kamis (17/3/2022).
Ia pun kemudian tinggal menyendoki minyak yang tersisa untuk dimasukkan ke dalam botol-botol.
"Dari 1 kilogram kulit ayam bisa dapat 1/4 liter minyak," katanya.
Sugiarni memang rutin membuat ungkep kulit ayam karena memiliki bisnis kuliner angkringan di Jalan Rajawali. Kini ia pun memiliki stok minyak hingga 3 jerigen meski tak penuh.
"Lumayanlah buat tumis-tumis," tuturnya.
Meski jumlah minyak goreng dari kulit ayam cukup banyak, namun Sugiarni tidak menggunakan untuk menggoreng.
"Karena kan minyaknya sudah kena bumbu, jadi dipakai untuk menumis atau masak yang minyaknya seidkit-sedikit aja," ungkapnya.
(sud/ors)