Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat dari mulai tumpukan atau sebelumnya dikatakan gurun sampah di Pasar Caringin, Kota Bandung dibersihkan hingga tikungan jalan di Tasikmalaya diklaim dimiliki warga setempat. Berikut rangkuman Jabar Hari ini:
Gurun Sampah Mulai Lenyap di Pasar Caringin
Pasar Caringin sempat menjadi sorotan akibat tumpukan sampah yang menyerupai 'gurun'. Kondisi itu muncul beberapa waktu lalu akibat pengurangan ritase pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti.
Namun, kini pemandangan tersebut tak lagi terlihat, pengelola Pasar Caringin mengatasi 'gurun' sampah lewat sejumlah upaya yang mereka lakukan. Pantauan detikJabar, hari ini, sampah yang menumpuk di area depan pasar sudah tidak lagi terlihat dan hanya menyisakan gundukan tanah. Di sana, terdapat satu alat berat yang sedang merapikan gundukan tanah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita berhasil clean up (membersihkan) tumpukan sampah," ucap Kasi Kebersihan Pasar Caringin, Yudi saat dikonfirmasi detikJabar.
Yudi menerangkan, pembersihan tumpukan sampah dilakukan dengan beberapa cara. Selain mengandalkan pembuangan sampah ke TPA Sarimukti, pihaknya juga menyiasati banyaknya timbulan sampah dengan alat khusus.
"Kita manfaatkan kuota yang diberikan, jadi totalnya lima rit per hari. Kemudian dengan kuota itu kita coba press pakai alat, jadi dari tiga mobil bisa jadi satu mobil," ujarnya.
Namun upaya itu tak cukup untuk mengatasi sampah yang ada. Yudi menjelaskan, pihaknya kemudian menimbun sebagian sampah ke dalam tanah. Langkah ini menurutnya dilakukan atas sepengetahuan dinas terkait.
"Kemudian sebagian kita timbun dan terakhir kita buang hasil press selain ke TPA Sarimukti juga ke TPA Pasir Bajing, Garut," jelas Yudi.
Tak hanya itu, pengelola juga mengedukasi pedagang tentang pentingnya memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik kemudian akan diolah menjadi kompos, sementara sampah anorganik dibuang ke TPA.
Meski baru sebulan berjalan, upaya mengedukasi para pedagang itu telah berhasil menundukkan kesadaran para pedagang tentang pentingnya memilah sampah.
"Kita sudah satu bulan ya mengarahkan pedagang untuk memilah. Kita baru lakukan di blok H dan E. Mudah-mudahan dua blok ini jadi percontohan untuk blok lainnya. Tinggal bagaimana caranya mengangkut sampah yang sudah dipilah ini," terangnya.
Lebih lanjut, Yudi menyebut pengelola Pasar Caringin sedang berupaya mempercepat proses izin penggunaan lahan milik Pemprov Jabar untuk dijadikan tempat mengolah sampah.
Dia menargetkan, pengolahan sampah berbasis teknologi kompos itu bisa digunakan pada awal Februari 2025 mendatang.
"Untuk teknologinya sudah siap, tinggal bagaimana caranya kita bisa gunakan sambil menempuh perizinan memakai lahan. Saya khawatir kalau terlalu lama penumpukan akan terjadi lagi. Rencana kita gunakan pengomposan. Karena sumber sampah 95 persen organik jadi lebih ke arah kompos," katanya.
Yudi juga mengharapkan ada peran dari pemerintah untuk menyediakan tempat pembuangan bagi warga di sekitar Pasar Caringin. Sebab menurutnya, sampah di Pasar Caringin tidak hanya berasal dari pedagang, namun juga dari warga yang sengaja membuang sampah ke pasar.
"Saya barusan rapat dengan DLH, saya berharap mau menertibkan warga agar tidak buang ke dalam pasar. Jadi dia harus siapkan infrastruktur di wilayah masing-masing agar sampah dari masyarakat tidak masuk ke Caringin," ucap Yudi.
"Mereka buang ke sini karena tidak ada tempat pembuangan di perumahan warga jadi buang di mana saja," pungkasnya.
Aksi Komplotan Pencuri Dikepung Warga Bandung Viral di Medsos
Viral di media sosial (medsos) video tentang pengejaran komplotan pencuri di gang RW 01 Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, pada siang hari. Komplotan penjahat itu menggunakan mobil warna hitam kemudian terjebak di jalan buntu.
Warga lantas mengepung komplotan pencuri yang sudah terpojok. Namun, para pencuri itu keluar mobil dan kabur. Kejadian ini ternyata terjadi pada Kamis (16/1) dan sudah ditangani Polsek Antapani.
detikJabar sempat menelusuri TKP hari ini. TKP ini berada di sebuah jalan buntu yang ada di Kelurahan Antapani Tengah. Dari keterangan warga, mobil yang ditumpangi komplotan pelaku kejahatan itu datang dari arah Jalan Terusan Jakarta.
"Kejadiannya siangan, mobil pelaku sudah ada yang ngebuntutin pakai motor banyak, ada juga warga banyak, saya posisi di sini, setelah ramai yang berteriak jambret saya lihat keluar," kata Kevin kepada detikJabar hari ini.
Menurut Kevin, dari empat pelaku, dua orang pelaku berhasil ditangkap dan sudah diserahkan ke Polsek Antapani. "Pelaku empat orang. Pelaku ada yang lompat ke sungai, dapat di sana satu sama yang naik angkot dapat, dua lagi nggak tahu kabur ke mana," ungkapnya.
Menurut Kevin, dari perawakan pelaku yang meloncat ke sungai sudah berumur antara usia 40-50 tahunan. "Warga sudah banyak datang dari arah sana (jalan)," tambahnya.
Warga lainnya Ilham menyebut, dia tak tahu awalnya seperti apa, pada waktu kejadian. mobil yang ditumpangi pelaku datang dari arah jalan raya.
"Iya benar ada kejadian itu dan ada juga yang ditangkap. Persisnya nggak tahu gimana, katanya pelaku jambret," ujar Ilham.
Terpisah Kapolsek Antapani Yusuf Tojiri mengatakan, kejadian ini sudah ditangani Polsek Antapani. "Untuk pelaku dalam proses penyidikan di Polsek Antapani. 2 orang di polsek dan 2 orang masih pencarian," kata Yusuf dikonfirmasi wartawan.
Yusuf menyebut, pelaku bukan jambret melainkan pelaku pencurian yang beraksi di angkot. "Bukan jambret tapi 363 (pencurian dengan pemberatan) pencurian dengan modus pelaku ada yang pura-pura pingsan di dalam angkot pelaku lain yang eksekusi," jelasnya.
"Pelaku dalam proses penyidikan di Polsek Antapani," pungkasnya.
Anggaran Rp4 M untuk Perbaikan Taman Film Bandung
Suasana Taman Film yang berada di kolong jembatan Mochtar Kusumaatmadja atau biasa dikenal dengan Flyover Pasupati tampak berbeda dari biasanya. Taman yang dikenal sebagai tempat tempat nonton bareng (nobar) ini, hadir dengan konsep yang jauh lebih segar.
Dari pantauan detikJabar, hari ini, terdapat sarana bermain anak atau playground yang dibalut dengan rumput sintetis di Taman Film yang diresmikan oleh Ridwan Kamil saat menjabat Walikota Bandung pada September 2014 silam.
Baca juga: Lini Depan Persib yang Menyedihkan |
Beberapa fasilitas yang sempat rusak juga telah diperbaiki. Pemkot Bandung diketahui telah melakukan revitalisasi Taman Film beberapa waktu lalu. Dengan wajah barunya, Taman Film mulai banyak didatangi warga.
Salah satunya, Sintia (31), warga Ciumbuleuit, Kota Bandung. Menurut Sintia, Taman Film saat ini jauh lebih nyaman untuk didatangi, bukan hanya oleh orang dewasa namun juga anak-anak.
"Karena di bawah kolong jembatan jadi adem juga, anak-anak lari-lari juga luas gitu terus keliatan juga kitanya santai, bisa sambil makan atau apa," ucap Sintia.
Sintia tahu betul sejarah Taman Film. Pada awal diresmikan, dia sering datang untuk nonton bareng di Taman Film. Namun seiring waktu, Taman Film mulai terbengkalai dan rusak tak terawat.
"Dulu sering ke sini nobar. Terus lama kelamaan banyak yang rusak fasilitasnya. Sebelum direvitalisasi gabisa bawa anak ke sini, mau ngapain ga ada permainan anaknya," ujarnya yang sedang menjaga sang buah hati bermain di Taman Film.
Meski kondisinya kini sudah lebih baik, namun menurut Sintia masih ada kekurangan di lokasi Taman Film, yakni belum adanya fasilitas toilet umum. Dia pun berharap layar besar yang ada di Taman Film bisa difungsikan kembali.
"Harapannya bisa diaktifkan lagi, dulu kan suka nobar-nobar gitu ya seru, sebelum nikah suka nobar di sini. Berharap ada tayangan film. Fasilitas toilet sama tempat sampah juga perlu," tuturnya.
Diketahui, Pemkot Bandung menghabiskan anggaran Rp 4 miliar untuk revitalisasi Taman Film. Revitalisasi Taman Film dilakukan dalam rangka penataan kawasan kolong Flyover Pasupati.
"Cuma yang di bagian atasnya itu kita perbaiki juga dan kita buatkan coworking space, kemudian ada untuk bermain anak dan ada plazanya. Kalau anggarannya di angka Rp 4 miliar," kata Plt Kabid Pertamanan dan Dekorasi, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP) Kota Bandung, Yuli Eka Dianti.
Menurutnya, meski telah selesai direvitalisasi namun Taman Film sebenarnya belum diresmikan. Hanya saja, tingginya animo warga yang ingin datang membuat Taman Film dibuka untuk umum.
"Taman Film itu kan kemarin terkesan kumuh ya, seperti ada parkir travel dan kemudian banyak PKL. Jadi ini salah satu upaya kita untuk menata kawasan yang kondisinya memang kurang terawat," pungkasnya.
Respons Persib soal Alta Ballah Jadi Sasaran Rasisme Bobotoh
Kemenangan 2-0 Dewa United atas Persib Bandung di Stadion GBLA, Jumat (17/1) menyisakan insiden yang begitu menyesakkan dada. Bek Tangsel Warrior, Alta Ballah, dilaporkan menjadi korban tindakan rasis di atas lapangan.
Saat pertandingan berlangsung, Alta Ballah masuk pada menit ke-46 menggantikan Reva Adi Utama. Pemain Dewa United bernomor punggung 37 itu diberi tugas sebagai bek sayap kiri untuk membendung serangan yang dilakukan Persib Bandung melalui inisiatif Beckham Putra hingga Ciro Alves.
Namun kemudian, ketika wasit meniup peluit panjang untuk kemenangan 2-0 Dewa United atas Persib, Alta Ballah sempat terlibat friksi di atas lapangan. Gustavo Franca hingga Tyrone del Pino bahkan sampai turun tangan, hingga Alta Ballah ditarik rekan satu timnya menjauh dari sana.
Meski ditarik, friksi ternyata belum selesai. Alta Ballah kembali mendekati tribun yang dipenuhi bobotoh bersama bek muda Persib, Robi Darwis dan kiper Dewa United Deden Natsir.
Namun pada momen ini, Alta Ballah menunjukkan gestur yang berbeda. Sembari mengangkat dan merapatkan kedua telapak tangannya, Alta Ballah terlihat seperti meminta maaf lalu langsung meninggalkan lapangan.
Awalnya, semua yang terjadi ini seakan biasa-biasa saja. Tapi kemudian, Dewa United memberikan pernyataan tegas bahwa Alta Ballah sudah menjadi korban rasisme di GBLA dan mengutuk tindakan tersebut.
Persib kemudian merespons pernyataan itu. Melalui Sporting Director PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) Adhitia Putra Herawan, pihak manajemen menyesalkan tindakan rasis yang dilakukan oknum suporter kepada Alta Ballah.
"Kami sangat menyayangkan insiden ini. Sepak bola adalah olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas, saling menghormati, dan menghargai semua pihak, baik pemain maupun suporter," kata Adhit dalam keterangan resminya, Senin (20/1).
"Kami berharap kejadian serupa tidak akan pernah terjadi lagi di masa depan. Semua elemen harus bekerja sama menciptakan atmosfer sepak bola yang positif dan penuh rasa persaudaraan, dan kami yakin Bobotoh itu santun, sopan, sehingga kedepannya dapat membuktikan untuk lebih baik lagi." ucapnya menegaskan.
Manajemen juga berkomitmen untuk terus mendukung terciptanya lingkungan sepak bola yang inklusif, profesional, dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Persib memastikan akan bekerja sama dengan pihak terkait untuk memastikan tindakan pencegahan agar insiden ini tidak terulang.
"Kami mengajak seluruh Bobotoh untuk menjadi contoh suporter yang baik, mendukung dengan semangat tanpa melanggar nilai-nilai sportivitas. Mari kita jadikan sepak bola sebagai sarana persatuan dan kebanggaan bersama," tuturnya.
Di sisi lain, Adhit mengapresiasi kehadiran bobotoh ke GBLA. Ia sekaligus menyampaikan permohonan maaf karena Persib harus mengalami kekalahan perdana saat pertandingan disaksikan 15.383 bobotoh.
"Kami sangat mengapresiasi semangat dan dukungan maksimal dari Bobotoh yang selalu setia mendukung tim kebanggaan kita. Kehadiran kalian di stadion memberikan energi besar bagi para pemain untuk terus berjuang di lapangan," ujar Adhitia.
"Kami mohon maaf atas hasil yang belum memuaskan ini. Kekalahan ini tentu menjadi evaluasi dan pelajaran berharga bagi tim untuk terus berlatih lebih keras, meningkatkan performa, dan memberikan hasil positif pada pertandingan-pertandingan mendatang. Kami berkomitmen untuk bangkit dan memberikan yang terbaik bagi Bobotoh dan Persib," pungkasnya.
Tikungan di Tasikmalaya Diklaim Milik Warga
Warga dan pengguna jalan yang melintas di Simpang Empat Jalan Yudanegara Kota Tasikmalaya, sejak Sabtu (18/1) dibuat heran dengan kemunculan garis di badan jalan. Garis yang dibuat dengan cat semprot itu membentang di hampir separuh badan jalan tepat di tikungan menuju Jalan Pasar Wetan. Selain garis, ada juga tulisan 'hak milik' dan tulisan 'SHM No 896'. Kemunculan coretan di jalan ini membuat heboh sehingga memunculkan asumsi seseorang telah mengklaim kepemilikan ujung Jalan Yudanegara tersebut.
Belakangan diketahui, coretan itu dibuat oleh ahli waris Hj Eroh, keluarga pemilik tanah dan bangunan yang berada persis di tikungan Jalan Yudanegara menuju Jalan Pasar Wetan. "Ya kami yang membuat garis itu, kami menandai aset tanah klien kami sesuai dengan dokumen sertifikat," kata Priyahadi Mulyana dan Jono Sujono, kuasa hukum ahli waris Hj Eroh, Sabtu (18/1).
Dia menyebut sertifikat hak milik nomor 896/Desa Yudanegara itu mencatatkan luas 440 meter persegi. Namun saat dilakukan pengukuran asetnya tinggal seluas 144 meter persegi.
"Ternyata setelah melihat data di BPN (Badan Pertanahan Nasional), lahan yang hilang itu terbawa oleh jalan. Dokumen di PT KAI juga menguatkan bahwa lahan itu memang diserobot jalan," kata Jono.
Jika melihat dokumen di sertifikat, kondisi kawasan simpang empat itu berbeda dengan kondisi saat ini. Di dalam dokumen simpang empat itu tampak simetris berbentuk palang. Sementara kenyataan saat ini tikungan dari Jalan Yudanegara ke Jalan Pasar Wetan lebih lebar. "Ya itu karena lahan klien kami seluas 296 meter, diserobot pemerintah untuk pelebaran jalan," kata Jono.
Dia menerangkan kasus ini mencuat diawali dengan niat keempat anak-anak Hj Eroh untuk membagi warisan tanah itu. "Jadi awalnya anak-anak almarhumah mau membagi waris, sehingga terungkaplah bahwa luas di dokumen tak sesuai dengan kenyataan di lapangan," kata Jono.
Jono mengatakan pihaknya sudah melayangkan surat somasi kepada Pemkot Tasikmalaya untuk menyelesaikan masalah ini. "Keinginan kami hanya ada 2 opsi, pengembalian batas atau ganti rugi," kata Jono.
Tapi jika dalam 7 hari kedepan Pemkot tak memberi respons, pihaknya akan mengambil kembali lahan yang menjadi haknya. "Kami akan ambil kembali lahan yang telah diserobot, akan kami tembok," kata Jono.
Dia mengatakan pihaknya tidak akan melakukan upaya hukum seperti PTUN atau lainnya. Karena dia menilai ini bukan sengketa. "Tidak ada PTUN, ini bukan sengketa. Kami hanya akan mengambil apa yang menjadi hak kami yang selama ini diserobot oleh pemerintah," kata Jono.
Sekretaris Daerah Pemkot Tasikmalaya, Asep Gofarulloh mengakui pihaknya sudah menerima surat dari pihak pengacara. Saat ini permasalahan tersebut sedang ditangani oleh Dinas PUTR. "Masalah itu sedang ditangani oleh Dinas PUTR, ya dari pihak pengacaranya sudah melayangkan sudah 3 kali mengirim surat," kata Asep hari ini.
Asep mengatakan saat ini pihaknya sedang berusaha mencari data dan informasi terkait masalah itu. Secara pribadi dia mengaku menyangsikan jika pemerintah serampangan menyerobot lahan milik masyarakat. "Hanya pendapat saya pribadi, rasanya nggak mungkin ujug-ujug pemerintah mengambil lahan masyarakat," kata Asep.
Untuk mencari data dan informasi terkait masalah tikungan Jalan Yudanegara itu, Pemkot Tasikmalaya sudah berkoordinasi dengan Pemkab Tasikmalaya. Karena diduga proses pelebaran jalan itu terjadi semasa belum terbentuk Pemkot Tasikmalaya. "Kita cari data dan informasi dari Pemkab Tasikmalaya, kita cari tahu dulu proses awalnya seperti apa," kata Asep.