Di Negara Tetangga RI Ini Ortu Paksa Anak Belajar Bisa Didenda Rp 6 Juta

Nikita Rosa - detikJabar
Jumat, 05 Des 2025 06:00 WIB
Ilustrasi belajar (Getty Images/JNemchinova)
Bandung -

Sebuah negara tetangga Indonesia berencana menjatuhkan denda kepada orang tua yang memaksa anaknya belajar secara berlebihan. Menariknya, aturan ini berasal dari Vietnam.

Menurut laporan VN Express, kebijakan tersebut akan mulai diterapkan pada 15 Desember 2025. Anggota keluarga yang menekan anak untuk belajar terlalu keras dapat dikenai hukuman berupa denda VND 5-10 juta, setara Rp 3 juta hingga Rp 6,6 juta.

Regulasi ini menuai perhatian luas dari kalangan orang tua dan pakar pendidikan. Bagaimana respons mereka?

Suara Orang Tua

Masih mengutip VN Express, banyak orang tua di Vietnam merasa kebijakan itu membingungkan. Thao (35) mengungkapkan bahwa setiap malam ia harus berdebat dengan putranya agar tugas sekolah selesai.

"Kalau guru ingin saya berhenti menekannya, jumlah PR seharusnya dikurangi," ujar perempuan asal Hanoi, Rabu (3/12/2025).

Dari Provinsi Nghe An, Nguyen Hanh Phuc (34) berpendapat bahwa kemampuan setiap anak berbeda-beda.

"Anak saya tidak akan menyentuh pena jika saya tidak memarahinya. Kalau itu dianggap pelanggaran dan membuat saya didenda, gaji saya tak akan mencukupi," kata Phuc.

Seperti Apa Kata Ahli?

Para ahli mengatakan orang tua seringkali menjadi penyebab utama stres siswa. Sebuah studi yang melibatkan lebih dari 600 siswa sekolah menengah pertama menemukan jika tingkat stres anak-anak berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan harapan orang tua mereka.

Semakin tinggi tujuan, semakin besar kecemasan dan ketakutan siswa akan kegagalan. Sebuah studi UNICEF Vietnam tahun 2021 juga menemukan banyak siswa merasa lelah dan takut mengecewakan orang tua mereka ketika mereka gagal memenuhi harapan.

Seorang peneliti doktoral dalam kepemimpinan pendidikan di University College London, Inggris, Le Hoang Phong, mengatakan dipaksa belajar justru memengaruhi sumber motivasi, bukan hasilnya.

"Peraturan tersebut seharusnya tidak hanya menghukum tetapi juga membangun kembali kepercayaan, membantu orang tua memahami bahwa cinta sejati tidak terletak pada seberapa banyak anak mereka belajar, tetapi pada seberapa aman mereka merasa saat belajar," ujar Phong.

Para ahli memperingatkan jika aturan baru ini dapat menjadi bumerang jika diterapkan secara kaku. Mereka mengingatkan jika tekanan akademis berasal dari masyarakat luas, bukan hanya keluarga.

Di negara-negara seperti China dan Singapura, nilai masih dianggap sebagai paspor menuju kesuksesan. Hal ini berbeda dengan negara-negara lain seperti Inggris dan AS yang berinvetasi dalam program pembelajaran sosial-emosional dan pendidikan pengasuhan anak, membantu orang tua mendukung anak-anak secara lebih efektif.

Dr. Cherry Vu (Vu Anh Dao), penulis buku "Can I Just Throw My Kid Away?", berpendapat jika kebijakan tersebut terlalu kaku. Tetapi menghargai tujuannya untuk mencegah pemaksaan akademis.

"Kebanyakan orang tua tidak bermaksud menyakiti anak-anak mereka. Mereka hanya tidak menyadari bahwa 'mencintai melalui ekspektasi' dapat menjadi beban. Peraturan seharusnya berfokus pada pendidikan dan dukungan, bukan hanya hukuman," ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di detikEdu




(yum/yum)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork