Memerangi Bahaya 'Si Belang' Saat Musim Hujan di Bandung

Memerangi Bahaya 'Si Belang' Saat Musim Hujan di Bandung

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Minggu, 01 Des 2024 21:00 WIB
Aedes aegypti mosquito larvae are examined at the entomology department of the Health Ministry, in Guatemala City, Guatemala, July 22, 2024. REUTERS/Josue Decavele
Melihat dari Dekat Nyamuk Penyebab Demam Berdarah. Foto: REUTERS/Josue Decavele
Bandung -

Di musim penghujan, kasus demam berdarah dengue (DBD) kembali jadi momok menakutkan. Bahaya nyamuk Aedes Aegepty yang punya warna belang hitam dan putih kembali mengancam, terutama bagi warga Bandung.

Kasus DBD di Kota Bandung jadi yang tertinggi di Jawa Barat. Berdasarkan data Dinkes Jabar, total kasus DBD di Kota Bandung hingga November 2024 mencapai 7.310 kasus, dengan 7.280 pasien telah sembuh dan 29 orang meninggal dunia.

Tingginya kasus DBD di Kota Bandung disebabkan karena sejumlah faktor, salah satunya faktor alam. Selain itu juga karena masyarakat menyepelekan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan metode 3M (menguras, menutup, mengubur).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sepanjang akhir tahun 2024 sampai April 2025, musim hujan bakal terus mengguyur Jawa Barat. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung pun mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman demam berdarah dengue (DBD).

"Kota Bandung sedang memasuki musim hujan, yang biasanya diikuti peningkatan kasus DBD. Meski sejak minggu ketiga September tren kasus menurun, kewaspadaan tetap perlu ditingkatkan untuk mencegah lonjakan baru," kata dr Ira Dewi Jani, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung.

ADVERTISEMENT

Ira menjelaskan, angka kasus dan kematian DBD pada 2024 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, case fatality rate (CFR) saat ini berada di 0,4%, masih di bawah ambang batas satu persen.

Selanjutnya, untuk mencegah penyebaran DBD, masyarakat diminta aktif menjalankan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M. Ialah menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, dan terakhir mengubur barang bekas yang dapat menampung air.

"Kami juga mendorong gerakan Satu Rumah, Satu Jumantik. Masyarakat memeriksa ada tidaknya jentik nyamuk di rumah dan lingkungan sekitar. Jika diperlukan, bubuk abate dapat digunakan dan tersedia gratis di Puskesmas terdekat," ujarnya.

Dengan langkah-langkah ini, Dinkes Kota Bandung berharap masyarakat dapat bersama-sama mencegah penyebaran DBD dan meminimalkan risiko selama musim hujan. "Kewaspadaan dan kolaborasi dari seluruh pihak sangat penting untuk melindungi masyarakat dari ancaman DBD," tutur Ira.

Adapun langkah-langkah, Dinkes Kota Bandung juga telah menyiapkan pencegah peningkatan kasus DBD, yakni penguatan layanan kesehatan dan sosialisasi-edukasi.

(aau/sud)


Hide Ads