Kolam berukuran 2,5 x 2,5 meter dengan memiliki tinggi sekitar 60 sentimeter, tersimpan di sejumlah tenda yang ada di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang dekat dengan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kecamatan Gedebage, Kota Bandung.
Kolam itu dinamai biopond yang digunakan untuk budidaya maggot. Biopond itu juga berfungsi sebagai tempat menyimpan sampah organik yang sudah dihancurkan dan digunakan sebagai pakan maggot.
Belum lama ini, detikJabar berkesempatan mengunjungi TPS Gedebage tersebut untuk melihat budidaya maggot yang dilakukan oleh BSF Bandung Lautan Api. detikJabar juga ditunjukan cara budidaya maggot oleh Pengelola BSF Bandung Lautan Api, Dadan Ramdan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dadan mengajak ke tempat pemilah sampah yang ada di TPS itu. Sampah anorganik dipisahkan dengan sampah organik. Setelah dipisahkan sampah organik itu lalu dilakukan fermentasi, hal itu dilakukan agar proses pembuatan bubur sampah lebih mudah dan menghilangkan sedikit bau dari sampah organik tersebut.
Setelah itu, Dadan mengajak ke biopond yang terdapat maggot berusia sekitar 8 hari. Bubur sampah yang diangkut menggunakan gerobak dorong langsung dimasukan ke biopond tersebut. Bak mesin penghancur, maggot yang ada di biopond itu langsung memakan bubur sampah yang diletakan petugas di biopond tersebut.
"Ada 178 kotak biopond yang dapat digunakan untuk membudidayakan maggot atau maggotisasi di tempat ini. Biopond ini memiliki ukuran 2,5 x 2,5 meter dan bisa menampung sampah organik seberat 200 kilogram dalam satu kali memberi pakan," kata Dadan membuka perbincangan bersama detikJabar.
Dadan juga mengajak detikJabar ke lokasi pembudidayaan lalat BSF yang lokasinya masih ada di kawasan tersebut namun posisinya terpisah yang letaknya ada di pojokan. Tempat budidaya lalat BSF itu, ditutupi jaring, nantinya lalat-lalat itu akan bertelur di atas balok yang tersimpan di tempat tersebut dan jika seudah bertelur, nantinya telur tersebut bakal dipindahkan ke biopond dan jika sudah bertelur akan diberi pakan oleh petugas supaya maggot cepat berukuran besar.
"Dalam 2 hari sekitar 500 kilogram atau 1,5 kuintal per minggu maggot dipanen," ujarnya.
Dadan berujar, sampah organik yang masuk ke TPS itu harus difermentasi, dicacah dan dijadikan bubur sampah agar proses penguraian sampah organik dengan maggot cepat.
"Sampah organik yang diberikan untuk pakan maggot harus dilakukan pencacahan dahulu agar cepat dicerna oleh maggot itu sendiri," ujarnya.
![]() |
Menurut Dadan, maggot siap panen memiliki usia sekitar 12-14 hari dan jika akan dijadikan indukan usianya bisa mencapai 18 hari. Menurut Dadan, maggot hasil panen bisa digunakan sebagai pakan ayam atau bebek dan juga bisa dijadikan pupuk yang kaya nutrisi bagi tanaman.
"maggot hasil panen nantinya dapat digunakan untuk pakan ternak. Selain itu, kasgot atau kotoran dari maggot ini bisa digunakan sebagai pupuk alami yang biasanya digunakan oleh kelompok Buruan SAE. Bagi Buruan SAE yang mau mendapatan kasgot di sini tinggal membawa surat rekomendasi dari kelurahan," jelas Dadan.
Dadan yang sudah belasan tahun berkecimpung dalam melakukan budidaya maggot menerangkan, maggot efektif dalam pengurangan sampah organik yang ada di Kota Bandung. Menurut Dadan, jika seluruh masyarakt Bandung bisa bergerak bersama, penanganan sampah organik bisa selesai dengan maggotisasi.
"Budidaya maggot menjadi cara efektif untuk mengurangi pembuangan sampah ke TPA Sarimukti. Proses maggotisasi bisa dilakukan di seluruh kecamatan di Kota Bandung, namun minimnya lahan menjadi hambatan pemerintah untuk melakukan maggotisasi," pungkasnya.
(wip/yum)