Throwback: Paham Sesat Dalilan, Yakini Ka'bah Akan Pindah ke Lakbok

Throwback: Paham Sesat Dalilan, Yakini Ka'bah Akan Pindah ke Lakbok

Bima Bagaskara - detikJabar
Sabtu, 11 Jan 2025 20:00 WIB
Holy Mosque of Makkah
Ka'bah di Makkah. (Foto: Getty Images/Abdullah Al-Eisa)
Bandung -

Pada September 2020, warga Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dikejutkan munculnya aliran menyimpang dari ajaran Islam. Aliran sesat itu muncul di Desa Kertajaya, Kecamatan Lakbok. Aktor di balik lahirnya aliran nyeleneh itu adalah seorang pria bernama Dalilan.

Dirangkum dari berbagai sumber, di lingkungannya, Dalilan dikenal sebagai orang pintar dan rutin memberi pengobatan kepada warga. Pada kesempatan itulah, Dalilan diam-diam menyebarkan ajaran yang dianutnya kepada warga sekitar.

Saat memberi pengobatan kepada warga, Dalilan menyebut bahwa Ka'bah yang merupakan kiblat umat Islam, akan berpindah dari Makkah ke Lakbok. Hal itu sontak membuat geger masyarakat Ciamis kala itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pandangan Dalilan yang tidak berdasar ini mengaitkan kata 'Labbaik' dalam kalimat talbiyah jamaah haji dengan nama 'Lakbok' Dalilan menyimpulkan bahwa perubahan ini adalah kehendak Ilahi, dan Lakbok akan menjadi pusat baru peribadatan umat Islam di masa depan.

"Dalam Islam ada yang namanya talbiyah ketika orang haji dengan mengucapkan Labaikallohumma Labaik. Sedangkan versinya Dalilan malah Labaikallohumma Ya Lakbok. Ini kan aneh," ucap Ketua MUI Lakbok saat itu, Surip Muhrojin.

ADVERTISEMENT

Kesesatan Dalilan bukan cuma itu, dia juga mengungkapkan jika agama-agama di dunia akan menyatu di bawah panji Islam versi ajarannya. Pernyataan itu didasari karena Dalilan menganggap agama lain seperti Kristen, Budha, dan Hindu memiliki singkatan KBH yang kemudian dikaitkan dengan kalimat Ka'bah.

Dalilan mengaku bahwa keyakinannya didasarkan pada ilmu yang dia pelajari secara otodidak. Dalilan diketahui sempat belajar agama di pondok pesantren selama bertahun-tahun. Dia juga sempat mengunjungi berbagai tempat keramat untuk meditasi.

Pemerintah setempat tak tinggal diam dan mendatangi Dalilan untuk dimintai klarifikasi. Setelah dilakukan pendekatan dan dialog intensif, Dalilan akhirnya menyadari kesalahannya.

Dia secara sukarela mengucapkan kembali dua kalimat syahadat sebagai simbol kembalinya ke jalan Islam yang benar.

Sementara itu, secara umum, menurut data yang dicatat Majelis Ulama Indonesia (MUI), jumlah aliran sesat di Jabar mencapai 22, seperti Ahmadiyah, Al Qiyadah Al Islamiyah, Agama Salamullah/lia Eden, Aliran Surga Eden, Islam Jamaah, Milah Ibrahim, Hidup Dibalik Hidup (HDH), Kutub Robani, Al Qur'an Suci, Amanat Keagungan Ilahi (AKI).

Selanjutnya ada Islam Hanif, Tarekat Qodariyah Naqsabandiyah, Ajaran Khawarik Tasawuf, Ajaran Pajajaran Siliwangi Panjalu, Thoriqoh Attijaniyah, Pengajian Cecep Solihin, Aliran Sapta Darma, Agama Sunda Wiwitan, Gerakan Fajar Nusantara, Abdul Mujib, Islam Bajat dan Baity Jannaty.

Dari jumlah itu, 10 di antaranya telah dinyatakan sesat melalui fatwa MUI dan lainnya. Meski dalam catatan hanya berjumlah 22, namun kenyataannya aliran sesat di Jawa Barat mencapai ratusan jumlahnya.

"144 (totalnya), cuma itu ada yang baru ditemukan kemudian menghilang," kata Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar, Jumat (10/1/2025).

Rafani menjelaskan, Jawa Barat seolah menjadi ladang subur bagi kemunculan aliran-aliran menyimpang. Menurut dia, fenomena munculnya aliran sesat tak hanya bersifat temporer, tetapi juga memiliki pola unik.

"Di Jawa Barat ini kan seperti tanah subur ya, untuk terjadinya aliran sesat atau menyimpang. Jadi kadang-kadang sekarang muncul kemudian diatasi hilang, tapi tidak lama lagi nanti muncul di tempat lain," ungkapnya.

"Kadang seperti metamorfosis, muncul hari ini dengan bentuknya begini, nanti muncul lagi tempat lain namanya berbeda tapi pahamnya masih mirip-mirip, karakteristiknya seperti itu aliran sesat di Jawa Barat," tegasnya.

Dalam asumsinya, Rafani menyebut ada skenario tertentu di balik kemunculan aliran-aliran tersebut. Dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, dia menduga Jawa Barat menjadi medan perebutan ideologi oleh kelompok tertentu.

"Kami juga bertanya-tanya, seperti ada tangan tak terlihat yang mendesain secara halus memunculkan aliran-aliran ini. Mungkin karena jumlah penduduknya besar, umat Islam mayoritas, dan semua agama serta aliran ada. Jadi, daerah ini dianggap strategis," jelasnya.

(bba/orb)


Hide Ads