Kasus DBD di Kota Bandung jadi yang tertinggi di Jawa Barat. Berdasarkan data Dinkes Jabar, total kasus DBD di Kota Bandung hingga November 2024 mencapai 7.146 dengan angka kematian 28.
Tingginya kasus DBD di Kota Bandung disebabkan karena sejumlah faktor, salah satunya faktor alam. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian mengatakan, peningkatan kasus DBD di tahun 2024 sudah diprediksi oleh para ahli sebelumnya.
"Para ahli sudah memprediksi bahwa awal tahun 2024 akan ada kenaikan kasus DBD yang signifikan di Indonesia, karena 2023 kemarau panjang. Menurut para ahli kalau sudah kemarau panjang lazim terjadi potensi kenaikan kasus DBD yang tinggi dan memang terbukti seluruh Indonesia mengalami kenaikan kasus DBD, termasuk Kota Bandung," kata Anhar, Senin (25/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun 2024 ini memang jadi istimewa karena kenaikannya luar biasa. 2023 itu 1.856 kasus, 2024 itu 7.268 kasus sampai 16 November, jadi kenaikannya memang tinggi," sambungnya.
Meski begitu, Anhar menyebut tren kasus DBD di Kota Bandung saat ini sedang menurun. Menurutnya pada September 2024 ada 280 kasus DBD, kemudian turun ke 168 pada Oktober dan 16 di bulan November ini.
Menurutnya, tingginya kasus DBD saat ini juga disebabkan karena masyarakat yang menyepelekan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan metode 3M (menguras, menutup, mengubur). Padahal kata Anhar, langkah tersebut jadi yang paling mudah dilakukan.
"DBD adalah salah satu penyakit yang paling gampang dicegah. Asal tidak ada genangan air nyamuk kesulitan bertelur, tidak akan ada DBD atau berkurang. Tapi karena gampang jadi masyarakat abai kali ya terhadap informasinya seperti itu," tuturnya.
Selain itu, wilayah perkotaan dengan pemukiman padat penduduk seperti di Kota Bandung juga berpotensi meningkatkan kasus DBD. "Jelas ya di daerah pemukiman padat memang resiko relatif lebih tinggi ya karena penataan lingkungannya relatif lebih sulit," tutup Anhar.
(bba/tey)